Rekomendasi Workshop HUL : Banjarmasin Perkuat Kebijakan Berbasis Sungai

0

ASA Walikota H Ibnu Sina agar kegiatan Workshop Historic Urban Landscape (HUL) Quick Scan Banjarmasin di Rumah Anno 1925, menghasilkan sebuah kertas kerja atau rekomendasi bagi Pemkot Banjarmasin  dalam pengembangan wajah kota ke depan, akhirnya terwujud.

MESKI saat ini, beberapa point rekomendasi yang telah ditelurkan itu hanya bersifat sementara. Namun, Walikota Ibnu Sina  mengapresiasi kerja keras seluruh peserta workshop yang dihelat pada 27 Oktober-2 November 2019 itu.

“Kami sudah menyampaikan hasil sementara ini kepada Walikota Banjarmasin Ibnu Sina melalui kegiatan audiensi di kediaman walikota pada Jumat (1/11/2019) kemarin,” ucap  ujar Kepala Bidang Pengembangan Pariwisata Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Banjarmasin, Mokhammad Khuzaimi dalam siaran pers diterima jejakrekam.com, Sabtu (2/11/2019).

Ia memastikan rekomendasi lengkap dan terperincinya diterbitkan tim HUL akan bekerja secepatnnya, sehingga dalam waktu yang tidak lama laporan akhir yang lebih lengkap dan mendetail akan disampaikan.

BACA : Kembangkan Banjarmasin Kota Berbasis Sungai, Tiga Pakar Belanda Dihadirkan

Adapun kertas kerja sementara atau hasil sementara Workshop Historic Urban Landscape (HUL) Quick Scan Banjarmasin itu berbunyi, Banjarmasin merupakan salah satu kota pusaka di Indonesia yang berbasis air dan dikenal sebagai Kota Seribu Sungai.

“Kota Banjarmasin hari ini telah mencoba untuk memperbaiki kembali hubungannya dengan sungai. Sungai merupakan identitas Kota Banjarmasin yang kuat,” papar pejabat yang akrab disapa Jimie ini.

Ia mengatakan dalam rekomendasi HUL ditegaskan sungai tidak hanya berfungsi sebagai elemen lingkungan, tetapi juga sebagai elemen pembentuk budaya Kota Banjarmasin.

“Sungai dapat menjadi inspirasi sebagai identitas Kota Banjarmasin yang unik. Karakteristik dan dinamika Kota Banjarmasin saat ini, sangat berkaitan dengan sejarah perkembangan kota berbasis sungai,” ucapnya.

BACA JUGA : Rumuskan Formula Kota, Empat Kampung di Tepian Sungai Dikaji Tim Ahli

Jimie mengatakan sungai-sungai besar sebagai penghubung antara Banjarmasin dan daerah sekitarnya telah mendorong munculnya permukiman dan pusat-pusat ekonomi di sekitar sungai seperti Pasar Lama, Pasar Kelayan dan lain-lain.

“Hubungan seperti ini bila dikelola dengan baik akan membuat Banjarmasin sebagai kota yang berkelanjutan berbasis pada aspek lingkungan, ekonomi, sosial dan budaya yang sejalan dengan semangat tujuan pembangunan berkelanjutan atau SDG’s (Sustainable Development Goals),” imbuhnya.

Menurut Jimie, jejak sejarah perkembangan kota merupakan aset heritage (pusaka) Kota Banjarmasin. Elemen-elemen heritage di Banjarmasin adalah suatu kualitas ruang kota yang terdiri dari elemen teraga mencakup sungai, bangunan, pasar, kampung dan elemen tidak teraga berupa tradisi, kerajinan, hikayat, upacara, keahlian, kearifan lokal.

“Keseluruhan elemen teraga dan tidak teraga ini yang disebut sebagai Historic Urban Landscape (landscape perkotaan bersejarah),” ucapnya.

BACA JUGA : Denyut Kota Kanal Warisan Belanda yang Terabaikan

Jimie mengatakan Banjarmasin berbeda dengan kota-kota pusaka lainnya yang memiliki kota lama berbasis darat, seperti Jakarta dan Semarang. “Justru, Banjarmasin tidak memiliki bangunan-bangunan bersejarah yang monumental, melainkan memiliki keunggulan narasi sejarah yang tidak kalah uniknya,” papar Jimie.

Ia menjelaskan bila Banjarmasin menetapkan visi sebagai kota pusaka berbasis sungai, maka ibukota Provinsi Kalimantan Selatan ini bisa menjadi model bagi kota-kota pusaka berbasis sungai lainnya, tidak hanya di Indonesia. Tetapi, masih menurut dia, juga di wilayah Asia Tenggara yang saat ini sedang giat mengelola aset heritage yang berhubungan dengan sungai.

BACA LAGI : Jati Diri yang Telah Terlupakan, Banjarmasin Sebenarnya Kota Seribu Kanal

Seperti warta sebelumnya, 21 peserta, terdiri dari mahasiswa dan profesional muda berasal dari Kota Banjarmasin dan beberapa daerah lain di luar Pulau Kalimantan. Mereka mengikuti kegiatan Workshop Historic Urban Landscape (HUL) Quick Scan Banjarmasin.

Kegiatan yang menghadirkan beberapa narasumber terdiri dari Hasti Tarekat dari Heritage Hands-on Belanda, Jacqueline Rosbergen dan Peter Timmer dari Badan Warisan Budaya, Kementerian Pendidikan, Kebudayan dan Ilmu Pengatahuan Belanda, dan Vera D Damayanti dari Departemen Arsitektur Lanskap Institut Pertanian Bogor, dilaksanakan di Rumah Anno, Siring Tendean, Banjarmasin

Di hari kedua pelaksanaan kegiatan di Rumah Anno, Siring Menara Pandang Kota Banjarmasin, Walikota Ibnu Sina berkesempatan hadir di tengah-tengah narasumber dan peserta workshop tersebut.

“Kami berharap dengan acara ini bisa mendapatkan kertas kerja, yang kemudian menjadi sebuah masukan dari semua pihak, termasuk juga bagi Kota Banjarmasin,” ucap Ibnu Sina, ketika itu.

BACA LAGI : Tagline Kota Berbahasa Inggris, Walikota Ibnu Sina Dikritik Habis

Kota Banjarmasin merupakan ibukota tertua di Pulau Kalimantan. Meski usia kota ini telah mencapai 493 tahun, namun H Ibnu Sina tetap ingin seluruh masyarakatnya tetap penuh semangat dalam membangun kota “Kotanya boleh tua, tapi dinamika penduduknya tidak boleh tua,” katanya.(jejakrekam)

Penulis Asyikin
Editor Didi G Sanusi

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.