Penjual Gorengan Pun Terpaksa Nombok Beli Migor

0

BERTAHAN. Mungkin itulah menjadi problem penjual goreng di kawasan Pasar Sudimampir dan Jalan Niaga Banjarmasin. Pasalnya harga minyak goreng (migor) yang ‘melambung’, mengharuskan jualannya laku penuh dengan untung cukup untuk bertahan hidup.  ‘Bahan seperti minyak goreng harganya mahal, sementara gorengan yang kita jual harganya bertahan. Lalu bagaimana kita bisa dapat untung? Bertahan hidup pun itu sudah cukup,” kata salah satu penjual gorengan Yusman (51) kepada jejakrekam.com

IA MENGAKU tak hanya harga migor yang tinggi, namun ditambah persaingan usaha gorengan disudut-sudut jalan dan gang pun selalu ada. “Hanya bermodal tempat berukuran tak perlu besar atau hanya menggunakan gerobak sudah bisa berjualan. Inilah yang menjadi kenapa kita meski bertanya. Harga migor apa sudah memang tidak bisa diturunkan lagi? Lalu apakah kami masih bisa berjualan gorengan, Semuanya waktu yang menjawab,” tambahnya.

BACA: Jelang Puasa Ramadhan, Penjual Minyak Wangi ‘Kebanjiran’…

Pria enerjik ini pun memastikan, jika ditanyakan kondisi jualan gorengan hari ini, tentu semua penjual gorengan jawabannya sama. “Seperti nyanian Iwan Fals : BBM Naik Tinggi, Harga Tak Terbeli,” tandasnya.

Yusman pun menggunakan migor sehari relative banyak, termasuk minyak goreng curah, “Dalam sehari lebih 5 liter beli migor. Dan harga migor curah sekarang Rp15 ribu perliter, bahkan Rp17 ribu perliternya. Jadi saya terpaksa harus nonblok untuk membeli migor, sebab dagangan membutuhkan bahan baku minyak goreng” paparnya.

Tentu, jelasnya, Ia pun harus mengeluarkan kocek kisaran Rp100 ribu, padahal sebelum ada kenaikan migor hanya kisaran Rp50 ribu uang yang dikeluarkan. “Saya hanya bisa berdoa dalam mengais rezeki, semoga ketika membawa uang ke rumah dapat terpenuhi kebutuhan keluarga,” imbuhnya. (jejakrekam)

Penulis Sirajuddin

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.