Lanting Kian Menghilang, Pelanggan Bambu di Sungai Martapura Makin Berkurang

0

MESKI kini jamban terapung (batang banyu) atau rumah lanting dalam bangunan tradisi Banjar sudah bisa dihitung dengan jari di Banjarmasin, namun permintaan batang bambu yang didatangkan dari Loksado, ternyata masih diminati.

BUKTINYA, sudah puluhan tahun, H Syamsury dan H Hamsan mampu bertahan untuk berdagang bambu di tepian Sungai Martapura, tepatnya di samping Jembatan Dewi, depan pintu gerbang Sungai Baru.

“Memang, pada 1960-an hingga 1990-an, masih banyak ditemui rumah lanting atau batang banyu yang dipakai warga di sepanjang Sungai Martapura dan Sungai Barito, sekarang sudah berkurang. Tapi, permintaan untuk bambu masih cukup tinggi di Banjarmasin,” ucap H Syamsury, pedagang bambu kepada jejakrekam.com di Banjarmasin, Senin (19/8/2019).

Saat ini, menurut dia, para pembeli batang bambu kebanyakan digunakan untuk bahan bangunan, serta menjadi andang, tangga untuk para tukang saat membangun rumah beton atau gedung. Selebihnya, untuk keperluan pembuatan kandang ayam dan lainnya.

BACA :  Hasilkan Produk Berkualitas, Pengrajin Anyaman Bambu HSU Dibekali Pelatihan

“Kalau untuk rumah lanting, sangat jarang sekarang. Walaupun, memang masih ada yang membeli untuk mengganti batang bambu yang sudah lapuk, terutama di daerah Basirih dan Mantuil, yang masih ada rumah lantingnya. Selebihnya, untuk keperluan memasang bendera dan umbul-umbul untuk bambu kecil,” ucap warga Jalan Ratu Zaleha Banjarmasin ini.

Pria yang kini berusia 62 tahun ini mengakui dari usaha turun temurun yang sudah puluhan tahun itu bisa menghidupi keluarga besarnya. Hampir semua batang bambu itu didatangkan dari Loksado, sebagian lagi dari Kabupaten Banjar.

“Memang, tidak lagi dibawa dengan cara dirakit dari Sungai Amandit atau Sungai Martapura. Sekarang, bambu yang panjangnya 14 meter itu dipotong jadi 10 meter untuk memudahkan diangkut dengan truk besar ke Banjarmasin,” ucap Syamsyuri.

Dengan merendamnya di Sungai Martapura ketimbang menjemurnya di bantaran sungai diakui Syamsyuri jauh lebih kuat dan bisa bertahan lama. Menurut dia, saat ini, agak terbilang jarang pembelian bambu dalam jumlah besar, paling banter tiap hari hanya 1.000 batang laku terjual. Terkadang, hanya 300 hingga 500 batang per hari.

BACA JUGA : Promosikan Wisata Arung Rakit Bambu di Loksado, Paman Birin pun Jadi Pengemudi

Harga bambu pun tergantung ukuran. Untuk ukuran lebih kecil dijual Rp 15 ribu per batang. Sedangkan, agak besar dan panjang Rp 25 ribu per batang. Tiap bulannya, Syamsyuri bisa mengantongi uang Rp 5 juta hingga Rp 10 juta.

“Kebanyakan yang beli bambu ini hanya langganan. Ya, biasanya dari pihak perumahan untuk keperluan andang dan lainnya saat membangun gedung atau rumah,” katanya.(jejakrekam)

 

Pencarian populer:martapura jual bambu
Penulis Sirajuddin
Editor Didi GS

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.