Merindukan Banjarmasin Post sebagai Jendela Banua

Oleh : Sukhrowardi

0

MEMASUKI bulan Agustus 2018, ada peristiwa bersejarah bagi bangsa Indonesia di antaranya peringatan Hari Kemerdekaan yang ke-73, dan bagi pemeluk agama Islam ada Hari Raya Idul Adha. Sedangkan bagi insan pers di Kalsel, bulan Agustus ada peringatan kelahiran koran terbesar dan tertua di Kalimantan yaitu Banjarmasin Post yang sudah 47 tahun usianya.

KORAN ini terbukti tetap eksis sampai sekarang di tengah tengah serbuan dan dahsyatnya media sosial melalui media ditigal. Dulu, Banjarmasin Post bermodal mesin cetak dengan mesin bahari dan sudah barang tentu kemampuan terbatas.

Banjarmasin Post didirikan oleh almahhum Djok Mentaya  dan M Yustan Ajidin serta para redaktur yang juga politikus andal seperti Mas Abikarsa  dan lain  lainnya. Mereka kini telah tiada alis telah berpulang ke pangkuanNya. Saya yakin mereka tentu bangga dan tersenyum disorga melihat sahabat seperjuangan yaitu H Gusti Rusdi Effendi  yang sudah berusia cukup tua  tetap bersemangat mengibarkan koran Banjarmasin Post ke pelosok Banua dengan pasukan senior dan muda dengan berbagai terobosan yang inovatif dan kreativitasnya.

Media Banjarmasin Post dari segi usia paling tua dibandingkan usia media lokal lainya dan berkembang di pelosok Kalimantan. Ini dikarenakan sudah bergabung dengan group raksasa media nasional Kompas Group yang tampilan berita berbobot. Aktual dan penuh keilmuan serta padat analisa peristiwa nasional dan dunia. Sehingga bertahan dan referensi kebijakan pembangunan Indonesia.

Bahkan, koran ini menjadi pelopor kemajuan persepakbolaan nasional. Seperti kejuaraan sepakbola antar karyawan. Pengusaha bahkan membikin kompetisi sepakbola usia dini yang mendunia yaitu kompetisi Danone  yang disponsiri Group Aqua, pelopor air putih mineral dari pegunungan .

Masih segar dalam ingatan pembaca Banjarmasin Post di era  perjuangan ketika koran ini masih ditangani para pendirinya. Koran BPost identik dengan berita-berita kriminalitas yang berani dan terpercaya. Selain itu, koran ini juga rajin melancarkan  kritik-kritik dialamatkan kepada  penguasa baik lokal maupun nasional. Alhasil, karena peran yang dimainkan itu sehingga seorang  Djok Mentaya menjadi sosok penentu kebijakan pembangunan  Kalimantan Selatan meskipun yang bersangkutan bukan tokoh birokrat atau wakil rakyat.

Tetapi suara dari Banjarmasin Post benar-benar didengar dan diperhitungkan oleh penguasa  saat itu.  Beberapa kebijakan daerah yang pembangunannya dipengaruhi oleh pemberitaan Banjarmasin Post, antara lain adalah pembangunan Asrama Haji Banjarbaru, Jembatan Merdeka, termasuk adanya koran masuk desa dan lainnya. Makanyya, istilah iklan hari ini, rasanya tidak lengkap sarapan pagi kalau tidak membaca Banjarmasin Post.

Jadi, koran Banjarmasin Post dan sosok pendirinya selalu jadi referensi kebijakan penguasa di era itu. Bahkan, jadi ‘pamenderan getek’ para pengusaha dan masyarakat  pada umumnya mengenai apa yang dimuat dalam berita Banjarmasin Post. Hal ini adalah kemajuan dan kemunduran Banua kita yang memang masih berpenduduk terbatas dan tidak ada teknologi canggih seperti era sekarang ini.

Banjarmasin Post sekarang sudah terus berinovasi dan bereloborasi dengan kondisi zaman saat ini dengan langsung kesegman pembacanya sebut saja MetroBanjar. BPost Online, Kompas TV Banjarmasin dan Serambi Ummah. Namun saya mungkin mewakili pembaca setia Banjarmasin Post, merasa ada yang hilang tentang peran BPost jadi jendela Banua Kalimantan Selatan.

Arti sebuah jendela dan ikon jendela Banua tidak saja sebagai sumber informasi tentang kemajuan banua dan kemunduran Banua. Harapan  jejak rekam pendirinya bisa diikuti kalau Banjarmasin Post bersuara dengan medianya, maka kebijakan pembangunan yang tidak efiesien dan tidak multiefek terhadap kehidupan ekonomi masyarakat perlu ditinjau ulang atau dihentikan . Seperti nampak di wadah BPost berdomisili, di mana pembangunan Jalan Veteran waktu lama dan sistem konstruksinya menelan biaya berlebihan. Fenomena ini seharusnya dikupas habis oleh Banjarmasin Post. Mengapa ? Karena waktu tempuh lewat pembangunan  flyover Gatot Subroto  berlangsung lama pada hal ini. Ini sudah zaman teknologi.

Bandingkan dengan pembangunan MRT Jakarta yang bergerak cepat. Ini harusnya menjadi salah satu peran yang diambil BPost sebagai sosok jendela kita yang sudah barang tentu punya kelebihan dan kekuatan. Media ini harus berperan pada problematika pembangunan di Banua. Yang terjadi sekarang terkesan mulai terjebak pada kepentingan jangka pendek dan terkesan tidak “purun” mengkritik  penguasa yang mungkin karena  ada “kakawanan” atau kulanya si anu dan sentimen agama.

Oleh karena itu, kami berharap BPost tidak lagi terjebak pada  kepentingan seperti  itu. Perlu dipahami bahwa pembaca merupakan elemen terpenting untuk mempertahankan keberadaan harian ini di tengah arus persaingan industri media yang semakin beragam.

Jika BPost tidak melakukan redefinisi atas peran yang telah dimainkannya selama ini, bisa saja pembaca akan beralih ke media yang lebih memberikan perhatian terhadap mereka.

Inilah salah satu semangat dari konsep jurnalisme yang akhir-akhir ini dikembangkan banyak media massa di dunia, yakni konsep jurnalisme sipil (civil journalism), yaitu bagaimana sebuah media lokal dapat menjadi mediasi yang terarah dan konstruktif untuk memberdayakan masyarakat pembacanya di tingkat lokal yang sangat spesifik.

Di samping berharap BPost panjang umur, harapan yang jauh lebih mendasar di ultahnya kali ini adalah kian memperhatikan kebutuhan berita pembacanya. Berita verbal atau gambar ilustrasi yang kurang layak untuk dikonsumsi, sebaiknya tak muncul lagi. Misalnya, rubrik Celebrity. Kira-kira apa manfaat rubrik ini untuk masyarakat Kalsel yang dapat mengonsumsi gosip selebritis hampir setiap hari di hampir semua saluran televisi dalam tayangan yang lebih hidup?

Selain itu, redaksi BPost harus komunikatif dengan publik pembacanya. Berkacalah kepada Kompas, misalnya. Staf redaksi Kompas tidak pernah malas memberikan informasi tentang status tulisan yang dikirimkan oleh pembacanya yang ingin berpartisipasi mengisi ruang berita yang disediakan, baik melalui email maupun surat. Kalau memang ternyata staf redaksi BPost terlalu sibuk untuk melakukan aktivitas yang sangat berharga bagi pembacanya itu, BPost dapat menggunakan mesin penjawab email otomatis. Dengan ini dapat memberikan konfirmasi otomatis bahwa tulisan yang dikirim pembaca telah sampai di-inbox email redaksi.

Demikian ucapan selamat, kritik, saran, dan harapan saya buat BPost. Kritik bagi jurnalisme sipil menyiratkan keinginan sekelompok pembaca yang mencoba berharap membangun kembali kepercayaan terhadap media yang dikritiknya. Karena walau bagaimanapun  hingga saat ini kiprah media Banjarmasin Post terus dinanti dan menjadi buah harapan keberhasilan Banua. Tentu, sudah barang tentu berani tampil ke depan membuat inovasi yang membuat pembaca terkagum-kagum dengan fungsi kontrolnya.(jejakrekam)

Penulis adalah Pendiri Banua Terang

 

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.