Wanita Kalteng Ternyata Banyak yang Usia Subur

0

MENGACU survei rencana pembangunan jangka menengah nasional (RPJMN) tahun 2016, ternyata Total Fertility Rate (TFR) atau jumlah anak yang akan dipunyai seorang wanita selama masa reproduksinya per 1000 wanita di Kalimantan Tengah, sebesar 2,78.

“ADA kenaikan 0,18 dari Survei Demografi Kependudukan Indonesia (SDKI) pada 2012. Kenaikan sebesar ini cukup besar apabila dikali dengan jumlah penduduk Kalteng atau sebanyak usia subur 611 ribu,” kata Kepala Sub Bidang Advokasi dan Informasi (Advin) Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Kalimantan Tengah, Djuwiyanto di Palangkaraya, Rabu (14/3/2017).

Ia menjelaskan untuk age specific fertility rate (ASFR ) atau angka kelahiran menurut kelompok umur, usia 15-19 tahun sebesar 75,45 persen. Sedangkan secara nasional 35,64 persen. Ini berarti di Kalteng, pada usia 15-19 tahun potensi untuk melahirkan tinggi, karena sudah menikah. “Kemudian di usia rentan antara 20-24 tahun pun, Kalteng juga tinggi sebesar 149,75 persen. Jadi peluang melahirkan lebih dari satu anak juga besar. Sementara di Indonesia 115,”ujarnya.

Masih menurut Djuwiyanto, pada usia 25-29 tahun, Kalteng juga masih tinggi sebesar 148 sedangkan nasional 128. Memang mulai ada penurunan, tetapi pada usia 30-34 tahun sebesar 87 dibandingkan secara nasional 99. “Tetapi yang pasti untuk usia di atas 15-19 tahun Kalteng kembali berada di atas nasional, malah menjadi dua kali lipat,” tegas Djuwiyanto. Untuk angka kehamilan yang tidak diinginkan, yang bisa terjadi karena kenakalan remaja, seks pra nikah ataupun kebobolan, sebesar 9,2 persen. Sedangkan rata-rata nasional 9,1 0 persen. “Andai saja dari 611 ribu wanita kawin tadi, sembilan persennya mengalami kehamilan tidak diinginkan, artinya ada 60 ribu bayi yang keluar, apakah lahir hidup ataukah meninggal,”ucapnya.

Untuk Contraceptive Prevalence Rate (CPR) atau orang ikut program KB dengan cara moderen Kalteng berada di peringkat teratas, sebesar 73,3 persen sedangkan nasional 60,8 persen. Namun, beber dia, yang menjadi permasalahannya, karena seharusnya jika CPR tinggi, TFR rendah. Namun yang terjadi tak hanya CPR tinggi tapi juga TFR. “Ini berarti orang ikut KB tinggi tapi anaknya banyak. Artinya ketika kita berbicara data SDKI 2012 wanita kawin sebanyak 611 ribu pada usia 15-49 tahun, 73 persen KB tetapi melahirkan anak mendekati tiga,” tuturnya.

Menurut Djuwiyanto lagi, untuk dapat memasukkan materi tentang  kependudukan dan keluarga berencana di dalam kurikulum formal dan keorganisasian, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Kalimantan Tengah,  menggandeng lembaga formal dan non formal. Bahkan penandatanganan nota kesepahaman (MoU) dengan Ikatan Guru Indonesia (IGI) Kalimantan Tengah dan Universitas Muhammadiyah Palangkaraya (UMP) beberapa waktu lalu pun telah dilakukan BKKBN.

“Permasalahan tengah dihadapi Kalteng saat ini diantaranya, yakni tingkat pendidikan penduduk, baru 8 tahun mengenyam sekolah, kendati begitu luasnya wilayah dan sumberdaya alam yang berlimpah. Begitu juga, ASI ekslusif yang diberikan kepada bayi hanya sampai usia 1,6 bulan, yang tentunya akan berpengaruh dengan daya tahan tubuh dan tingkat intelijitas sang anak.(jejakrekam)

Penulis   : Tivarianthy

Editor     : Didi GS

Foto        : Lamandau Sega

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.