Selamat Jalan Sang Mentor, Cita-citamu Akan Kami Lanjutkan

0

Oleh : Iman Satria

SANG mentor itu telah pergi. Sebelumnya, ia berjuang melawan sakit hingga tiga kali bolak-balik Rumah Sakit di Banjarmasin. Dia adalah Didi Gunawan atau Bang Didi biasa penulis memanggilnya.

AWAL mula pertemuan kami ketika sama-sama di Surat Kabar Harian Sinar Kalimantan sekitar tahun 2008. Pada waktu itu, Bang Didi sudah menjadi Redaktur Politik. Adapaun penulis banyak berkomunikasi karena selalu diminta mengisi foto di Halaman Politik yang ditanganinya.

Harian Sinar Kalimantan adalah koran yang kami beri gelar “Bayi Ajaib” tersebut tutup tidak sampai satu tahun berjalan. Kenapa “Bayi Ajaib?” Karena hampir tidak ada pengembalian (retur) setiap koran itu terbit. Artinya, koran selalu terjual habis karena berita dan distribusinya ditangani orang-orang yang hebat.

BACA :  Kabar Duka, Pemimpin Redaksi Jejakrekam.Com Wafat

Ketika itu, penulis bekerja bersama Bang Didi tidak seperti redaktur sebagai atasan dan bawahan. Sebab, pada 2008, penulis hanya fotografer yang masih amatir. Tidak ada kata perintah keluar dari mulut Bang Didi karena semua pekerjaan selalu dimintanya dengan kata “tolong“. Itulah sebabnya, bekerjasama dengan beliau sangat menyenangkan.

Sayangnya, kebersamaan kami tidak berumur panjang disebabkan Sinar Kalimantan berhenti beroperasi dengan alasan tertentu. Kami pun bekerja di media berbeda. Bang Didi ke Harian Media Kalimantan, sedangkan penulis dan sebagian teman membangun Tabloid Urbana. Setelah itu, penulis bergabung di Surat Kabar Harian Barito Post sejak tahun 2009.

Kebersamaan penulis dengan Bang Didi dimulai kembali sejak akhir tahun 2016. Bang Didi meminta bertemu di Warung Jogja, di Jalan Keramaian, Banjarmasin Tengah, Kota Banjarmasin. Disana Beliau menyampaikan ingin membangun dan mengelola portal berita independen, tapi belum mempunyai nama dan meminta penulis untuk membantu mengisi foto.

BACA JUGA : Didi Gunawan ‘Wartawan Sepenuh Hati’

Kemudian awal tahun, tepatnya 7 Januari 2017, lahirlah Jejakrekam.com. Pada waktu itu, penulis sempat ragu bergabung, karena trauma dengan tutupnya beberapa media yang pernah penulis ikuti. Namun, mengingat Bang Didi yang membangun, akhirnya penulis bergabung dengan niat untuk sama-sama membesarkan media online ini.

Warung Jogja akhirnya menjadi bascamp kami yang hampir setiap sore kami dan teman-teman wartawan lainnya berkumpul disana. Lalu dari situ, jejakrekam.com dikenal banyak orang dari berbagai kalangan.

Disanalah penulis digenjot untuk tidak hanya menjadi fotografer, tapi juga harus bisa menulis. Setiap sore, foto liputan disetor untuk ditayangkan, dan penulis selalu disuruh membuat teks foto yang menarik.

BACA LAGI : ‘DIG’, Tokoh Jurnalis Yang Selalu Buat Dag-Dig-Dug Penguasa

“Man, buatkan teks foto yang bagus,” katanya setiap foto dikirim. Ternyata tidak hanya sampai disitu, penulis juga diminta membuat berita. Berawal dari berita singkat antara empat sampai enam paragraf hingga akhirnya penulis bisa menulis berita yang utuh dan terus berkembang. Nampaknya, pendekatan Bang Didi melalui pertemanan membuat penulis selalu nyaman dengan arahannya.

Selain soal peningkatan kemampuan penulis, Bang Didi tidak henti-henti berbicara kesejahteraan untuk semua awak di jejakrekam.com. Padahal dengan keterbatasan finansial media, tetapi soal kesejahteraan itu selalu dia bicarakan.

Tentu harapannya suatu saat semua akan layak menerima hasil dari perjuangan bersama ini. Terlebih lagi seiring dengan portal berita independen ini terus berkembang bahkan menjadi pioneer berita politik di Kalimantan Selatan hingga sepeninggalnya.

Beberapa bulan terakhir, Bang Didi sakit-sakitan, tapi dia selalu menyembunyikan sakitnya. Bang Didi selalu menyebut hanya sakit kepala saja atau asam lambung naik, tetapi terkadang handphonenya tidak diaktifkan berminggu-minggu.

BACA :  Wartawan Senior Yang Tak Henti Belajar Jurnalistik

Jum’at 22 Maret 2024 Bang Didi masuk RSUD Ulin Banjarmasin setelah sebelumnya dirawat di RSUD M Anshari Saleh. Ketika penulis membesuk, terlihat senyum lebar di wajahnya. Dia mengangkat tangan kiri dan langsung penulis sambut, bahkan Bang Didi fasih menyebut “Man Jejakrekam”.

Salam dari sahabatnya yang ketika itu berada di Padang (Sumatera Barat) yaitu Nasrullah disampaikan. Melihat Bang Didi begitu semangat mendengar salam itu, akhirnya penulis melakukan sambangan video call dengan Nasrullah.

Pembicaraan mereka begitu hangat dan Bang Didi terlihat begitu senang. Dari Padang, Nasrullah mendo’akan kesembuhan sang sahabat, penulis berkeyakinan Bang Didi akan sembuh dan kembali bersama-sama meneruskan perjuangan membesarkan jejakrekam.com.

Berikutnya penulis kembali membesuk Bang Didi, ketika itu, dia kurang merespon. Penulis berkeyakinan ketika itu Bang Didi hanya butuh istirahat total, hingga akhirnya penulis mendengar berita duka dari grup whatsapp Jum’at 19 April sang mentor itu pergi.

Selamat Jalan Sang Mentor, Cita-citamu Akan Kami Lanjutkan Bersama-sama.

Editor Fahriza

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.