Tetapkan KLB, 30 Santri Dua Ponpes di Banjarbaru Hanya Terjangkit Campak

0

MEREBAKNYA isu menyebarnya infeksi measles rubella (MR) di Banjarbaru, langsung dibantah Agus Widjaya. Kepala Dinas Kesehatan Kota Banjarbaru ini menegaskan terdeteksi 30 penderita yang mayoritas para santri di dua pondok pesantren (ponpes) hanya campak biasa.

“SAAT ini, Banjarbaru memang ditetapkan kejadian luar biasa (KLB) untuk kasus campak. Tapi, bukan campak MR atau campak Jerman,” tegas Agus Widjaya kepada wartawan di Banjarbaru, Rabu (5/9/2018).

Ia menegaskan terdeteksi 30 penderita campak sudah berlangsung dalam dua pekan belakangan ini. Ada dua lokasi ditemukan kasus campak di Banjarbaru.

“Yang terkena campak itu semuanya santri di dua ponpes. Ada 30 penderita yang telah menjalani pengobatan. Ini agar virusnay tidak menyebar ke santri lain. Semua santri di ponpes telah divaksin,” ucap Agus Widjaya.

Ia menegaskan antara campak dengan rubella sangat berbeda. Meski, indikasinya hampir sama dengan ruang. Menurut dia, justru campak merupakan penyakit yang serius, karena bisa mengakibatkan kerusakan permanen kepada para penderita yang mengalami komplikasi.

“Komplikasi ini bisa terjadi seperti radang pada telinga, bronchitis, infeksi paru-paru dan otak. Ini yang dikhawatirkan dari virus campak,” kata Agus.

Jauh berbeda dengan campak Jerman. Masih menurut Agus, justru campak Jerman atau rubella itu tidak berbahaya bagi penderita. Terkecuali, diindap ibu hamil yang bisa mengancam pada anak yang dilahirkan dalam keadaan cacat. “Kecacatan itu bisa terjadi seperti katarak, kelainan jantung dan pengapuran di otak,” ucapnya.

Bagaimana penanganan penyakit campak? Agus menerangkan secara pola penyebaran antara virus campak dan rubella sama. Untuk meminilisiri penyebaran, Agus menegaskan hanya dengan menyuntik vaksin MR.

“Khusus di Banjarbaru, baru 30 persen yang telah disuntik vaksin MR. Kendala di lapangan, masih banyak sekolah dan orangtua yang menolak. Rata-rata beralasan belum terjamin kehalalannya,” ungkap Agus.

Demi menekan angka penderita kasus campak, Agus mengajak agar masyarakat Banjarbaru tetap mendukung program vaksinisasi MR, karena tak dipungut bayaran.

“Bahkan, Majelis Ulama Indonesia (MUI) sendiri mendukung. Jika pun, ongkosnya tak terlalu mahal, hanya Rp 750 ribu. Tapi, dengan divaksin, imunitas anak akan terjaga dalam menangkal virus campak MR,” tandasnya.(jejakrekam)

 

Penulis Syahminan
Editor Didi GS

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.