Eka Kurniawan: “Sastra Global Mestinya Tidak Melulu Berbahasa Inggris”

0

PENULIS buku best-seller Lelaki Harimau’ dan Cantik itu Luka, Eka Kurniawan menyapa para pembaca setianya di Aula Perpustakaan Pal Enam, Minggu (20/1/2019). Dibalut dengan bincang santai, novelis peraih penghargaan Prince Claus Award 2018 ini bicara banyak tentang pengalamannya menembus kancah dunia sastra global dan banyaknya orang yang salah kaprah memahami konteks ini.

MENURUT Eka, semua bentuk karya sastra, termasuk sastra Banjar pun sangat memungkinkan untuk tembus ke ranah global. Ia menganalogikan dunia kepenulisan skala dunia ini ibarat rimba raya. “Artinya, semua orang bisa masuk ke dalamnya,” ujar penulis kelahiran Tasikmalaya ini.

Yang menjadi kritik Eka belakangan waktu terakhir, masih banyak yang berasumsi bahwa sastra global merupakan terbitan yang wajib menggunakan berbahasa Inggris. Padahal, menurut dia sendiri kesusastraan skala global tidak terbatas pada satu bahasa semata.

“Belum tentu setiap karya sastra yang diterjemahkan dalam bahasa Inggris diterima secara luas oleh pembaca internasional. Karena ini bersinggungan dengan selera, kebudayaan, dan cara pandang yang jelas berbeda,” papar Eka.

BACA: Bedah Buku Pilanggur dan Satipis Apam Barabai, Upaya Melestarikan Bahasa Lokal

Dia mengambil contoh kasus karya sastra gurindam yang berkembang di Kalimantan Selatan. Dalam anggapannya, jika hanya terbatas pada satu atau dua bahasa belaka, dia meragu bisa diterima oleh masyarakat dunia secara luas.

Sebagai tawaran, upaya penerjemahan karya sastra ke berbagai bahasa bisa menjadi solusi yang bisa ditindaklanjuti lebih lanjut. Investasi terbesar yang bisa dilakukan oleh negara ini bisa dengan cara mempersiapkan penerjemah-penerjemah yang handal.

“Karena hanya dengan cara itu, kita bisa melakukan pergaulan yang baik dengan kesusastraan global,” ujarnya.

Terlepas dari itu semua, Eka berharap lanskap sastra nasional bisa tumbuh bersamaan dengan hadirnya sastrawan daerah. “Pada era digital sekarang, karya sastra daerah amat mudah disebarluaskan. Tapi dengan catatan, sastrawan Banua, misalnya, harus berpandangan karyanya idinikmati secara luas oleh masyarakat,” tandasnya.

BACA: Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kalsel Bakal Gelar Lokakarya Penulisan  

Sementara itu, Kepala Dinas Perpustakaan dan Arsip Kalsel, Nurliani Dardie mengatakan lewat acara ini pihaknya ingin mempertemukan antara penulis dan pembaca dalam satu forum sehingga gairah literasi di Banua terus hidup dan berkembang.

“Eka Kurniawan bukan satu-satunya penulis yang ingin kita datangkan. Nanti tunggu saja tanggal mainnya. Ada banyak penulis lagi yang ingin kita hadirkan di Palnam ini,” tuntas Nurliani. (jejakrekam)

Penulis Ahmad Husaini
Editor Donny Muslim

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.