Menghidupkan Filosofi Huma Betang di Bundaran Besar

0

IKON Kota Palangkaraya adalah Bundaran Besar. Terletak di jantung ibukota Provinsi Kalimantan Tengah ini dipastikan dalam waktu dekat akan berubah wajahnya. Bahkan, Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kalimantan Tengah telah menggelar sayembara pembuatan ide desain Bundaran Besar dengan total hadiah mencapai Rp 130 juta.

KEPALA Dinas PUPR Provinsi Kalteng, Leonard S Ampung mengungkapkan saat ini sudah ada 134 desain yang diterima panitia sayembara terdiri dari tokoh masyarakat dan akademisi di Bumi Tambun Bungai. Bahkan, banyak ide-ide brilian dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia. “Untuk desain Bundaran Besar, kami juga mendengar masukan dari tokoh-tokoh masyarakat di Kalteng. Baru setelah itu, kami buat perencanaan dan diusulkan ke Pemprov dan DPRD Kalteng, sehingga bisa diputuskan kapan siap dibangun,” kata Leonard kepada jejakrekam.com, di Palangkaraya, Senin (5/6/2017) malam.

Ia mengingatkan untuk ide desain harus tetap mengutamakan filosofi Huma Betang yang melekat dalam kehidupan masyarakat Dayak Kalteng, sehingga nantinya Bundaran Besar bukan hanya ikon daerah tapi juga menjadi nasional. “Artinya Palangkaraya memang didesain oleh founding father (Presiden Pertama RI Soekarno) untuk menjadi ibukota pemerintahan. Kemudian juga ditopang oleh ide-ide Pak Gubernur (Sugianto Sabran), agar bundaran diupgrade. Entah nanti apa namanya, kami serahkan kepada tokoh-tokoh, legislatif dan pimpinan daerah,” tutur Leonard.

Mantan Kepala Dinas PU Lamandau ini mengatakan dengan dipercantiknya wajah Bundaran Besar, diharapkan pembangunan tetap dinamis tanpa meninggalkan sejarah dan kebudayaan, agar wajah Palangkaraya dapat seperti kota-kota modern lainya, siap menyongsong kemajuan.

Bundaran Besar yang dibangun 1957-1959, merupakan obsesi Bapak Proklamator Ir Soekarno untuk menjadikan Kota Palangkaraya sebagai ibukota negara. Di dalam kawasan Bundaran Besar, terdapat monumen dengan patung tentara, perempuan dan lelaki sipil, naga serta Burung Enggang.

Dalam buku karya Wijanarka berjudul Soekarno dan desain rencana ibukota RI di Palangkaraya terbitan tahun 2006 disebutkan, terdapat 8 jalan menyilang menuju monumen Bundaran Besar, dengan jari-jari Bundaran berukuran 2x 45 meter. Sedangkan jari-jari lingkar monumen berukuran 17 meter. Konsep tersebut telah menggambarkan bundaran besar merupakan simbolisasi tanggal, bulan dan tahun kemerdekaan Indonesia.(jejakrekam)

Penulis : Tiva Rianthy
Editor   : Didi G Sanusi
Foto     : Kaskus

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.