Nasib Hotel Tambangan di Tengah Himpitan Minimnya Okupansi

0

PERANG tarif dan fasilitas dalam bisnis perhotelan di Banjarmasin, makin tajam. Hotel-hotel non bintang pun kini merasakan dampaknya, ketika makin sepi peminat. Okupansi atau tingkat hunian pun menjadi problema yang harus dihadapi pengelola hotel.

SALAH satu hotel yang kini terdampak adalah Hotel Tambangan di Jalan Achmad Yani Kilometer 5, Banjarmasin. Meski berada di jalan utama ibukota Provinsi Kalimantan Selatan, hotel yang dulu sempat berjaya di era tahun 1990-an, kini tampak sepi. Bahkan, terlihat plang nama yang tertancap di atas atap depan Hotel Tambangan berbentuk rumah Banjar tipe bubungan tinggi, tak sempurna lagi.

Kemorosotan ini sudah dirasakan pengelola Hotel Tambangan. Padahal, di hotel ini tersedia 40 kamar dengan variasi harga, sesuai kantong para pengunjung.

Salah satu resepsionis Hotel Tambangan yang enggan dikutip namanya mengakui rata-rata pengunjung di hotel itu berkisar lima orang per hari. “Kalau di akhir pekan, ada 10-15 pengunjung yang menginap di sini. Memang, Hotel Tambangan ini sempat berjaya di tahun 1990-an, tapi itu tak bisa terulang dengan tingginya persaingan antar hotel di Banjarmasin,” ucap pria ini kepada jejakrekam.com, Jumat (28/9/2018).

Ia mengaku tak ingin persis, kapan Hotel Tambangan ini berdiri. Namun, menurut dia, hotel yang berada di poros jalan utama dan berdekatan dengan kawasan perkantoran ini telah beroperasi lebih dari 20 tahun. “Sekarang, pengelola Hotel Tambangan adalah generasi ketiga. Memang, konsep hotel ini mengangkat budaya Banjar, ya seperti namanya Tambangan merupakan perahu khas Banjar tempo dulu,” katanya.

Memori lelaki paruh baya ini ke belakang. Itu ketika Hotel Tambangan di tahun 1990-an menjadi primadona para tamu saat berkunjung ke Banjarmasin. “Dulu, tiap hari ada puluhan tamu yang datang. Ini belum ditambah penggunaan aula hotel untuk seminar atau rapat,” katanya.

Namun, kini Hotel Tambangan seakan kalah bersaing. Ini karena di sepanjang Jalan Achmad Yani sudah berdiri hotel-hotel berbintang termasuk berjaringan internasional. “Dulu di tahun 1980-an dan 1990-an, hanya ada beberapa hotel di Jalan Achmad Yani. Sekarang, bisa dihitung saja, sudah berapa yang beroperasi,” ucapnya.

Terpisah, Kabid Pengembangan Pariwisata Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Banjarmasin, Mokhammad Khuzaimi mengakui saat ini di ibukota Provinsi Kalsel telah berdiri sedikitnya 90 hotel berbagai bintang.

“Dari tamu harian di hotel memang belum terdata valid. Banyak pihak pengelola hotel enggan menyerahkan data tamu harian ke dinas kami,” ujar Khuzaimi.

Pria yang akrab dipanggil Jimie ini mengaku agar kesulitan untuk memonitoring wisatawan yang menginap di Banjarmasin, akibat tak disuplai pihak perhotelan.

“Untuk wisata favorit di Banjarmasin adalah susur sungai. Untuk tahun 2016, ada sekitar 584.000 wisatawan menikmati susur sungai. Meningkat tajam di tahun 2017, mencapai 650.000 orang. Insya Allah, untuk tahun ini, kami targetkan ada 700 ribu lebih wisatawan yang datang ke Bajarmasin,” pungkas Jimie.(jejakrekam)

Pencarian populer:https://jejakrekam com/2018/09/28/nasib-hotel-tambangan-di-tengah-himpitan-minimnya-okupansi/
Penulis Ahmad Husaini
Editor Didi GS

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.