Gerakan Warga NU Pilih Kyai NU Bentuk Perlawanan Isu Khilafah

0

MOBILISASI massa ormas Islam Nahdlatul Ulama (NU) di Kalimantan Selatan makin masif. Ini ditandainya dengan jargon ‘Warga NU pilih Kyai NU’ terus disebar. Bukan hanya berbentuk baliho serta spanduk, juga postingan dari beberapa warga Nahdliyin menunjukkan dukungannya terhadap sang calon Wakil Presiden KH Ma’ruf Amin pendamping Presiden petahana, Joko Widodo di Pilpres 2019.

APAKAH gerakan ormas Islam ini menyikapi menguatnya isu dalam Pilpres 2019 untuk ganti sistem atau isu khilafah yang dicuatkan ke publik? Katib Syuriah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Kalsel HM Syarbani Haira tak menepisnya.

“Memang salah satunya menyikapi isu pertentangan antara khilafah dan Pancasila. Namun, dalam hal ini, jelas NU dari awal tidak sepakat dengan sistem khilafah yang ditawarkan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI).  Khilafah asal HTI itu dalam bentuk bernegara, sedangkan dari pemikiran tokoh-tokoh NU hanya dalam bentuk pemikiran,” ucap Syarbani Haira dikontak jejakrekam.com, Senin (1/4/2019).

BACA : Relawan Rumker 01 Kalsel dan Mahasiswa UNU Kalsel Terobos Pedesaan

Mantan Ketua PWNU Kalsel ini menegaskan dalam konsep kepemimpinan Islam itu dikenal ada konsep khilafah, imamah, al mulk atau kerajaan, amir atau emir serta jumriyah.

“Nah, konsep khilafah HTI ini jelas ingin merubah negara atau sistemnya. Termasuk, ingin mengganti ideologi Pancasila, ini tentu ditentang NU. Sejak dari awal NU sudah berikrar untuk menjaga NKRI dan Pancasila sebagai ideologi negara,” tegas Syarbani Haira.

Dengan hadirnya mantan Rais Aam PBNU KH Ma’ruf Amin menjadi pendamping calon petahana Jokowi, diakui Syarbani Haira turut memicu kepedulian dan keberpihakan secara individu tokoh dan warga Nahdliyin.

“Makanya, kami menilai tepat ketika di era pemerintahan Jokowi mengeluarkan Perppu Ormas. Makanya, kita ingin mengawal itu agar ideologi Pancasila tidak diganggu gugat,” tegas mantan dosen UIN Antasari ini.

BACA JUGA : Bukan Kelembagaan, tapi Keterikatan Emosi untuk Dukung Jokowi-Ma’ruf Amin

Syarbani menegaskan secara normatif, memang NU berdasar Khittah 1926 tidak lagi berpolitik praktis, namun karena menyangkut Pileg dan Pilpres 2019 menyangkut kepentingan negara, tentu seluruh elemen Nahdliyin bergerak.

“Gerakan warga NU pilih Kyai NU itu merupakan ekspreksi keterpanggilan warga NU untuk memenangkan KH Ma’ruf Amin yang kebetulan merupakan kiai NU,” ucap Syarbani.

Ia beranalogi saat KH Ahmad Hasyim Muzadi berduet dengan Megawati Soekarnoputeri, Salahuddin Wahid (Gus Sholah) bersama Wiranto, dan kader NU lainnya di Pilpres 2004, silam justru diolok-olok sebagian orang bahwa ormas Islam ini tidak solid.

“Hal ini terulang lagi pada Pilpres 2019 ini, kebetulan lagi ada KH Ma’ruf Amin yang menjadi calon. Jadi, semua gerakan ini hanya keterpanggilan dan kepedulian warga Nahdliyin. Saya malah menyebutnya ini gerakan sebuah harga diri bagi mereka yang menghayati ke-NU-annya,” tegas mantan wartawan ini.

BACA LAGI : Ingin Ada Putra Kalimantan di Kabinet Jokowi-Ma’ruf Amin

Syarbani tak menepis jika dari keempat calon, baik Prabowo Subianto, Sandiaga Uno, Jokowi dan KH Ma’ruf Amin sama-sama memiliki kartu anggota NU. Hanya saja, menurut dia, dari segi kepemimpinan tentu jika KH Ma’ruf Amin terpilih sebagai wakil presiden, maka aspirasi NU jauh lebih mengena dibawakan mantan Rais Aam PBNU tersebut.

“Jadi, yang paham betul dengan NU dan aspirasi warga NU ada pada sosok KH Ma’ruf Amin. Jadi, gerakan yang ada ini bukan dimobilisasi NU secara organisasi. Sebab, hingga kini belum ada keputusan formal mendukung salah satu calon harus yang diteken empat orang, Rais Syuriah, Katib Syuriah dan Ketua Tanfidziyah dan Sekretaris Wilayah NU Kalsel,” cetus Syarbani.

Ia pun tak menepis belakangan ini NU sangat aktif menggelar acara yang menghimpun massa baik peringatan hari lahir, istighotsah, tahlilan dan lainnya jelang Pilpres 2019 ini. Namun, menurut Syarbani, semua deklarasi dukungan itu bukan atas nama NU secara organisasi, tapi sifatnya personal seperti alim ulama, habaib atau santri dan lainnya.

BACA LAGI : Kubu Prabowo-Sandi Klaim Bakal Raih 60 Persen Suara Pemilih di Kalsel

Berapa target suara yang bisa diraih dalam gerakan Warga NU Pilih Kyai NU dengan asumsi pemilih Kalsel sebanyak 2,8 juta orang? Dari hitungan kasar, Syarbani mengatakan jika mengacu hasil Pemilu 1955, total pemilih NU waktu itu mencapai 65 persen.

“Ada pula berdasar hasil survei terakhir yang dipakai almarhum H Leman (mantan Ketua DPD Partai Golkar Kalsel HA Sulaiman HB) mencapai 80 persen merupakan warga Nahdliyin ada di Kalsel. Nah, kalau bisa mencapai 70 persen, berarti suara warga Nahdliyin benar-benar solid di Kalsel,” imbuh Syarbani.

Dia menegaskan aspirasi suara warga NU ini pun tidak hanya terkotak di Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), namun menyebar di seluruh parpol. Termasuk, PKS dan PAN serta Partai Gerindra yang jadi pengusung Prabowo-Sandi.(jejakrekam)

Penulis Didi GS
Editor Didi G Sanusi

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.