Usai Digusur, Kini Warga Kayutangi Ujung Mulai Usaha dari Nol Lagi

0

BUTUH dana puluhan miliar bagi Pemkot Banjarmasin untuk membebaskan kawasan Kayutangi Ujung yang masuk areal pembangunan Jembatan Sungai Alalak baru. Saat ini, masih ada aktivitas pembongkaran satu ruko bekas apotek yang terus dilakukan pekerja dengan menerjunkan alat berat, Kamis (7/2/2019).

DERETAN warung makan, kios ponsel dan pertokoan pun telah digusur, kini telah rata dengan tanah. Warga Alalak Utara yang berada di kawasan Kayutangi Ujung, harus memulai usaha baru. Ada yang memilih tetap bertahan, ada pula pindah ke tempat lain.

Seperti warung makan Nunung yang terkenal di kawasan itu, kini harus pindah ke kawasan Handil Bakti. Meski warung bernama serupa masih ada di kawasan Jalan Tembus Perumnas, dekat Masjid Al Hidayah.

Begitupula, para penjual nasi bungkus kuning masih menggelar dagangan, meski harus bergeser pada tempat semula, usai dibongkar.

“Ya, terpaksa harus memulai usaha dari nol lagi. Saya dapat ganti rugi hanya sekitar Rp 4,5 miliar. Mau dibelikan ruko, ukuran tanahnya berkurang dari semula. Ya, mau apa lagi, pakai sisa lahan yang ada saja,” kata pemilik warung nasi kuning Kembar kepada jejakrekam.com, Kamis (7/2/2019).

BACA :  Deadline Steril Belum Rampung, Satu Ruko Masih Tersisa di Kayutangi Ujung

Untungnya, perempuan yang enggan dikutip namanya ini masih punya sisi tanah dan bangunan yang bisa dimanfaatkan. Ia pun membangun ruko sederhana di atas lahan tersisa di tepian Jalan Tembus Perumnas itu.

“Memang, ada beberapa pedagang lainnya memilih pindah ke tempat lain. Ada pula yang membangun kios baru jauh dari tepi jalan yang ada,” katanya.

Seperti Nunung, pemilik warung makan pun harus pindah ke kawasan Handil Bakti. Ia pun kini merasakan kehilangan pelanggan, dan beberapa pekerjanya. Belum ada kepastian kapan membuka warung lagi.

Sementara itu, sejumlah pekerja harian tengah membangun enam petak kios di atas petak lahan. Helma, seorang pekerja mengaku diupah harian untuk membangun enam petak kios itu bersama pekerja lainnya.

“Warung-warung yang ada sekarang dipindah ke belakang. Semua harus memulai yang baru, karena lahan ini terkena proyek Jembatan Sungai Alalak,” kata Helma.

Dosen Fakultas Teknik Uniska MAB, Adhi Surya Said pun mengakui setiap pembangunan pasti ada dampak sosial dan ekonomi mengekor di belakangnya.

Menurut dia, berarti selama dua tahun, warga di sekitar Kayutangi Ujung, khususnya di Jalan Tembus Perumnas dan Cemara Ujung akan merasakan dampak dari perpindahan arus lalu lintas.

BACA JUGA :  Picu Stress Tinggi, Fenomena Leher Botol Bakal Terjadi di Kayutangi Ujung

“Kondisi jalan lingkungan yang sempit di Jalan Tembus Perumnas pasti akan menahan beban berat, karena perpindahan moda transportasi dari jalan nasional,” kata ahli perencanaan kota dan wilayah lulusan ITB ini.

Untuk diketahui, untuk membebaskan kawasan Kayutangi Ujung terdapat sekitar 50 persil dan 40 unit rumah disuntik dana sekitar Rp 36 miliar. Rinciannya, pada APBD murni 2018 digelontor dana Rp 21 miliar, kemudian ditambah lagi dalam APBD Perubahan 2018 sebesar Rp 15 miliar.(jejakrekam)

 

Penulis Arpawi
Editor Didi GS

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.