Ada-Ada Saja, Pemandangan Tongkang Batubara di Sungai Barito Masuk Geopark Meratus?

0

USAI pemerintah pusat meresmikan Geopark Meratus menjadi Geopark Nasional pada 30 November 2018 dan dideklarasikan oleh Pemprov Kalsel pada 24 Februari 2019, ternyata ada hal menggelitik bagi publik.

FAKTA ini berkelindan dengan dipasangnya papan nama Geopark Meratus, Konservasi Bekantan Curiak dan Pemandangan Tongkang Batubara, Kampung Tradisional Sasirangan di Banjarmasin.

Paling menarik justru terdapat di kawasan perairan Sungai Barito, tepatnya di samping Jembatan Barito dengan pelang nama tertulis jelas; Situs/Site Nomor 9, Pemandangan Tongkang Batubara (Coal Berge Sightview).

Akademisi FKIP Universitas Lambung Mangkurat (ULM) Novyandi Saputra mengaku geli melihat ternyata pemandangan hilir mudiknya tongkang batubara yang membawa beratus-ratus ton ‘emas hitam’ dari perut Kalimantan Selatan, termasuk Kalteng masuk dalam Geopark Meratus.

BACA : 10.540 Unit Tongkang Batubara Lewati Alur Barito

“Apa konseksinya? Padahal, jelas-jelas pertambangan batubara dengan hilir mudiknya tongkang batubara itu tidak matching (cocok). Satu tujuan untuk menjaga lingkungan Pegunungan Meratus, yang lain justru merusak alam (tambang batubara),” kritik Novyandi Saputra berbincang dengan jejakrekam.com, saat Ekspedisi Batang Banyu pada awal September 2023 lalu.

Penolakan terhadap Geopark Nasional Pegunungan Meratus telah disuarakan elemen masyarakat dan aktivis lingkungan. Hal ini karena Pegunungan Meratus sudah dijamah dengan ancaman ekspansi pertambangan batubara dan industri ekstraktif seperti perkebunan sawit.

BACA JUGA : Dari Kalkulasi Ekspedisi Batang Banyu, Batubara Yang Milir Di Sungai Barito Bernilai Rp 129 Triliun Setahun

Kontra terhadap Geopark Meratus disuarakan Ketua Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (Aman) Kalsel, Rubi Juhu serta Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Kalsel, Kisworo Dwi Cahyono.

“Kelahiran Geopark Meratus itu justru tidak pernah melibatkan elemen masyarakat sipil dan masyarakat adat Dayak Meratus, terutama di sekitar lokasi. Dari awal perencanaan hingga penetapan justru hanya melibatkan Forum Masyarakat Pertambangan,” kata Cak Kiss, sapaan akrab aktivis lingkungan senior ini.

BACA JUGA : Bagian dari Paru-Paru Dunia, DPRD Kalsel Ingin Unesco Akui Geopark Meratus Sebagai Geopark Global

Untuk diketahui, Geopark Meratus ini membentang di 10 kabupaten/kota di Provinsi Kalsel. Bahkan, sempat digandeng sejumlah perguruan tinggi guna meneliti 36 titik geosite di Geopark Meratus.kelapangan untuk meneliti kandungan geosite yang ada di 36 titik geosite di Geopark Meratus. Bahkan, ditargetkan Pemprov Kalsel bisa mendapat pengakuan dunia internasional khususnya Unesco.

Nah, dalam program Geopark Meratus ini juga dibarengi dengan pemberdayaan pariwisata guna memikat bagi para pelancong yang datang ke Kalsel. Apakah termasuk pula pemandangan tongkang batubara yang melintas di perairan Sungai Barito sebagai satu titik objek wisata Geopark Meratus?

BACA JUGA: Hari Jadi Kalsel Ke-73, Gubernur Kalsel Launching Logo Geopark Meratus

Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Provinsi Kalsel Muhammad Fitri Hernadi mengakui pemasangan pelang nama Geopark Meratus, termasuk adanya pemandangan tongkang batubara itu merupakan program dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Provinsi Kalsel.

“Memang papan nama Geopark Meratus di beberapa tempat, termasuk di kawasan Jembatan Barito itu, kami yang memasang. Tapi, pemandangan tongkang batubara itu merupakan bagian dari Geopark Meratus,” kata Fitri.(jejakrekam)

Penulis Asyikin
Editor Didi G Sanusi

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.