Tak Hanya Persepsi Orangtua Siswa, Pembelajaran Tatap Muka Harus Pertimbangkan Aspek Kesehatan

0

TIM Pakar Universitas Lambung Mangkurat (ULM) Percepatan Penanganan Covid-19 Bidang Antropologi, Nasrullah mengingatkan agar pemerintah daerah baik tingkat kota, kabupaten dan provinsi bisa mempertimbangkan matang dalam membuka pembelajaran tatap muka (PTM) di sekolah.

“KHUSUSNYA melalui Dinas Pendidikan masing-masing kabupaten, kota dan provinsi di Kalsel dalam menerapkan PTM di sekolah, terutama tahun ajaran baru 2021/2022, harus juga mempertimbangkan aspek kesehatan atau pandangan medis, bukan hanya survey dari orangtua siswa saja,” tutur Nasrullah kepada jejakrekam.com, Senin (31/5/2021).

Ia mencontohkan kasus positif Covid-19 saat ini hingga 3 Mei 2021 masih tinggi seperti Banjarmasin sebanyak 9.179 orang. Kemudian, disusul Kota Banjarbaru sebanyak 5.072 orang dan Kabupaten Tanah Laut sebanyak 3.656 orang. “Bisa dicek dari sumber https://corona.kalselprov.go.id/,” katanya.

Bagi dosen muda FKIP ULM ini jika pun ingin membuka sekolah untuk belajar tatap muka, hendaknya tidak sekadar melihat persepsi atau opini publik terutama dari orangtua siswa.

BACA : Khawatir Lost Learning, Disdik Banjarmasin Pastikan Belajar Tatap Muka Dimulai Juli 2021

Bagi Nasrullah, yang perlu diperhatikan adalah pertimbangkan dari pakar kesehatan. Dalam kasus Covid-19 ini, pendidikan pun harus mengalami medikalisasi. “Itulah sebabnya pertimbangan aspek kesehatan sangat diperlukan. Maka koordinasi Dinas Pendidikan dengan memperhatikan pertimbangan Dinas Kesehatan pada pemerintah daerah setempat,” cetusnya .

Selain itu, masih menurut Nasrullah, pertimbangan letak sekolah untuk belajar tatap muka juga patut menjadi perhatian. Pertimbangan lokasi sekolah yang berada di pinggiran kota, dan dengan murid-murid yang juga berada di sekitar sekolah tersebut menjadi prioritas awal untuk membuka belajar tatap muka.

“Sebaliknya, sekolah yang berada di tengah kota dan akses murid dari berbagai lokasi akan sangat membutuhkan pertimbangan yang serius,” tandas magister antropologi dan sosiologi Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta ini.(jejakrekam)

Penulis M Syaiful Riki
Editor Didi G Sanusi

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.