TUDINGAN telah mematikan kaidah demokrasi di kampus Universitas Lambung Mangkurat (ULM) langsung ditepis Prof DR Sutarto Hadi. Rektor ULM ini menegaskan penggunaan hak suaranya untuk diberikan kepada calon Dekan FISIP yang minoritas, DR Asmui telah memenuhi pertimbangan matang.
GURU besar pendidikan matematika FKIP ULM ini malah menyebut memilih suara calon yang minoritas merupakan hak seorang rektor, selaku pimpinan tertinggi di kampus tertua di Pulau Kalimantan ini.
”Kalau memilih yang 4 suara salahkah rektor? Sifatnya di senat hanya penjaringan, kemudian pemilihannya. Rektor tidak menentukan, senat punya keleluasaan memilih, kalau suara terbagi, rektor bisa menentukan,” kata Sutarto Hadi ketika dikonfirmasi wartawan di Banjarmasin, Senin (22/5/2017).
“Saya memilih itu pertimbangan saja, pertimbangan kita, semua orang yang mencalon datang ke rektor biasa. Sudah dipanggil semua calon, ditentukan hari terakhir,” sambungnya.
Mengenai adanya ‘perlawanan’ 8 anggota Senat FISIP ULM yang memberi hak suaranya kepada DR Suryadi yang mengantongi suara mayoritas, hingga berujung tak membubuhkan tandatangan berita acara pemilihan dekan, apakah berpotensi deadlock? Menurut Sutarto Hadi, jika hal itu terjadi maka proses pemilihan Dekan FISIP ULM tidak bisa dilanjutkan, akibat anggota senat tidak mau menandatanganinya.
“Maka, saya selaku Rektor ULM akan menunjuk pelaksana tugas (Plt) Dekan FISIP. Intinya, kalau tak mau tandatangan ya tidak bisa diprosesi. Hinga akhir asa jabatan dekan sekarang, juga tidak mau tandatangan, ya Dekan FISIP untuk sementara di-plt-kan. Mudah-mudahan tidak terjadi begitu,” tandas Sutarto.(jejakrekam)
Penulis : Wan Marley
Editor : Didi G Sanusi
Foto : Universitas Lambung Mangkurat