Macet Parah di Kayutangi dan Handil Bakti Akibat Proyek Jembatan Alalak 1 Lambat

0

AKIBAT insiden truk yang mengangkut pasir terporos, kemacetan parah tak terelakan di kawasan Kayutangi. Mulai Jalan Brigjen H Hasan Basry hingga kawasan Jalan Trans Kalimantan, Handil Bakti, Senin (15/3/2021).

INSIDEN ini hanya catatan dari sekian kasus akibat lambannya pembangunan Jembatan Sungai Alalak (Kayutangi Ujung), hingga berdampak para akses lalu lintas penghubung Banjarmasin dengan Handil Bakti, khususnya ke Barito Kuala dan Kalimantan Tengah.

“Memang, insiden seperti truk pasir yang terporosok, hanya bagian kecil. Sebab, gara-gara Jembatan Alalak 1 lambat dibangun, bahkan tak ada lagi jalan alternatif bagi truk dan angkutan besar, makin memparah kawasan Kayutangi dan Handil Bakti,” ucap dosen Fakultas Teknik Uniska MAB Banjarmasin, Adhi Surya Said kepada jejakrekam.com, Senin (15/3/2021).

Selain itu, diakui Adhi, dampak akibat banjir yang memicu kerusakan ruas Jalan Gubernur Syarkawi atau Km 17 (Pal 17), berpengaruh pada daya tampung ruas Jalan Brigjen H Hasan Basry. Apalagi, Jalan Trans Kalimantan menjadi satu-satunya akses ke Banjarmasin, membuat Jalan Cemara Raya rusak, hingga aspal terangkat akibat beban berlebih dan bukan kelas jalannya.

BACA : Picu Stress Tinggi, Fenomena Leher Botol Bakal Terjadi di Kayutangi Ujung

“Dari pantauan, hampir pada hari Jumat, Sabtu, Minggu dan Senin, semua kendaraan bermotor dari semua jenis menumpuk di Jalan Trans Kalimantan. Jelas, sudah over kapasittas bahkan fenomena leher botol (bottle neck) memang sudah terjadi. Bayangkan untuk ke Banjarmasin dari perempatan Jalan Trans Kalimantan, butuh waktu dua hingga empat jam,” kata Adhi.

Menurut dia, molornya pembangunan Jembatan Sungai Alalak membuat kemacetan parah di Jalan H Hasan Basry, Cemara Raya, Adhyaksa, dan lainnya, hingga dari Jembatan Alalak 2 ke Simpang Empat menuju Jembatan Barito, Marabahan dan Jalan Gubernur Syarkawi, turut terdampak kemacetan.

“Dampak banjir yang terjadi pada Desember dan Januari 2021 lalu juga terlihat banyak jalan beraspal hancur, bahkan menjadi bubur. Ini bisa dilihat di ruas Jalan Gubernur Syarkawi, Jalan Trans Kalimantan dan Jalan Sungai Gampa,” beber Adhi.

BACA JUGA : Saat Jam Sibuk, Akses Lalu Lintas Kawasan Kayutangi Terancam Terkunci

Dari hal itu, lulusan magister teknik ITB Bandung ini mengatakan sumber masalah adalah over kapasitas, kelas jalan yang tidak sesuai dari jalan nasional ke jalan lingkungan. Sebab, beber dia, berat gandar tidak sesuai, seperti terjadi Jalan Cemara Raya yang dilewati truk-truk besar.

“Selama ini juga pengaturan lalu lintas nihil di lapangan. Akibatnya, antrean atau tundaan. pengaturan lalu lintas nihil karena antrian atau tundaan berjam jam bisa 10-12 jam bahkan dari pagi sampai malam di Jalan Trans Kalimantan ke arah Banjarmasin,” ungkap Surya.

Solusi yang ditawarkan asesor Himpunan Ahli Teknik Indonesia (HAKI) Kalsel ini adalah pemisahan operasi jalan truk baik diatur jam atau dicarikan alternatif jalan. Kemudian, pengaktifan ferry atau angkutan penyeberangan untuk angkutan mobil dan motor yang tidak melalui Jembatan Alalak 2, karena Jembatan Alalak 2 itu adalah bottle neck dengan kapasitas jembatan over melayani transpotasi yang bergerak di atasnya.

“Makanya, perlu petugas khusus untuk pagi siang sore malam hari, terutama pada jam-jam sibuk yang mengatur ruas Jalan Trans Kalimantan-Handil Bakti. Kemudian, perlu cepat penanganan jalan aspal yang terkelupas atau melendut. Bisa disemen atau ditimbun dengan agregat selama proyek Jembatan Alalak 1 masih belum rampung,” ungkap Adhi.

BACA JUGA : Anggaran Digeser, Peresmian Jembatan Alalak Ditunda hingga September 2021

Ia pun mengatakan perlu list atau plang pemisah skotlate untuk malam hari atau pita pemisah jalan trans Kalimantan. Adhi pun menyarankan agar semua pihak terkait, seperti Dinas PUPR, Dinas Perhubungan, Pemkab Batola, Pemkot Banjarmasin, Pemprov Kalsel serta pihak kepolisian agar duduk bersama.

“Sebab, saat ini, masyarakat di Handil Bakti sudah gerah, masalah macet dan kerusakan jalan, membuat kawasan itu tidak nyaman lagi. Apalagi, banyak mobil dan motor yang rusak akibat jalan yang rusak,” pungkasnya.(jejakrekam)

Penulis Rahim/Didi GS
Editor Didi G Sanusi

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.