Membaca Langkah Politik ‘Pambakal Anum’ Denny Indrayana

0

BUKAN secara tiba-tiba nama Denny Indrayana muncul dalam opini bakal calon Gubernur Kalimantan Selatan. Sudah lama, mantan Wakil Menteri Hukum dan HAM era Presiden SBY itu dihadirkan dalam perbincangan suksesi kepala daerah.

TEPAT pada Oktober 2019 ini, nama Denny Indrayana yang berlatar belakang pakar hukum tata negara ini mencuat kencang. Ini disebabkan video pendek berdurasi 5 menit berbahasa Banjar Kuala, guru besar Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta ini memohon doa untuk mencalonkan diri sebagai Gubernur Kalsel.

“Ya, dalam video pendek itu, lengkap Denny Indrayana menyampaikan biodata, asal usul keluarga, sekolah hingga kariernya di belantara politik dan hukum di Indonesia. Dalam video itu, jelas Denny Indrayana ingin menegaskan jati dirinya sebagai bagian dari ‘Urang Banjar Jua,” ucap pengamat politik FISIP Univeritas Lambung Mangkurat, Setia Budhi kepada jejakrekam.com di Banjarmasin, Rabu (23/10/2019).

Menurut Setia Budhi, untuk lebih akrab sebagai orang Banjar, maka sebutan Denny Indrayana yang pantas disebut ‘Pambakal Anum’. Sebab, kata dia, nama Denny terkesan asing di telinga Urang Banjar, yang biasanya dengan sebutan Anang, Utuh atau Udin.

Doktor antropologi jebolan Universiti Kebangsaan Malaysia ini mengatakan pertama kalau tidak ada perubahan, maka di tahun 2020 digelar pilkada serentak termasuk pemilihan Gubernur-Wakil Gubernur Kalsel. Dengan begitu, menurut Setia Budhi, waktu yang ada harus dimanfaatkan Pambakal Anum Denny untuk bekerja ekstra keras.

“Dia harus bisa untuk membuka memori para pemilih bahwa ia adalah Urang Banua yang sukses di Jakarta, dengan posisi yang sangat strategis pada pemerintahan era SBY,” ujar Setia Budhi.

Kedua, masih menurut Setia Budhi, mampukah Pambakal Anum Denny Indrayana untuk merangkul komponen partai politik kloalisi dalam Pemilihan Presiden 2019 yang  berseberangan dengan petahana. Sebab, beber dia, ketika sudah tidak ada lagi kubu 01 dan 02, parpol koalisi itu sudah tiada dan para pendukungya pun sudah bubar jalan.

“Ketiga yang terbaca adalah bahwa Pambakal Anum ingin merangkul partai koalisi yang di Kalimantan Selatan memenangkan secara signifikan Prabowo Subianto. Kalau partai koalisi itu dengan lokomotifnya Partai Demokrat, atas rekomendasi Ketua Umumnya, SBY, maka Denny tentu berharap Partai Gerindra, PKS dan  PAN menjadi satu gerbong dukungannya,” papar Setia Budhi.

Keempat, masih menurut Setia Budhi, ketika tayangan video memperlihatkan bahasa yang digunakan Pambakal Anum sebagai Bahasa Banjar Kuala, maka itu artinya Denny berharap seorang wakil dari tokoh di Banjar Pahuluan.

“Kelima,  keberanian gerakan Pambakal Anum dengan waktu yang tidak panjang ini, kemungkinan ia telah membaca konstelasi politik yang terjadi di Jakarta. Mungkin, Denny telah mempunyai catatan tentang gerak gerik KPK yang bisa saja dengan serta merta mengebrak meja para tokoh di Kalimantan Selatan. Ataukah ia telah membaca gerakan politik baru pada era pemerintahan Jokowi Jilid II,” urai Setia Budhi.

Bagaimana pun, menurut Setia Budhi, demokrasi adalah hal yang mungkin dan berkemungkinan terjadi hari ini dan hari akan datang.(jejakrekam)

Penulis Ahmad Husaini
Editor Didi GS

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.