Filosofi Rumah Betang Bisa Tangkal Paham Radika

0

FORUM Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Kalsel bersilaturrahmi dan berdialog dengan jajaran Kesbangpol dan FKPT Kalteng, Jumat (5/7/2019). Rombongan FKPT Kalsel terdiri atas Mariatul Asiah, Aliansyah Mahadi, Fathurrahman, Syauqi Mubarak Seff, Siti Khadijah, Noorhalis Majid, serta Firmansyah Kabid Kewaspadaan Kesbangpol Kalsel.

KEPALA Kesbangpol Kalteng Agus Pramono mengatakan, terkait radikalime, Kesbangpol dan FKPT Kalteng terus memantau agar situasi tetap kondusif.

Diungkapkannya, pada 2001 lalu, ada dua peristiwa yang berbanding terbalik di Kalteng, yakni rencana pertemuan dunia tentang peringatan keberagaman penduduk dunia di Palangkaraya, dan konflik etnis yang sangat menghebohkan dunia. “Kedua peristiwa tersebut saling bertolak belakang,” katanya.

Menurutnya, masyarakat Kalteng sangat ramah dan memiliki filosofi Rumah Betang. “Bahwa hidup itu tanpa sekat, jujur, saling berbagi karena hidup bersama, setara, dan patuh pada hukum yang disepakati. Kalau melanggar akan kena jipen dan itu harus ditaati,” katanya.

Terkait diamankannya terduga teroris di Kalteng, Kabid Agama FKPT Kalteng Syamsuri Yusuf mengatakan, pihaknnya sudah mendatangi terduga teroris yang telah diamankan Polda Kalteng. “Kami mendatangi suami istri yang sudah diamankan tersebut, dan memang narasi yang disampaikan bahwa pemerintah yang ini thogut, tidak sesuai dengan ajaran Islam. Mereka mengakui memiliki jaringan ke luar negeri melalui media sosial. Jaringan ini memberikan informasi dan modal untuk bergerak, berjihad,” bebernya.

BACA : FKPT Kalsel Kunjungan dan Dialog di Kabupaten Kapuas

Firmansyah, mewakili Kebangpol Kalsel, menyampaikan tentang kondisi situasi Kalsel pasca Pemilu 2019, situasinya kondusif. “Kewaspadaan tetap harus dilakukan, karena peristiwa yang terjadi di Kalteng atas ditangkapnya 32 orang terduga radikalisme – terorisme, sangat mengejutkan kita,” katanya.

Ketua Bidang Pemuda FKPT Kalsel Noorhalis Majid menanyakan dampak lain dari keramahan orang Kalteng yang dapat dimanfaatkan kelompok radikal bersembunyi. Pemuda dan narkoba yang sangat marak, dan yang berkaitan dengan isu radikal. Masalah pperebutan sumber daya alam yang dapat dimasuki kelompok radikal, juga dapat menjadi potensi. Noorhalis juga menanyakan Islam simbol yang semakin menguat dan dapat menjadi potensi konflik.

Agus Pramnomo mengakui besarnya pengaruh narkoba. Kalteng memiliki gerakan bersinar, bersih dari narkoba. Berbagai kegiatan serta membentuk satgas. Pemerintah juga memberikan bonus prestasi untuk menyelesaikan masalah narkoba.

Tentang menanyakan tamu yang datang, pemerintah sudah mengimbau untuk mengaktifkan siskamling, lapor 1×24 jam. Berbagai kewaspadaan melalui Babinsa dan Babinkamtibmas juga ditingkatkan.

BACA JUGA : Polisi Amankan Satu Keluarga Terduga Teroris di Palangka Raya

Mengenai sumber daya alam, lanjutnya, terjadi perubahan budaya setelah adanya sawit. Dulu waktu menanam karet, dia yang menetukan harga, sekarang saat menanam sawit, perusahaanlah yang menentukan.

“Tentang simbol-simbol muslim. Jumlah muslim memang mencapai 75 persen, namun kami tidak mengenal minoritas dan mayoritas. Semua diayomi,” katanya.

Syauqi Mubarak Seff, Koordinator Bidang penelitian, mengatakan bahwa konflik di berbagai wilayah lebih banyak karena sumber daya alam.

“Sekarang ketika ada terduga teroris, apakah akibat rencana kepindahan ibukota negara? Soal terpapar radikal, saya meragukan deradikalisasi dengan mendatangkan ustadz, karena mereka tidak akan mau mendengar kalau bukan dari kalangan mereka,” katanya.(jejakrekam)

Penulis Asyikin
Editor Andi Oktaviani

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.