NU Putuskan Puasa Ramadhan Tunggu Hasil Rukyah

0

ORMAS Islam terbesar di Indonesia, Nahdlatul Ulama (NU) meminta warga Nahdliyin untuk tetap menunggu hasil rukyatul hilal atau melihat bulan sabit dalam menentukan awal Ramadhan 1438 Hijriyah. Termasuk, sidang itsbat yang dilakukan pemerintah khususnya Kementerian Agama di Jakarta.

KETEGASAN ini menyusul terbitnya pers rilis yang dikirim Lembaga Falakiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) yang memastikan seluruh jaringan ormas Islam ini akan melakukan rukyah di seluruh Indonesia.

Dalam surat Ketua Lembaga Falakiyah PBNU, KH A Ghazalie Masroeri meminta agar seluruh jaringan untuk menyelenggarakan rukyah demi mempererat ukhuwah wathoniyah untuk ketahanan nasional. Dalam surat tertanggal 24 Mei 2017/27 Sya’ban 1438 H menegaskan bahwa metode rukyah dalam menentukan awal Ramadhan, awal Syawal, dan awal Dzulhijjah merupakan ajaran Rasulullah SAW. “Sedangkan, hisab yang bersifat prediktif itu digunakan oleh NU untuk membantu pelaksanaan rukyah dan tidak dapat menggantikan rukyah,” tulis Ghazalie Masroeri dalam suratnya.

Dari data Lembaga Falakiyah PBNU, posisi hilal markaz Jakarta pada 29 Sya’ban 1438 Hijriyah dari ijtima pada Jumat legi , 26 Mei 2017 pukul 02:45;47 WIB. Sedangkan, tinggi hilal sudah mencapai 08˚ 26’ 15”, dengan letak matahari terbenam pada 12˚13’ 56” (utara titik barat),  letak hilal 19˚ 08’ 05” (utara titik barat), serta kedudukan hilal 02˚05’06” (selatan matahari).

Menurut Ghazalie, apabila laporan pelaksanaan rukyah dapat melihat hilal, maka jadi penentut awal Ramadhan jatuh pada Sabtu (27/5/2017). “Tetapi, jika tidak melihat hilal, maka umur Sya’ban 1438 Hijriyah diistikmalkan atau digenapkan menjadi 30 hari,” katanya. Ghazalie menegaskan laporan hasil rukyah ini disampaikan dalam sidang itsbat, agar Menteri Agama RI mengitstibatkan awal Ramadhan 1438 H untuk menjadi pedoman masyarakat, dan kemudian NU mengikhbarkan.

“Proses penentuan yang dilakukan NU ini didasarkan pada ajaran Rasulullah SAW dan sekaligus komitmen NU dalam melaksanakan kesepakatan ijtima ulama Komisi Fatwa MUI dan ormas Islam se-Indonesia pada 2003, yang menyatakan bahwa penentuan awal bulan Ramadhan, Syawal dan Dzulhijjah didasarkan pada metode rukyah dan hisab,” tandas Ghazalie.

Sementara itu, Sekretaris Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Kalimantan Selatan Nasrullah AR menegaskan metode rukyah tetap jadi patokan bagi ormasnya. “Kami berencana pada Jumat (26/5/2017) akan melaksanakan rukyah bersama Kanwil Kementerian Agama Kalsel di atas Gedung Bank Kalsel. Ini merupakan sunnah yang diajarakan Rasulullah SAW,” kata Nasrullah kepada jejakrekam.com, Kamis (25/5/2017).

Mengenai perbedaan metode dalam penentuan awal Ramadhan, Syawal dan Dzulhijjah dengan ormas Islam seperti Muhammadiyah, Nasrullah menegaskan hanya pada cabang (furuiyah), bukan pada hal yang utama. “Memang bagus apa yang diharapkan umat Islam agar kedua ormas ini bersatu dalam menentukan awal Ramadhan 1438 Hijriyah. Namun, kami tetap mengutamakan metode rukyah, bukan hisab. Terpenting adalah umat Islam, khususnya warga Nahdliyin bisa menunggu keputusan resmi dari pemerintah yang diwakili Kementerian Agama,” ucap Nasrullah.

Jebolan IAIN Antasari ini menegaskan selama ini kedua ormas Islam baik NU dan Muhammadiyah meski di tengah perbedaan pandangan, tetap mengutamakan kesatuan umat. “Ya, kita tunggu saja keputusan resmi dari pemerintah yang bisa menjadi patokan kita bersama,” pungkasnya.(jejakrekam)

Penulis  : Didi G Sanusi

Editor    : Didi G Sanusi

Foto       : Kalimantan Post

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.