Generasi Hari Ini Tanggungjawab Siapa?

Oleh : Siti Ruaida S.Pd

0

PADA Kamis (19/4/2018) sore diberitakan perkelahian dua kelompok pelajar di Kendal, Jawa Tengah berakhir setelah ditangani aparat dengan tembakan peringatan. Perkelahian yang melibatkan belasan remaja ini brutal. Mereka menggunakan batu, balok kayu dan senjata tajam dan menyebabkan seorang dari mereka terluka parah.

PERSOALAN yang dialami remaja saat ini seperti benang kusut. Ini setelah sebelumnya, kita dihebohkan dengan kasus miras oplosan dengan total korban mencapai 100 orang dari berbagai daerah sungguh angka yang fantastis. Masalah generasi hari ini seakan tidak bisa teruraikan. Terjadi merata di seluruh wilayah Indonesia.
Ada apa dengan mereka? Apa yang menyebabkan semua ini? Apa salah kita sebagai orangtua? Apa salah kita sebagai guru? Sebagai anggota masyarakat? Apa pula salah pemimpin-pemimpin kita sehingga ini terjadi? Evaluasi dan muhasabah massal harus kita lakukan untuk menyelamatkan generasi.

Persoalan ini tidak bisa diselesaikan sendiri secara individu atau per keluarga. Seluruh elemen masyarakat harus terlibat. Dalam arti memiliki kepedulian untuk menyelesaikan dan menuntaskan masalah ini. Mereka adalah anak kita, murid kita dan bagian dari anggota masyarakat kita. Bahkan elemen yang paling menentukan bagi negeri ini dimasa yang akan datang.

Bagaimana pendidikan dan pembentukan karakter anak yang dilakukan oleh orangtua di rumah. Sudahkah orangtua menanamkan aqidah yang kokoh sehingga mereka mampu menghadapi tantangan zaman. Atau sebaliknya orangtua lalai dan disibukkan mengejar materi duniawi. Tuntutan hidup di era kapitalisme yang mengedapankan materi dan gaya hidup konsumerisme.
Sudahkah orangtua memberikan sentuhan kasih sayang sebagai wujud cinta kasih dan tanggung jawab. Anak adalah amanah Allah yang harus dipertanggung jawabkan. Jangan-jangan kita merasa sudah mencukupi kasih sayang dengan uang yang sudah kita keluarkan. Lalu, kita katakan pada mereka, “Nak bapak atau ibu sudah berjuang untuk mencukupi kebutuhan kalian.”

Saatnya, kita mengevaluasi apa yang sudah kita ajarkan dan tanamkan pada mereka. Tentang nilai-nilai agamakah atau nilai-nilai lain yang akan membentuk karakter mereka. Kita tentu akan menuai yang kita tanam. Apabila kita menanam padi maka tumbuhlah padi. Apabila kita menenam rumput maka tumbuhlah rumput. Hal ini patut kita renungkan.

Sebagai guru kita adalah pencetak generasi yang akan menentukan hitam putihnya negeri ini. Sudah sejauhmana kepedulian dan tanggung jawab kita sebagai guru terhadap generasi. Hanya saja ini harus mendapat dukungan dari kurikulum. Harus dibuat kurikulum yang tepat. Bukan kurikulum coba-coba dan asal comot karena cocok di negeri orang. Lantas diterapkan hanya sekadar bisa disejajarkan dengan negara maju.

Bahkan, hingga menghilangkan kewaspadaan adanya agenda terselubung asing yang menginginkan kehancuran generasi. Mengabadikan kebodohan kita agar tetap berada dibawah ketiak mereka. Agar mudah menjarah sumber daya alam dan sumber daya manusia.

Sudahkah kita para guru mengetuk hati kita dan pembuat kebijakan. Mengingatkan penguasa bahwa di tangan merekalah tanggung jawab besar pendidikan ini. Penentuan kurukulum sangat berpengaruh. Ditambah lagi kesibukan administrasi guru yang kian menumpuk dan jam kerja yang melelahkan.

Di sisi lain, jam belajar anak juga kerap membuat peserta didik kelelahan dan stres. Itulah sebabnya ada yang melampiaskan dengan kegiatan dan pergaulan yang menyimpang dan tak terkendali. Disempurnakan dengan luputnya pengarahan dan pengawasan orangtua, guru, masyarakat.

Selanjutnya, pemegang kebijakan. Sudahkah memuhasabah diri? Lalu memastikan sudahkah memberikan kurikulum terbaik untuk generasi. Yang sejatinya adalah anak cucu kita. Yang akan membanggakan dan menolong kita di Yaumil Akhir. Tidakkah kita ketakutan ketika berhadapan dengan Allah, yang mempertanyakan mengapa generasi kita seperti ini. Allah SWT akan mempertanyakan apa yang sudah kalian lakukan. Apa yang sudah kalian berikan kepada mereka. Hingga mereka rusak tak berakhlak.

Jawaban apa yang keluar dari mulut kita untuk membela diri, silahkan pikirkan dan siapkan masing-masing mulai saat ini. Apa jawaban kita jika Allah katakan “bukankah telah aku berikan petunjuk mengapa engkau pencari petunjuk yang lain.”

Jika faktanya sistem pendidikan hari ini tidak mampu menghasilkan pelajar yang berkarakter seperti yang tercantum dalam kurikulum pendidikan. Artinya perlu evaluasi. Sudahkah tepatkah kurikulum yang ada. Kurukulum yang tepat tentunya yang paling sesuai dengan fitrah manusia. Dan yang paling mengetahui hanyalah Allah sebagai sang pencipta. Maka sudah sesuaikah kurikulum kita dengan tuntunan Allah SWT?

Perlu kerendahan hati dan pengakuan diri bahwa kita sebagai manusia lemah dan terbatas dalam membuat aturan. Marilah kita berkhidmat kepada Sang Pengatur dan pembuat hukum yang sempurna, Allah SWT. Jangan korbankan generasi karena ambisi semu. Mengejar target untuk bisa disejajarkan dengan bangsa barat yang selama ini dianggap maju. Padahal menyimpan banyak kebusukan. Bukalah mata, amati dan renungkan. Betapa bobroknya sistem pendidikan barat. Tak layak jadi ikutan.(jejakrekam)

Penulis adalah Guru MTs Antasari Martapura,

Member Akademi Menulis Kreatif (AMK) Kalsel

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.