Pasien DBD di Banjarbaru Alami Peningkatan, Kelurahan Loktabat Selatan dan Cempaka Tertinggi

0

BELAKANGAN ini kasus demam berdarah dengue (DBD) di Kota Banjarbaru mengalami peningkatan. Tercatat, sejak Januari hingga pertengahan Oktober 2022, sudah ada 74 kasus.

ANGKA kasus itu memang menurun dibanding tahun 2021, berdasar data Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Kalsel mencatat ada 16 kasus, dibanding tahun 2020 terdata 58 kasus.

Namun, pada tiga tahun sebelumnya, Banjarbaru sempat menetapkan kejadian luar biasa (KLB), karena pada 2019 terdapat 335 kasus, 2018 (269 kasus) dan pada 2017, tertinggi 547 kasus.

Kepala Pengelola Program DBD Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Banjarbaru, Dewi Septiani mengakui pada 2022 ini, terdapat 74 kasus dengan incident rate  paling tinggi berada di Kelurahan Loktabat Selatan yaitu 65,03. Disusul Landasan Ulin Tengah dan Cempaka masing-masing incident rate 64,62 dan 51,02.

BACA : Kasus DBD Meningkat, Dinkes Banjarbaru Imbau Masyarakat Menerapkan Pola Hidup Bersih dan Sehat

“Kasus DBD di Banjarbaru rentan terjadi pada usia 5-14 tahun d imana sebanyak 19 orang laki-laki dan 14 orang perempuan  yang derita DBD. Perihal ditemukan kasus meninggal dunia akibat DBD, semoga itu tidak ada,” tutur Dewi kepada jejakrekam.com, Jumat (21/10/2022).

Dia mengungkapkan Dinkes Banjarbaru punya yaitu satu rumah satu jumantik, sehingga tugas jumantik ini nantinya mengecek apa-apa saja yang dapat menyebabkan tempat bersarangnya nyamuk.

BACA JUGA : Jadi Kota Endemis DBD, Kadinkes Banjarmasin Gelorakan Gerakan 4M Plus dan Kader Pemantau Jentik

“Saat survei, kami dapati, paling banyak itu di ban bekas, dispenser, bak mandi dan drum. Sehingga kami menyarankan agar membuang air yang menggenang, menutup drum dan lain-lain,” ucap Dewi.

Meski DBD sudah menjadi endemis di Kota Banjarbaru, setiap tahunnya pasti ada saja kasus DBD ditemukan. Guna mengurangi kasus, Dewi mengatakan perlunya kesadaran masyarakat agar lingkungan, tidak jadi tempat berkembang biak nyamuk.

BACA JUGA : Kotabaru, Banjar, Banjarbaru Paling Terdampak Demam Berdarah

Sementara itu, Kepala Bidang Pelayanan RSD Idaman Banjarbaru, dr Siti melaporkan hal serupa bahwa kasus DBD yang terlapor di RSD Idaman Banjarbaru mulai meningkat pada Agustus 2022 dengan catatan ada 17 pasien.

Kemudian, beber dia, pada September ada 21 pasien dan bulan Oktober sampai hari ini berjumlah 24 pasien terjangkit DBD. “Iya, meningkat. Tapi tidak terlalu drastis,” ucap Siti.

Dia menjelaskan, kasus DBD di Kota Banjarbaru meningkat karena terjadinya peralihan antara musim panas dengan musim penghujan atau pancaroba. “Musim peralihan ini biasanya populasi nyamuk pun bertambah, sehingga membuat kasus mengalami peningkatan. Kalau daya tahan tubuhnya kuat bisa jadi tidak tertular,” ucap Siti.

BACA JUGA : Daya Tahan Tubuh Menurun, Waspada Demam Berdarah di Musim Pancaroba

Menurut dia, kasus DBD ini banyak terjadi di wilayah dengan lingkungan yang kurang terjaga kebersihannya. “Masyarakat bisa menyingkirkan sampah yang bisa menjadi sarang nyamuk. Ada di antaranya botol bekas, ban bekas hingga tempat makan atau minuman ternak,” kata Siti.

Perihal pencegahan, Siti bilang untuk terus mengupayakan gerakan 3M plus menjadi salah satu cara yang dapat dilakukan.

“Misal menguras dan menutup tempat penampungan air, mengubur benda-benda yang berpotensi menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk DBD seperti botol bekas dan lainnya, Kemudian plusnya jangan menggantung baju dan memakai kelambu,” pungkas Siti.(jejakrekam)

Pencarian populer:https://jejakrekam com/2022/10/22/pasien-dbd-di-banjarbaru-alami-peningkatan-kelurahan-loktabat-selatan-dan-cempaka-tertinggi/
Penulis Sheilla Farazela
Editor Didi G Sanusi

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.