Gaungkan Hari Bekantan ke Internasional, SBI: Sisa 2.200 Habibat Spesies Hampir Punah di Kalsel

0

FOUNDER Sahabat Bekantan Indonesia (SBI) Foundation, Amalia Rezeki memperingati Hari Bekantan (Nasalis Larvatus) ke-6, yang telah diinisiasinya bersama pegiat lingkungan serta dukungan penuh dari Universitas Lambung Mangkurat (ULM).

DIA mengakui awal mula deklarasi pertama Hari Bekantan dan perjuangannya dalam menggaungkan spesies yang hampir punah tersebut.

“Hari kemarin, tanggal 28 Maret 2021 bertepatan peringatan Hari Bekantan yang keenam. Hari Bekantan adalah sebuah gerakan moral di bidang konservasi untuk membangun mata rantai kepedulian bersama dalam upaya pelestarian Bekantan (Nasalis Larvatus), yaitu satwa ikon kebanggaan Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel), yang keberadaannya oleh Lembaga Konservasi Internasioanal (LKI) IUCN dimasukan dalam daftar merah dan terancam punah,” papar Founder SBI Foundation, Amalia Rezeki kepada jejakrekam.com, Senin (29/3/2021) malam.

Habitat endemik yang masuk dalam daftar merah atau CITES Appendix I itu, Amalia langsung menginisiasi bersama pegiat lingkungan lainnya. Termasuk, melibatkan pejabat terkait dalam upaya mendeklarasikan tentang Bekantan sebagai pelestarian hewan primata endemik, spesies kunci yang keberadaannya hampir terancam punah.

BACA : Polda Kalsel Ungkap Kasus Perdagangan Satwa, Bekantan hingga Beruang Madu Jadi Barbuk

Amalia menceritakan tentang awalnya deklarasi pertama Bekantan, yaitu tepatnya pada 28 Maret 2015, pukul 10.00 Wita, yang bertempat di kawasan Taman Wisata Alam (TWA) Pulau Bakut, Barito Kuala.

“Atas prakasa saya Amalia Rezeki selaku pegiat konservasi dan peneliti Bekantan dari Universitas Lambung Mangkurat (ULM) bersama komunitas pecinta lingkungan serta tokoh masyarakat dan pejabat di Kalimantan Selatan, dilakukanlah deklarasi Hari Bekantan tersebut,” ujarnya.

Sejak itu, menurut Amalia, setiap tanggal 28 Maret diperingati sebagai Hari Bekantan. Ia menjelaskan, tidak hanya diperingati dalam skala Nasional saja, bahkan Internasional, terutama bagi yang peduli terhadap keberadaan si monyet berhidung mancung yang eksotik ini.

“Dipilihnya tanggal 28 Maret sebagai Hari Bekantan, karena pada tanggal itu bertepatan dengan hari penetapan Bekantan sebagai maskot provinsi Kalimantan Selatan oleh DPRD,” ucap perempuan berkerudung ini.

BACA JUGA : Populasi Ideal Bekantan Satu Hektare Cuma 4 Ekor

Faka terakhir yang didapat tahun 2019, Amalia menyebut berdasar data BKSDA Kalimantan Selatan, kurang lebih 2.200 habitat yang tersisa. Peringatan hari Bekantan, ditegaskan Amalia merupakan simbol kepedulian terhadap keberadaan Bekantan yang selama ini menjaga keseimbangan ekosistem lahan basah di tanah Borneo.

“Sebenarnya pada akhirnya tidak hanya menjadi maskot kebanggaan Kalsel, namun sudah menjadi perhatian dunia. Bekantan merupakan primata endemik Kalimantan yang menjadi spesies kunci yang menjaga keseimbangan ekosistem lahan basah, salah satu perannya adalah agen biodiversitas yang membantu penyebaran ragam hayati hutan lahan basah,” ujar dosen biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Lambung Mangkurat (ULM) Banjarmasin ini.

BACA JUGA : Pulau Bakut, Delta Membelah Sungai Barito, Pulaunya Monyet Belanda

Harapan ke depan, kata Amalia, tentunya dengan gaungnya pelestarian Bekantan yang masif, maka dapat meningkatkan kepedulian bersama dari level lokal, nasional bahkan global.

“Terbangunnya sinergisitas positif dari semua pihak mulai dari pemerintah, masyarakat, hingga pihak swasta. Ancaman populasi Bekantan pun diharapkan semakin menurun, sebagai dampak positif effort besar dalam program konservasi. Kami mengapresiasi banyak pihak yang tergerak hatinya untuk peduli Bekantan. Langkah yang kita lakukan saat ini adalah niatan besar karena dengan menyelamatkan Bekantan berarti menyelamatkan kehidupan manusia untuk kehidupan yang berkelanjutan,” pungkasnya.(jejakrekam)

Penulis Rahm Arza
Editor Didi G Sanusi

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.