GMNI Kalsel Dorong Elit Dua Kubu Rekonsiliasi

0

PASCA penetepan hasil rekapitulasi penghitungan suara Pemilu 2019 oleh Komisi Pemilihan Umum pada 21 Mei 2019, khusus mengenai hasil pemilihan Presiden dan Wakil Presiden, menimbukan reaksi dari masyarakat, terutama dari pendukung pasangan 02 yang menilai pemilu sarat dengan tindakan culas.

HAL ini diungkapkan Yudha Pratama, anggota Bidang Analisis Tim Kajian Pemilu Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Kalimantan Selatan dalam rilis tertulis yang diterima Jejakrekam.com Sabtu (25/5/2019).

Bagi Yudha gerakan massa yang terjadi akhir-akhir ini pangkal dari narasi kecurangan yang terus-menerus dibangun, yang kemudian sejalan dengan seruan “People Power” atau gerakan kedaulatan rakyat, oleh tokoh dan elit politik, dengan tujuan meminta keadilan terhadap penyelenggaraan Pemilu yang dinilai banyak terjadi kecurangan–kecurangan dalam pelaksanaannya.

BACA: Konflik Berlarut, Fatan Mundur dari Wasekjen GMNI

“Bahkan mirisnya para elit dan tokoh tersebut pada awalnya lebih menekankan aksi jalananan ketimbang memilih jalur konstitusional dalam perjuangannya. Aksi jalan tentunya sangat mudah untuk terjadi gesekan, sehingga tidak mengejutkan aksi massa kemarin berujung dengan kericuhan,” ucap Yudha.

Ia berpendapat hendaknya seluruh pihak untuk menahan diri, tidak terpancing dengan isu – isu provokatif, dan tidak melakukan perbuatan – perbuatan yang melawan hukum pasca pengumuman hasil rekapitulasi suara.

“Terlebih saat ini bertepatan dengan bulan Ramadhan, harusnya momen ini dijadikan untuk melakukan rekonsiliasi yang tertunda oleh para tokoh dan elit yang terlibat langsung dalam kontestasi politik 2019,” ucap Yudha.

Yudha menuturkan GMNI Kalimantan Selatan mengutuk aksi yang dilakukan pada tanggal 21 – 22 Mei 2019 yang berjalan dengan ricuh dan mengganggu stabilitas negara serta menimbulkan kerugian materiil maupun immateril di masyarakat.

Sementara, Ridho A.G, Ketua Bidang Penindak Tim Kajian Pemilu GMNI Kalimantan Selatan menekan saat ini yang paling terpenting ialah bagaimana mewujudkan Rekonsiliasi, setelah terjadinya rentetan peristiwa – peristiwa kebelakang seperti pengancaman Presiden, upaya adu domba antar institusi keamanan negara, hingga ricuhnya aksi massa yang menimbulkan korban jiwa.

“Peristiwa ini tidak akan terjadi jika elit politik tidak melontarkan narasi – narasi miring, oleh sebab itu sudah cukup masyarakat di cecoki dengan narasi – narasi demikian,” kata Ridho.

Ia mengkawatirkan jika narasi negatif ini terus dilontarkan maka masyarakat akan terus dipolarisasi. “Harusnya para tokoh dan elit memberikan narasi – narasi yang menyejukan dan menenangkan masyarakat,” imbuhnya.(jejakrekam)

Penulis Akhmad Husaini
Editor Fahriza

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.