Menunggu Konsistensi Ketua Umum PBNU

0

Oleh : Ahmad Zaki

MULAI bermunculan informasi formasi pengurus harian Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNUO masa khidmat 2021-2026 di berbagai media. Tidak terkecuali broadcast di whattsapp grub mengenai struktural pengurus harian tanfidziyah dan syuriah (aam).

ADA perasaan campur aduk (senang dan sedih) mengenai pengurus tanfidziyah.  Rasa senangnya bahwa Rais A’am KH Miftachul Ahyar dan Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) beserta mide formatur telah berhasil melaksanakan musyawarah untuk membentuk susunan dan personalia kepengurusan.

Mereka yang akan melaksanakan amanah dari hasil Muktamar ke-34 di Lampung dalam waktu yang singkat sebelum Hari Lahir (Harlah) NU ke-95. Semoga pengumuman dan pelantikannya berbarengan dengan acara yang khidmat itu.

Rasa sedihnya, dengan informasi yang ada ini yaitu formasi inti Tanfidziyah KSB (Ketua Umum, Sekretaris Jenderal, Bendahara) terbelenggu oleh partai politik. Yang mana, dari flyer tersebar di media sosial itu tercantum nama Sekretaris Jenderal H Saifullah Yusuf (Gus Ipul) yang diketahui sebagai kepala daerah atau Walikota Pasuruan yang notabene pencalonannya didukung oleh partai politik. Tentu saja, sedikit banyaknya akan terafiliasi dengan partai politik.

BACA : Mardani H Maming Jabat Bendum PBNU? PWNU Kalsel Akui Turut Usulkan Nama

Tak kalah sedihnya lagi pada posisi Bendahara Umum pada flyer pertama yang tersebar menyebutkan nama H Nusron Wahid. Saat ini, yang bersangkutan masih menjabat sebagai anggota DPR RI dari Fraksi Golkar. Sedangkan, pada flyer kedua tercantum nama H Mardani H. Maming yang dikenal sebagai seorang pengusaha dan mantan Bupati Tanah Bumbu. Saat ini, Mardani masih menjabat sebagai Ketua Umum Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) dan sekarang masih menjadi ketua partai politik (Ketua DPD PDIP) di Kalimantan Selatan.

Merujuk dari perkataan dan pernyataan Gus Yahya selaku Ketua Umum PBNU terpilih di berbagai media mengenai independensi PBNU periode sekarang. Yang mana tidak akan terkungkung oleh partai politik mana pun. Sebab, PBNU harus steril dari kepentingan partai politik mana pun, karena itu sudah sesuai Anggaran Rumah Tangga (ART) NU BAB XVI Pasal 51 ayat 1 poin c yang berbunyi jabatan Pengurus Harian Nadhlatul Ulama (NU) tidak dapat dirangkap dengan jabatan pengurus harian partai politik.

BACA JUGA : Gus Yahya Nakhoda Baru PBNU, Berry : Perkuat Regenerasi Sekaligus Jaga Tradisi Organisasi

Mengamati dari ART tersebut, idealnya untuk pengurus inti harus profesional dan fokus menjalankan roda keorganisasian. Ini agar tidak ada kepentingan-kepentingan bergesekan di dalam tubuh NU.

Apalagi, seorang Sekjen PBNU itu harus mampu fulltime (waktu penuh) untuk membangun kesoliditasan dan komunikasi antar pengurus di dalam yang begitu komplek serta figur Bendahara Umum (Bendum) harus mampu mengelaborasi keuangan dari dalam dan luar.

Saya selaku orang yang pernah merasakan gemblengan kaderisasi HMI sangat senang dan Bahagia. Ada dua figur kader HMI yang begitu luar biasa bisa sekaligus di pucuk pimpinan organisasi kemasyarakatan terbesar di Indonesia ini. Walaupun di kepengurusan yang lalu, ada pula kader HMI di salah satu deretan pengurus inti tanfidziyah.

BACA JUGA : Lanjutkan Estafet di Tanfidziyah, Gus Yahya Dinilai Layak Pimpin PBNU

Bahkan sebagai warga Kalsel, tentu sangat mengapresiasi dan bangga dengan munculnya nama seorang tokoh muda Banua yang menjadi pengurus inti di kepengurusan PBNU yang mengusung tagline ‘Menghidupkan Gusdur’.

Syukur, alhamdulillah bahwa masih diperhitungkan kader-kader Nahdliyin Banua di kancah nasional. Karena, sebelumnya pun ada sosok H. Abidin yang menjadi bendahara di kepengurusan awal KH Said Aqil Siradj. Bahkan, dari jauh ke belakang dalam sejarah yang panjang, ada pula Pimpinan Tanfidziyah NU dinakhodai oleh ulama asal Banua Kalsel, KH Idham Çhalid hingga pahlawan nasional ini pun menjabat beberapa periode.

BACA JUGA : Gus Dur, Sang Kosmopolit dan Pemikiran Islam yang Universal

Kalaupun benar adanya dua flyer tersebar itu di mana pengurus intinya rangkap jabatan, mungkinkah Ketua Umum PBNU yang baru ini sudah terjerat dengan sikap inkonsistensinya? Semoga flyer yang sudah tersebar di berbagai broadcast itu hanya sekadar ‘efek kejut’ bagi kaum Nahdliyin. Ya, semacam ajang pemanasan sebelum finalisasi struktur PBNU masa khidmat 2021-2026.  Kita tunggu saja gebrakan saat Harlah NU, apakah memang sebuah gerakan revolusi atau transformasi, atau malah sama saja?(jejakrekam)

Penulis adalah Kultural NU dari Kalimantan Selatan

Koordinator Forum Intelektual Muda

Pencarian populer:flyer pbnu
Editor Didi G Sanusi

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.