Mengais Receh dari Hiburan Jalanan, ‘Manusia Egrang’ asal Indramayu Pukau Warga Kelayan

0

BANJARMASIN mulai dipenuhi badut jalanan. Tak hanya di ruas jalan protokol seperti persimpangan Jalan Achmad Yani, Jalan S Parman, Jalan Brigjen H Hasan Basry Kayutangi dan lainnya.

KINI ada pendatang baru para pelakon hiburan jalanan. Mereka pun memasuki perkampungan di sudut-sudut kota Banjarmasin. Seperti terlihat di kawasan Jalan Kelayan A, Banjarmasin Selatan, Senin (14/6/2021), ‘manusia egrang’ asal Indramayu, Jawa Barat mencoba mengais receh rupiah untuk sekadar menopang hidup.

Sudah tiga hari mereka beratraksi menghibur warga perkampungan padat penduduk di ibukota Kalimantan Selatan. Bermodal egrang atau ‘babatisan’ setinggi 3 meter, terlihat ‘manusia engrang’ menjulang tinggi dan menjadi tontotan menarik warga Kelayan.

“Sebelum mendatangkan permainan tradisional egrang dari Indramayu, saya sudah lama bermukim di Banjarmasin. Ya, menginap dan melihat jenis hiburan rakyat apa yang belum ada di kota ini,” ucap Sadra, pemimpin kelompok ‘manusia engrang’ asal Indramayu kepada jejakrekam.com, Senin (14/6/2021).

BACA : Bukan Lagi Jadi Hiburan, Antropolog ULM Sebut Badut Jalanan Model Pengemis Berbungkus Tokoh Kartun

Menurut Sadra, sebelumnya mereka pernah mencoba dengan memainkan boneka atau badut jalanan yang kini marak di Banjarmasin, tapi ternyata banyak saingan. Jadilah, manusia egrang yang belum ada di Banjarmasin bisa menarik pasang mata warga untuk dihibur.

Dengan memutar musik dangdut koplo dengan soundsystem sederhana atau lewat speaker active, ternyata warga Kelayan pun tampak terhibur. Sadra dan dua temannya pun menjadi pusat perhatian warga Kelayan.

Sembari berjalan menyisir jalan sempit, Sadra pun membawa plastik untuk menampung uang sumbangan dari warga yang terhibur. Sementara, ‘manusia egrang’ dengan kaki hampir empat meter itu tampak menari mengiring alunan musik dangdut jalanan.

Celana panjang berwarna hijau muda dipadu baju hem kotak-kotak, ‘manusia egrang’ itu pun meliuk-liukkan kakinya yang panjang sembari menari. Sang penghibur ini pun dikerubungi anak-anak hingga orang dewasa. Mereka pun menyisihkan receh ke Sadra dan temannya yang membawa kantong plastik menampung uang.

“Alhamdulillah, ternyata respon masyarakat di sini sangat tinggi. Kami datang ke Banjarmasin hanya sekadar mencari hidup. Lewat penghasilan mengamen dengan ‘manusia egrang’, kami bisa makan dan menginap di penginapan murah,” ucap Sadra.

BACA JUGA : Melanggar Perda, 20 Badut Jalanan Terjaring Satpol PP

Ia mengakui dibandingkan kota-kota besar di Pulau Jawa, warga Banjarmasin masih sangat bersahabat dengan hiburan rakyat. Sadra bercerita ketika menampilkan atraksi topeng monyek dan badut jalanan, tak pernah ada protes atau larangan.

“Warga Banjarmasin sangat ramah. Mereka rela memberi uang karena merasa terhibur,” kata Sadra. Ini terlihat ketika warga lebih memilih menepikan motor, atau melewati ‘manusia egrang’ agar bisa berjalan menyusuri jalan yang sempit itu.

Edo, bocah asal Kelayan pun mengaku terhibur. Menurut dia, sangat jarang ada hiburan semacam ‘manusia egrang’ di Banjarmasin, karena kebanyakan badut jalanan yang sudah mulai membosankan.

“Lihat tontonan gratis di jalan. Walau kami tak bawa duit, kan banyak yang mengasih kepada mereka,” kata Edo yang duduk di bangku kelas 5 SD ini.(jejakrekam)

Penulis Sirajuddin
Editor Didi G Sanusi

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.