Fajar Desira Dinilai Punya Nilai Jual

0

NAMA Kepala Bappeda Kalsel, Nurul Fajar Desira, kembali disebut-sebut sebagai figur yang akan mendampingi salah satu kandidat calon Walikota Banjarmasin pada Pemilihan Walikota (Pilwali) Banjarmasin September mendatang.

FAJAR sendiri, ketika dikonfirmasi, mengakui ada dorongan politik untuk maju di ajang pemilihan kepala daerah lima tahunan tersebut.

BACA : Ijtihad Politik Pemilih Pilkada Serentak 2020

Lantas, bagaimana peluang Fajar Desira? Pakar politik FISIP Universitas Lambung Mangkurat (ULM) Setia Budhi mengakui, sosok eks kepala Bappeda Kota Banjarmasin ini sebagai figus potensial yang menentukan arah politik.

“Fajar adalah figur yang berpengalaman, terutama di ranah birokrasi. Posisi beliau untuk maju di Pilwali mungkin melihat dari latar belakang tersebut,” katanya kepada jejakrekam.com, Selasa (7/1/2020).

Budi menilai, posisi Fajar masih punya daya tawar (nilai jual) yang kuat terutama di kalangan aparatur sipil negara (ASN) di lingkungan Pemkot Banjarmasin. Karirnya pada birokrasi yang terbilang lama di Pemkot Banjarmasin, terutama pernah menjadi kepala Bappeda Pemkot Banjarmasin, menjadi nilai plus tersendiri.

BACA JUGA : Elektabilitas H Yuni Masih Rendah, PKS Yakin Ibnu Sina Bisa Raih Parpol Pengusung

“Beliau tentu masih punya jaringan (ASN) hingga ke tingkat kecamatan dan kelurahan, dan itu menjadi salah satu modal beliau sebagai kandidat,” ungkap doktor antropologi jebolan Universiti Kebangsaan Malaysia ini.

Meski demikian, Budhi berpendapat, sosok Fajar lebih tepat menjadi calon Wakil walikota Banjarmasin, sebab untuk mengimbangi Calon Walikota.

Dia memastikan, dengan siapa pun Fajar berpasangan akan cocok. Menjadi pasangan calon walikota atau pasangan wakil walikota, Fajar dinilai berpeluang menang.

BACA LAGI : Denny Indrayana Akui Politik Kalsel Masih Dikuasai Oligarki Lokal

“Namun masalahnya Fajar ini tidak punya jaringan di akar rumput. Itu yang saya fikir belum nampak, meskipun punya modal di kalangan birokrasi,” kata Kepala Prodi Ilmu Sosiologi ULM ini.

Budi menyebut modal pengalaman di tataran birokrasi saja tidak cukup, tapi harus diimbangi modal politik yang kuat. “Pengalaman beliau sebagai seorang birokrat murni, iya. Tapi, apakah posisi beliau bisa mendongkrak suara, itu yang masih perlu kita pelajari lagi,” tandas Budhi.(jejakrekam)

Penulis Ahmad Husaini
Editor Almin Hatta

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.