KAMMI Turun ke Jalan, Tuntut Pencopotan Kapolda Metro

0

AKSI solidaritas digalang aktivis mahasiswa yang tergabung dalam Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) di Banjarmasin, Jumat (26/5/2017). Mereka menggelar aksi mengutuk keras aksi kekerasan yang dialami koleganya saat berunjuk rasa di depan Istana Negara Jakarta pada Rabu (24/5/2017).

MEREKA menggelar aksi turun ke jalan yang dipusatkan di Bundaran Hotel A Banjarmasin perempatan Jalan Lambung Mangkurat-Pangeran Samudera. Ada puluhan mahasiswa KAMMI Kalsel mengutuk aksi ‘premanisme’ yang menimpa koleganya di Jakarta.

Usai berorasi dan membawa spanduk yang berisi tuntutan,  para mahasiswa KAMMI Kalsel di bawah komando Armadiansyah mendatangi gedung DPRD Kalimantan Selatan. Sayangnya, anggota DPRD Kalsel yang diharapkan bisa mendengar dan menyampaikan aspirasi, hanya ditemui Plt Sekretaris DPRD Ahmad Rozaniansyah. Saat masuk ke gedung Rumah Banjar, para pendemo sempat dihadang petugas, hingga aksi dorong sempat terjadi. Bahkan, para mahasiswa menyempatkan shalat ghaib berjamaah di halaman Gedung DPRD Kalsel.

Dalam tuntutannya, Armadiansyah mengklarifikasi tudingan gerakan KAMMI sebagai radikalisme yang seolah-olah sangat menakutkan bangsa ini. “Perbedaan seragam yang membuat kita diklasifikasikan. Faktanya, sekarang bermunculan oknum-oknum atau institusi dengan slogan cinta Pancasila, cinta kebhinnekaan yang ternyata menipu dan mengelabui segenap kabinet pemerintah,” kata Armadiansyah, saat membacakan pernyataan berisi tuntutan dalam aksi demontrasinya. Ia menuding rezim yang berkuasa sekarang terkesan tebang pilih LSM-OKP dan ormas islam yang menjadi tema paling viral di Indonesia. “Makanya, kami menyebut tahun 2017 adalah tahun duka cita,” ucapnya.

Menurutnya, luka pada tubuh bangsa ini sangat jelas cacat pada pikiran dan kekhawatiran dalam bertindak dan menghasilkan kesimpulan pemerintah melawan rakyat. “Buktinya, aparat turun menjadi senjata melawan rakyat. Padahal, kepercayaan publik terhadap aparat kepolisian sudah menuju puncak pemakluman, namun dibalas dengan pukulan dan tendangan terhadap aktivis KAMMI sebagai tindakan represif aparat kepolisian,” cetus Armadiansyah.

Ia juga menuding media massa sengaja menyembunyikan fakta yang terjadi dalam tindakan kepolisian membubarkan aksi damai KAMMI di Jalan Medan Merdeka Barat. “Hingga Ketua Umum KAMMI Kartika Nur Rakhman dipukuli dan ditahan bersama aktivis lainnya, yakni Risdan Buyung , Edo Hendra Kusuma, Arifin Tanjung, Khaidir Ali, Bayu Anggara  dan Mursalin,” tutur Armadiansyah.  Lagi-lagi, ia mengungkapkan para aktivis KAMMI ini menjadi korban aksi ganas dari aparat kepolisian. “Bahkan, aktivis perempuan KAMMI juga tak luput dari aksi pemukulan aparat. Padahal, dia hanya sekadar mendokumentasikan agenda aksi itu,” kata mahasiswa ini.

Tuntutan yang diusung pada pendemo ini tak hanya mengecam, tapi juga mendesak agar Kapolres Jakarta Pusat Kombes Pol Suyudi Ario Seto dan Kapolda Metro Jaya Irjen Mochamad Iriawan harus bertanggung jawab serta meminta kepada Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian mencopot keduanya. “Kami juga mendesak agar Presiden Joko Widodo segera memecat Jaksa Agung HM Prasetyo dan mendorong penyelesaian mega kasus korupsi seperti BLBI, Bank Century dan e-KTP,” tandas Armadiansyah.(jejakrekam)

Penulis   :  Asyikin

Editor     : Didi G Sanusi

Foto       : Iman Satria

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.