Disinggung Guru Khalil, Jimie : 70 Pedagang Lok Baintan Justru Kami Bina

0

BAK berbalas pantun, singgungan Bupati Banjar H Khalilurrahman yang akrab disapa Guru Khalil, soal ‘hijrahnya’ pedagang Pasar Terapung  Lok Baintan ke Pasar Terapung Banjarmasin di Sungai Martapura, kawasan Siring Tendean tiap akhir pekan, dijawab. Guru Khalil menyebut Banjarmasin tak boleh mengklaim para pedagang itu menjadi miliknya.

KEPALA Bidang Pengembangan Pariwisata Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Banjarmasin, Mokhammad Khuzaimi mengucapkan terimakasih kepada Bupati Banjar Khalilurrahman yang menyilahkan sebagai ‘acil-acil’ pengayuh jukung asal Lok Baintan ke pusat kota.

“Kami mengapreasiasi pernyataan Pak Bupati Banjar. Patut diingat, dalam catatan sejarah pada 492 tahun yang lalu, yang namanya Banjarmasin itu terdiri dari tiga provinsi yakni Kalsel, Kaltim dan sebagian Kalteng. Jadi, disederhanakan oleh orang Belanda menjadi Banjar,” tutur Khuzaimi, di Banjarmasin, Selasa (4/12/2018).

Nah, menurut dia, ketika berdiri Kesultanan Banjar, tentu tidak sekecil saat dipisahkan administrasi. Wilayah Banjar itu luas, memiliki tiga lokasi. Ini adalah fakta sejarah,” papar Jimie, sapaan akrab pejabat ini.

Menurut Jimie, ditilik dari sejarah, tentu warga Sungai Tabuk, khususnya lagi Lok Baintan merupakan bagian dari Banjarmasin. Hanya karena masalah administratif, lalu wilayahnya dipisah antara Banjar dan Banjarmasin.

“Sebutan serupa juga seperti Balikpapan, Samarinda dan sebagian dari wilayah Kalteng, sekarang adalah orang Banjar. Jadi, tidak ada batasan. Sebab, wilayah kekuasaan Kesultanan Banjar yang menganut ajaran Islam itu terbentang luas,” papar Jimie.

BACA : Guru Khalil Singgung Soal ‘Hijrahnya’ Pedagang Lok Baintan ke Pasar Terapung Banjarmasin

Ia juga mengingatkan sejarah orang-orang Lok Baintan dan Sungai Tabuk yang berdagang ke Banjarmasin, melewati Sungai Achmad Yani dan Sungai Veteran, yang ketika itu masih bisa dilewati pada 10-20 tahun lampau.

“Karena sungainya makin dangkal dan tertutup, akhirnya para pedagang asal Lok Baintan yang berdagang di Pasar A Yani, juga berasal dari sana. Kami mencatat ada sekitar 20 jukung pedagang asal Lok Baintan yang berdagang di pasar itu,” tuturnya.

Adapula para pedagang Lok Baintan yang berdagang di Pasar Harum Manis, disebut Jimie juga berasal dari kabupaten tetangga. “Namun, semua disebut orang Banjar, bukan orang Lok Baintan. Ya, karena tahunya Banjar itu yang Banjarmasin,” tegas Jimie.

Sejarahnya lagi, masih menurut dia, pasar terapung menjadi bagian dari kultur masyarakat Banjar, dikuatkan dengan dokumentasi Belanda dan referensi sahih lainnya. “Dulu, dari dokumen Belanda, ada pasar terapung di kawasan Jembatan Pasar Lama dan Jembatan Dewi, termasuk di Muara Kuin. Sebagian pedagangnya adalah berasal dari Lok Baintan,” cerita Jimie.

BACA JUGA : Pedagang Ditarik ke Banjarmasin, Pambakal Lok Baintan Khawatir Pasar Terapung Lok Baintan Tinggal Nama

Nah, dikatakan Jimie, ini berarti pasar terapung baik yang ada di Banjarmasin dan Lok Baintan saling berkelindan, karena menjadi bagian dari budaya Banjar. “Memang, saat ini, ada 70 pedagang yang berasal dari Lok Baintan berjualan di kawasan Dermaga Pasar Terapung Banjar. Mereka telah kami bina dan diajarkan berbisnis kecil-kecilan,” ungkap Jimie.

Walau berbeda kartu identitas diri, Jimie menegaskan para acil-acil yang berjualan di Pasar Terapung Banjarmasin menjadi bagian dari orang Banjar. “Pada intinya, acil-acil tersebut adalah bagian dari budaya Banjarmasin menurut Kerajaan Banjar,” ujarnya.

Malah Jimie menyebut pada dua pekan lalu, justru Komisi III DPRD Banjar dan Dinas Pariwisata Banjar belajar pengelolaan pasar terapung ke Banjarmasin. “Kami pun menjelaskan dan menyampaikan tata kelola pasar terapung yang menjadi objek wisata andalan Banjarmasin,” pungkasnya.(jejakrekam)

Penulis Arpawi
Editor Didi G Sanusi

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.