Konseling Kontemporer bagi Guru BK dalam Perlindungan Anak di Era Milenial

1

FAKULTAS Keguruan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Islam Kalimantan (Uniska) Muhammad Arsyad Al-Banjari melakukan berbagai cara untuk dapat membuat mahasiswa maupun calon guru, agar profesionalisme saat mereka lulus dari perguruan tinggi menuju jenjang pekerjaan.

HAL itu yang membuat FKIP Uniska ini membuat program studi Bimbingan Konseling (BK) menghelat kuliah umum dengan tema “Konseling Kontemporer Bagi Guru BK Dalam Perlindungan Anak di Era Milenial”, yang diikuti 70 mahasiswa Prodi BK dengan menghadirkan narasumber dari
Asosiasi Dosen Indonesia Titik Haryati, di Gedung A Lantai IV, Rabu (9/5/2018).

Ketua panitia berharap dari kegiatan ini dapat mengaplikasikan ilmu yang didapat selama kuliah umum ketika menjadi konselor dan mampu menerapkan dengan baik dilapangan pekerjaan. “Workshop seperti ini wajib diikuti. Sebab, bisa menambah wawasan mengenai bimbingan,” ujarnya.

Titik Haryati selaku narasumber mengatakan, guru BK mempunyai keahlian untuk memberikan layanan bimbingan dan konseling disekolah. “Jadi, ini memang disiapkan dari sejak mereka masuk di perguruan tinggi. Sehingga, ketika lulus bisa langsung bekerja,” katanya.

Wakil Pimpinan Pusat Gerakan Nasional Anti Narkoba MUI mengungkapkan permasalah anak di era milenial begitu kompleks, tidak hanya masalah belajar dan karir, tetapi masalah pribadi dan masalah sosial.

“Nah, itu yang menjadi perhatian yang harus disiapkan ketika memberikan layanan informasi, sehingga memahami permasalahan yang sekarang, terjadi di masa-masa zaman now ini, seperti kekerasan, pelecehan seksual, pornografi, KDRT, dan narkoba,” katanya.

Menurutnya, permasalah seperti ini sangat berdampak pada siswa disekolah dalam berperilaku, bersikap, kemudian bertutur bahasa. Bagi dia, itu yang menjadi perhatian calon-calon guru untuk bisa mendeteksi secara dini dan juga kemampuan dalam mengidentifikasi masalah yang terjadi kepada anak, sehingga bisa dilakukanlah konseling dengan cara
kontemporer yang sekarang perkembangan teknologi dalam kemampuan untuk mengupdate alat-alat teknologi.

“Konseling itu harus dijadikan suatu alat informasi dan menjadikan satu aplikasi secara digital, seperti media sosial, tetapi mengarah untuk bantuan memandirikan siswa dalam menyelesaikan permasalahan yang terjadi,” ujarnya.

Meski demikian, Dosen BK Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka (Uhamka) mengatakan, bahwa pemasalah ini perlu ada kolaborasi dengan berbagai ahli, seperti psikolog dan dokter untuk melihat kesehatan yang mengganggu kepada anak.

“Media sosial seperti adanya facebook, whatsapp dan instagram itu bisa digunakan di dalam memberikan suatu konseling. Jadi, sebagai suatu alat aplikasi, tetapi harus dilakukan karena ada beberapa kelemahan berupa kemampuan di dalam menggunakan teknologi, sehingga perlu update, tetapi juga kelebihannya ketika mengalami suatu permasalahan, maka bisa dilakukan segera mungkin untuk memberikan bantuan tanpa face to face,” jelasnya.

Lantas, apakah calon-calon guru di era milenial ini bisa mempermudah dalam bimbingan konseling? Ia menjawab Guru BK mesti update, dalam artian mempelajari perkembangan teknologi sekarang dan harus dipilah mana yang bisa digunakan. Tentunya, Guru BK harus kreatif, inovatif, dan juga harus menyenangkan.

“Menyenangkan yang dimaksud adalah pelayanannya, performancenya, penampilannya, cara berbicara, kemudian membantu menggunakan perilaku komunikasi, sehingga tidak ada menjudge, menghukum dan memarahi konseling yang mempunyai masalah ketahanan keluarga,” ujarnya.

Ia menjelaskan, ketahanan ini menjadi suatu basic yang harus diciptakan didalam keluarga, supaya anak betah dirumah. Karena, dengan peran anggota keluarga dalam pertahanan keluarga itu adalah harmonisasi yang menciptakan generasi yang memiliki penguatan karakter.

“Siswa yang memiliki penguatan karakter ini, yang mampu memiliki daya tangkal yang berpengaruh dari lingkungan dan daya saing untuk menuju generasi emas sehingga tidak menjadi generasi rapuh dan galau,” ucapnya.

Sementara itu, Mahasiswa FKIP Prodi BK Sukron menjelaskan bahwa seorang konselor itu harus memahami permasalahan yang dihadapi. Seiring perkembangan teknologi sekarang, dimana seorang guru menyesuaikan dengan keadaan saat ini.

“Jadi, di era zaman sekarang, banyak teknologi yang dibuat dengan berbagai indikatif, dimana seorang konselor itu memberi arahan positif. Seperti yang disampaikan Titik, sangat bermanfaat bagi mahasiswa yang akan terjun sebagai konselor untuk bisa diterapkan,” ucapnya.(jejakrekam)

Penulis Arpawi
Editor Andi Oktaviani

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.