Hasil Riset, Ahli Epidemiologi Kalsel Sebut Wolbachia Mampu Tekan 70 Persen Kasus DBD

0

KEBERHASILAN metode penyebaran nyamuk yang mengandung bakteri atau virus Wolbachia terbukti secara ilmiah mampu menekan kasus demam berdarah dengue (DBD) hingga 70 persen.

“SAYA dan kita semua percaya bahwa Wolbachia itu terbukti menurunkan kasus DBD sebanyak 70 persen di awal penyebaran. Begitu dahsyat dan sangat berguna dari aspek penurunan kasus DBD berdasar hasil riset atau penelitian,” tutur Ketua Ikatan Konsultan Kesehatan Indonesia (Ikkesindo) Kalsel, IBG Dharma Putra kepada jejakrekam.com, Senin (27/11/2023).

Sebagai rujukan Dharma Putra mengungkapkan pendapat dari guru besar Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FK-FMK) Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta Prof dr Adi Utarini, MSc, MPH, PhD dalam materi yang disampaikan sesuai dengan hasil penelitian.

“Artinya, Prof Utarini yang keilmuannya diakui dunia internasional bahkan masuk 100 orang berpengaruh di dunia tahun 2021 versi Majalah Time. Artinya, kami memercayai beliau, bukan berarti tidak percaya dengan jurnal yang kontra terhadap Wolbachia,” kata ahli epidemiolog Kalsel ini.

BACA : Sekilas Mengenai Wolbachia

Untuk diketahui, Prof Adi Utarini yang akrab disapa Prof UU merupakan pionir yang memimpin penelitian teknologi Wolbachia untuk pengendalian dengue di Yogyakarta bersama World Mosquito Program  (WMP) Yogyakarta.

Kolaborasi WMP Yogyakarta (sebelumnya bernama Eliminasi Dengue Project – EDP) merupakan kolaborasi antara FK-KMK UGM, Monash University dan Yayasan Tahija. Teknologi Wolbachia ditemukan oleh Founder dan Direktur WMP Global, Prof  Scott O’Neill di tahun 2008.

WMP diinisiasi oleh Monash University ini merupakan lembaga nonprofit yang hadir dengan tujuan melindungi komunitas global dari penyakit yang ditularkan oleh nyamuk. Secara garis besar kewilayahan, WMP beroperasi di 11 negara termasuk Indonesia.

BACA JUGA: Waspadai Fase Aquatik Pada Penyakit DBD, Dosen FMIPA ULM Gelar Sosialisasi

Menurut Dharma Putra, para peneliti yang kontra sendiri tak menyoroti dampak Wolbachia terhadap penurunan DBD, tapi dampak ikutan setelah nyamuk punah dan setelah virus dengue diusir oleh Wolbachia.

“Artinya, mereka sebenarnya percaya pada hasil penelitian Wolbachia terhadap penurunan kasus DBD. Tapi ingin tahu dan ingin meneliti dampak kepunahan nyamuk serta dampaknya pada kemungkinan terjadinya infeksi tersier karena alasan yang logis juga,” kata mantan Direktur RSJD Sambang Lihum ini.

Menurut Dharma Putra, sebuah penelitian yang juga akan menghasilkan kebenaran sebagai bahan pertimbangan dalam pembuatan keputusan.

BACA JUGA : Terbukti Ilmiah Tekan Kasus DBD, Kalsel Belum Uji Coba Penyebaran Nyamuk Wolbachia

“Pemerintah Indonesia percaya dampak jangka panjangnya  tak seperti itu sehingga tetap ikut sebagai negara uji coba. Sedangkan, negara Singapura memilih jalan yang berbeda,” ucap mantan Sekda Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST) ini.

Dharma Putra berharap semoga penelitian tentang dampak ikutan setelahnya akan segera bisa terbaca sambil mencoba melihat dampak lain secara jangka pendek yang akan terjadi di daerah lain yang sudah dikerjakan uji coba penyebaran nyamuk Wolbachia.(jejakrekam)

Penulis Asyikin
Editor Didi G Sanusi

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.