Sulap Kawasan Kumuh, Model Rusunawa Tepat Kurangi Kepadatan Bangunan di Banjarmasin

0

MODEL bangunan bertingkat memanfatkan minimnya luas lahan diterapkan di Banjarmasin. Model rumah susun sewa (rusunawa) seperti Ganda Maghfirah dan Teluk Kelayan telah dihuni warga urban.

SEBELUMNYA pada 2020 lalu, Gedung Rusunawa Ganda Maghfirah di Jalan Tembus Mantuil, Kelayan Selatan, telah direhabilitasi dengan dana Rp 350 juta dari Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman Kota Banjarmasin.

Kini untuk mempermak kawasan Rusunawa Teluk Kelayan juga tampak dilakukan Pemkot Banjarmasin. Dari pantauan jejakrekam.com, Senin (14/6/2021), pintu gerbang (gafura) di Jalan Teluk Kelayan, Kelayan Barat, hingga pemagaran telah digarap sejak tahun anggaran APBD 2019 disuntik dana Rp 1,2 miliar lebih.

Sejumlah penghuni Rusunawa Teluk Kelayan mengakui dengan fasilitas telah dibangun di sekitar komplek, kawasan yang dulunya kumuh lebih tertata. Apalagi, ada fasilitas seperti lapangan futsal, gazebo dan lainnya di Siring Kelayan menghadap ke Sungai Martapura, makin mempercanti kawasan itu.

“Sudah lama terisi. Kebanyakan menempati di lantai I, II, II dan IV. Yang masih kosong, ada di lantai III,” ucap seorang penghuni Rusunawa Teluk Kelayan, enggan dikutip namanya kepada jejakrekam.com, Senin (14/6/2021).

BACA : Banyak Kawasan Kumuh, DPRD Soroti Kinerja Disperkim Kalsel yang Belum Maksimal

Meski ruas Jalan Teluk Kelayan tampak sedikit rusak, akibat pembangunan siring dan pemasang gorong-gorong, sejumlah penghuni rusunawa itu mengatakan semua itu untuk mempermudah akses bagi warga sekitar.

“Memang, banyak juga warga asli Kelayan yang menempati rusunawa ini. Tapi ada juga sebagian dari warga Tanjung, Rantau dan Barabai yang sudah bekeluarga dan bekerja di Banjarmasin juga menyewa kamar di Rusunawa Teluk Kelayan. Tapi seleksi untuk jadi penghuni rusunawa ini sangat selektif,” ucap wanita berkerudung ini.

Dengan kisaran biaya sewa Rp 450 ribu per bulan, Rusunawa Teluk Kelayan yang dikelola UPT Disperkim Kota Banjarmasin, para penghuni mengaku tidak terlalu memberatkan.

Pengamat perkotaan asal Fakultas Teknik Universitas Lambung Mangkurat (ULM), Akbar Rahman PhD mengakui konsep rumah vertikal seperti rusunawa sangat tetap diterapkan di Banjarmasin, dalam mengurangi tingkat kepadatan bangunan yang tinggi.

BACA JUGA : Disuntik Dana Rp 34,5 Miliar, Banjarmasin Target Kawasan Kumuh Tersisa 180 Ha

“Dengan begitu, slum area (kawasan kumuh) di Banjarmasin akan terus berkurang. Terutama di kawasan selatan dan barat, karena jika tingkat kepadatan bangunan tinggi, maka banyak risiko yang akan dihadapi,” ucap Akbar.

Doktor urban design jebolan Saga University, Jepang mengatakan risiko yang dihadapi adalah rawan kebakaran. Terbukti, intensitas kebakaran di Banjarmasin sangat tinggi terutama menyasar kawasan padat penduduk dan gang-gang kecil.

“Ini belum lagi soal banjir. Karena jika bangunan padat, maka daya serap air untuk wilayah tangkapan air akan terus berkurang akibat tertutup bangunan. Jadilah, beberapa kawasan di Banjarmasin selalu tergenang akibat tingginya permukaan sungai atau hujan lebat,” ucap arsitek dari Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) Kalsel ini.

Menurut Akbar, ketika ruang padat bangunan di ubah jadi bangunan bertingkat, maka akan ada lahan terbuka (open space). Nah, ruang terbuka ini bisa dimanfaatkan sebagai ruang publik dan ruang terbuka hijau, sebagai area komunitas sampai ruang tangkapan air.(jejakrekam)

Penulis Ahmad Husaini
Editor Didi G Sanusi

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.