Usai Pemprov Kalsel dan Pemkot Banjarmasin, Giliran Pemkab Tanah Laut Berencana Bikin Film Layar Lebar

1

BUDAYA ‘latah’ sepertinya melanda pemerintah daerah di Kalimantan Selatan. Usai Pemprov Kalsel dan Pemkot Banjarmasin bikin film layar lebar, ternyata Pemkab Tanah Laut berencana hal serupa pada awal 2023.

DIKUTIP dari Instagram Prokopimtala, ternyata Bupati Tanah Laut (Tala) Sukamta mengajak para pejabat satuan kerja perangkat daerah (SKPD) ke Jakarta untuk menggolkan pembuatan film layar lebar.

Pertemuan ini dihelat Bupati Tala Sukamta dengan tim kreatif dan produksi Happening Film di Melly’s Garden Pub and Diner, Kebon Sirih Jakarta Pusat, Selasa (29/11/2022) malam.

Kerja bareng Pemkab Tala dengan rumah produksi itu tengah merancang pembuatan film layar lebar berjudul When Love Calls from The Buttom of Borneo pada awal 2023 mendatang. Film ini didesain pemerintah daerah untuk meningkatkan promosi wisata Tanah Laut yang berjuluk Bumi Tuntung Pandang.

BACA : DPRD Banjarmasin Hanya Beri Sanksi Moral, Film Jendela Seribu Sungai Ternyata Berbiaya Rp 6,8 Miliar

“Kerja sama Pemkab Tanah Laut dengan perusahaan dari Jakarta yang bergerak di bidang digital video production dengan spesialisasi animasi, filmmaking, editing dan visual storytelling, diharapkan dapat menunjukkan kepada masyarakat luas bahwa button of Borneo yaitu Bumi Tuntung Pandang adalah daerah yang punya ragam wisata dengan pesonanya khas Banua,” begitu keterangan Bupati Sukamta, dalam IG Prokopimtala, dikutip jejakrekam.com, Kamis (1/12/2022).

BACA JUGA : Disbudporapar Banjarmasin Siap Buka-Bukaan, Walikota Ibnu Sina; Film Jendela Seribu Sungai Seperti Laskar Pelangi

Sukamta memastikan kolaborasi ini akan memberdayakan 70 persen pemeran putra daerah. Ini demi menggali generasi berbakat yang ada di Tanah Laut. “Saya minta mereka agar mempersiapkan diri untuk mengikuti audisi dan bergabung dalam film tersebut,” ucap mantan Kepala Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Tanah Laut ini.

Sukamta menyebut ada banyak peran yang akan dimainkan dalam film layar lebar tersebut. Dirinya percaya para pecinta seni theater dan masyarakat Tanah Laut punya potensi untuk menyukseskan film ini. “Segera persiapkan diri untuk mengikuti audisi,” ucap Kamta, sapaan akrab pejabat ini.

BACA JUGA : Minim Seniman, Film Antasari Rekrut Pemain Jakarta

Postingan di IG Prokopimtala mendapat tanggapan dari warganet. Seperti mediapubliknet mempertanyakan berapa duit untuk membuat film tersebut.

Sedangkan, netizen lainnya seperti wanyikampoeng berharap agar para pemain 100 persen lokal asli urang Bumi Kijang Kencana Tala, makin bagus apalagi dananya dari pajak rakyat.

Antropolog Universitas Lambung Mangkurat (ULM), Nasrullah mengakui film memang tak lekang oleh waktu, karena selalu mendapat tempat di hati para penonton atau penikmat sinema.

BACA JUGA : Ada Rasa, Sutradara Anggi Yakin Film Kaminting Pidakan Bisa Tembus Festival Film Nasional

“Mengenai kecenderungan satu pemerintah daerah apakah itu Pemprov Kalsel, Pemkot Banjarmasin dan kini Pemkab Tanah Laut ikut bikin film layar lebar, mesti dilihat apakah memiliki nilai promosi secara maksimal dengan berbagai pertimbangan,” ucap Nasrullah kepada jejakrekam.com, Kamis (1/12/2022).

Antropolog media ULM, Nasrullah yang juga pengamat media. (Foto Dokumentasi JR)

Mahasiswa doktoral UGM Yogyakarta ini mengatakan film-film yang menarik banyak penonton, walaupun bukan film kolosal dan berbiaya mahal, maka berasal dari sebuah karya sastra berkualitas.

BACA JUGA : Eksploitasi Gila-Gilaan, Deposit Batubara Kalsel Diprediksi Habis pada 2030

“Ambil contoh seperti film Laskar Pelangi, Tenggelamnya Kapal Van der Wijk, Negeri Lima Menara, Ayat-Ayat Cinta adalah contoh film sukses karena bahan bakarnya dari karya sastra yang berkualitas,” tutur pengajar program studi sosiologi FKIP ULM Banjarmasin ini.

Menurut Nasrullah, film sejatinya juga melibatkan aspek promosi baik saat penggarapan dan menjelang akan tayang di wahana sinema publik. “Jangan sampai film tersebut ‘mendadak’ tayang di bioskop. Syukur kalau penontonnya selama beberapa minggu memenuhi bioskop, kalau tidak beralih ditayangkan di kanal Youtube,” tutur akademisi antropolog media ini.

BACA JUGA : Ongkos Bikin Film Jendela Seribu Sungai Rp 6 Miliar di APBD, DPRD Kota Banjarmasin Malah Tak Tahu

Nasrullah menegaskan jika tokh, ujung-ujungnya ditayangkan ke media sosial seperti kanal berbagi video; Youtube, tanpa meraih box office (laris di pasaran) justru lebih baik mengundang Youtuber baik kuliner, wisata, life style, religi guna mempromosikan daerah.(jejakrekam)

Penulis Balsyi/Didi GS
Editor Didi G Sanusi
1 Komentar
  1. J.Nugroho berkata

    Perlu diluruskan mengenai sebutan latah. Memang tidak ada publikasi bahwa prakarsa film ini sudah ada sejak sebelum project film Banjarmasin melakukan proses syuting. Film When Love Calls From The Bottom ( bukan button ) of Borneo ini adalah film yang akan menjadi ajang kerjasama dengan sineas dan aktor-aktor Tanah Laut. Karena ini memang hajat bersama untuk mempromosikan wilayah Tanah Laut pada dunia. Semoga bermanfaat.

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.