Mengurai Macet dengan Smart City dan Konsep Taksi Air

0

KONSEP smart city (kota cerdas) yang telah berhasil diterapkan di Bandung dan Surabaya, ingin ditiru Walikota Ibnu Sina untuk Banjarmasin. Sayangnya, ibukota Provinsi Kalimantan Selatan kini dilanda kemacetan yang cukup luar biasa dan hampir merata di sejumlah ruas jalan.

APAKAH konsep smart city itu mampu mengurai dan memberi informasi adanya titik macet yang melanda Kota Seribu Sungai ini? Kemacetan cukup parah terlihat di ruas Jalan Pangeran Hidayatullah-Sultan Adam, Jalan S Parman, Jalan Achmad Yani, serta ruas jalannya terutama di jam-jam sibuk, seperti saat jam sekolah dan kepulangan sekolah, hingga jam pulang kantor.

Pantauan jejakrekam.com di ruas Jalan Sultan Adam, arus lalu lintas tampak semrawut, setelah kemacetan mengular cukup panjang. Kondisi ini dinilai pengamat perkotaan asal Fakultas Teknik Universitas Islam Kalimantan (Uniska) Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjary, Adhi Surya Said sebagai bentuk makin tak tertata pola zonasi kawasan di Banjarmasin.

“Sistem lalu lintas ini yang termasuk dalam komponen smart city sepertinya belum terlihat di Banjarmasin. Kita tak tahu seperti apa perkembangan konsep kota cerdas yang ingin diterapkan Walikota Banjarmasin Ibnu Sina,” ujar Adhi Surya Said kepada jejakrekam.com, Minggu (16/7/2017).

Seharusnya, menurut dia, dengan sistem informasi berbasis digital atau kemajuan informasi teknologi, titik-titik kemacetan yang terjadi di Banjarmasin bisa tersalur ke warga Banjarmasin dengan sebuah aplikasi khusus berbasis telepon pintar (smart phone). “Titik simpul kemacetan yang terjadi di ruas Jalan Sultan Adam dan melebar hingga ke kawasan Jalan Pangeran Hidayatullah akibat tak ada lagi jalur yang bisa memecah arus lalu lintas dari kawasan Jalan Achmad Yani,” kata sarjana teknik jebolan Universitas Lambung Mangkurat (ULM) Banjarmasin ini.

Nah, kata Adhi Surya Said, ketika ada larangan bagi truk berbadan jumbo memasuki kawasan jalan kota, termasuk moda transportasi dari Kalimantan Tengah menuju Terminal Km 6 Banjarmasin, mau tak mau harus melewati Jalan Sultan Adam-Pangeran Hidayatullah. “Ini belum lagi ditambah volume kendaraan bermotor pribadi yang sangat besar di Banjarmasin, tak mampu lagi ditampung ruas jalan itu,” tuturnya.

Magister perencanaan wilayah dan infrastruktur wilayah Institut Teknologi Bandung (ITB) in menegaskani seharusnya instansi yang berkompeten seperti Dinas Perhubungan dan Polresta Banjarmasin memberlakukan ketentuan buka tutup, terutama pada jam-jam sibuk sehingga dampak kemacetan itu tak menguras energi dan waktu pengendara kendaraan bermotor. “Ruas jalan trans Kalimantan yang kini terakses di Jalan Gubernur Syarkawi menuju Jalan Achmad Yani Km 17 di kawasan Handil Bakti itu juga dijadikan poros alternatif dalam mengurai kemacetan di Jalan Sultan Adam,” kata Adhi Surya Said.

Menurutnya, rencana pelebaran ruas Jalan Sultan Adam yang segera diberlakukan Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kota Banjarmasin hanya solusi sementara, karena memang ruas jalan itu sudah over kapasitas.  “Apalagi, jika ada rencana Pemkot Banjarmasin meminta bantuan pemerintah pusat untuk membangun flyover di kawasan Jalan Sultan Adam, justru yang terdengar hanya proyek, bukan solusi yang tepat. Ingat, ketika pembangunan flyover Gatot Subroto itu hanya berlangsung lebih dari dua tahun, bagaimana tingkat kemacetan di kawasan itu? Apakah mau memindahkan masalah dengan menciptakan masalah baru?” cecar Adhi Surya Said.

Dia melihat justru Banjarmasin tak memiliki konsep nyata dalam rekayasa lalu lintas, khususnya master plan untuk pengembangan arah kota sehingga bisa mengurai kemacetan yang makin parah. “Patut dicatat, permukiman di sepanjang Jalan Sultan Adam, ditambah maraknya pertokoan serta industri kuliner sangat berkaitan dengan tata perparkiran di sana. Ini belum lagi ditambah makin padatnya kawasan pemukiman di Sungai Andai. Jelas, titik konsentrasi terjadi di ruas Jalan Sultan Adam,” kata Adhi Surya Said.

Mantan pegawai Badan Nasional Jalan dan Jembatan Wilayah XI ini menyarankan agar Banjarmasin kembali ke jati dirinya sebagai kota sungai sebagai moda tranportasi alternatif yang bisa dihidupkan kembali. “Kami sangat menyambut antusias rencana Pemkot Banjarmasin untuk menghidupkan taksi air, bukan hanya untuk keperluan wisata, tapi harus menjadi moda transportasi massal. Jadi, volume penumpang atau pengguna jalan bisa beralih ke sungai. Tentunya, konsep ini harus digodok secara matang, bukan serampangan,” tutur staf ahli LPJK Kalsel ini.

Nah, menurut Adhi Surya Said, jika moda transportasi massal di sungai benar-benar dihidupkan dengan konsep yang tepat, tentu bisa menjadi solusi dalam mengurai kemacetan di jalan. “Terpenting adalah alur sungai yang jadi rute taksi air ini harus benar-benar terjaga. Jangan sampai justru hanya sekadar proyek. Ya, mengapa tidak mengembalikan wajah Banjarmasin tempo dulu yang hidup dengan denyut sungainya? “ tandasnya.(jejakrekam)

Penulis  : Didi G Sanusi

Editor    : Didi G Sanusi

Foto      : Didi G Sanusi

 

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.