Deru Mesin Jahit Berputar Lagi di Pasar Taman Sari, Jasa Setrika Arang Mati Suri Dihantam Bisnis Laundry

0

DUA tahun lebih didera pandemi Covid-19 pada 2020, berlanjut pada 2021, bahkan masih terasa dampaknya pada 2022, benar-benar berimbas pada semua lini pergerakan ekonomi masyarakat.

DAMPAK pagebluk ini juga dirasakan para penjahit pakaian di Pasar Taman Sari, Jalan Pasar Baru, Banjarmasin. Kawasan pasar yang berada di pusat Kota Banjarmasin dikenal pusat penjahit. Hingga kini, masih terdapat sedikitnya 9 penjahit pakaian yang mengandalkan jasa jahitan.

“Selama dua tahun pandemi Covid-19, selama itu kami terpaksa harus tiarap. Nyaris, tak ada yang berani datang ke kios kami untuk sekadar rombak pakaian atau mengorder jahitan,” ucap Ahmad Rafi’i, penjahit di Pasar Taman Sari Banjarmasin kepada jejakrekam.com, Sabtu (18/2/2023).

Jika biasanya, Rafi’i mengaku bisa bawa uang ratusan ribu ke rumah. Saat pandemi, pendapatan pun anjlok bahkan hampir tiap hari, tak bisa mengumpulkan lembar demi lembar rupiah.

BACA : Berjibaku Melawan Waktu, Riwayat Kini Pasar Kasbah di Sentra Antasari

“Alhamdulillah, sekarang sudah mulai membaik. Saat ini, orderan jahitan pun penuh. Kebanyakan dari para pegawai negeri sipil (PNS) untuk dibikinkan baju kerja. Terutama, jahitan untuk pakaian kain sasirangan,” kata Rafi’i.

Deru mesin jahit pun mulai berputar di kawasan Pasar Taman Sari. Bahkan, Rafi’i bersama rekannya yang mengais rezeki kini sudah kebanjiran pesanan. Eksistensi pasar ini sebenarnya sudah dimulai sejak era 1980-an, bahkan turut meramaikan pusat bisnis dan jasa di Kota Banjarmasin.

Bersaing dengan gerai penjahit ternama di Banjarmasin, Rafi’i mengaku tak perlu khawatir. Sebab, para pelanggannya sudah mempercayakan untuk membuat setelan seragam kerja, pakaian kerja, hingga membikin jas dari kain wol.

BACA JUGA : Mengepung Pasar, Menjajakan Barang Antik di Emperan Pasar Tumpah

“Saat masuk tahun pelajaran baru 2022-2023, kami juga banyak dapat pesanan untuk membuat seragam sekolah. Waktu pandemi lalu, karena banyak sekolah online, ya nyaris tak ada orderan,” kata Rafi’i.

Untuk harga jasa jahitan, Rafi’i tak mematok harga tinggi. Menurut dia, untuk pembuatan kemeja sasirangan dengan kain yang dibawa pelanggan, hanya dikenakan upah Rp 100 ribu untuk ukuran dewasa. Namun, ongkos jasa bisa bertambah, jika setelan kemeja itu ada lapisan di dalamnya.

“Kalau seragam sekolah ukuran anak-anak hanya Rp 80 ribu ongkos jahitnya. Yang lebih mahal itu untuk ongkos bikin jas, apalagi jika kainnya kami yang menyediakan. Utamanya, dari kain wol impor dari England (Inggris), Roma (Itali) hingga Pakistan,” kata Rafi’i.

BACA JUGA : Di Tengah Modernitas Banjarmasin, Kisah Nelangsa Hasan Sang Pengayuh Getek Tersisa di Teluk Kelayan

Mengapa harganya lebih mahal? Rafi’i mengatakan ongkos bikin jas itu lebih mahal, karena harus membuat jas pria itu harus menggunakan kain pelapis khusus agar tak gerah saat dipakai.

Ternyata, imbas pandemi justru mematikan jasa penatu atau binatu akibat maraknya bisnis laundry (cuci pakaian) yang menjamur seantero Banjarmasin dan sekitarnya.

“Yang mati sekarang itu adalah usaha penggosokan atau setrika arang. Sekarang di kawasan Pasar Taman Sari, sudah tidak ada lagi. Bukan hanya karena pandemi, juga kalah bersaing dengan layanan jasa laundry. Mungkin yang tersisa hanya ada di Pasar Kasbah, Pasar Sentra Antasari,” imbuh Rafi’i.(jejakrekam)

Pencarian populer:https://jejakrekam com/tag/pasar-taman-sari-banjarmasin/
Penulis Sirajuddin
Editor Didi G Sanusi

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.