GERAKAN Arah Baru Indonesia (GARBI) terus bergerak ingin menunjukkan eksistensi dirinya. Organisasi kemasyarakatan yang digerakkan pentolan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) seperti Anis Matta, Fahri Hamzah dan lainnya terus melebarkan sayap dan makin intensif melakukan manuver politik jelang Pemilu 2019 ini.
JIKA akhir Januari 2019 lalu, GARBI menghelat dialog kebangsaan dengan orasi dari Fahri Hamzah dan melantik pengurus se-Kalimantan Selatan. Terkini, GARBI Kota Banjarmasin mengundang tokoh muda Muhammad Elvandi untuk berdialog dengan tajuk Gelombang Ketiga Indonesia di depan ratusan massa GARBI yang didominasi anak muda di Hotel Royal Jelita, Minggu (24/2/2019) siang.
Pembicara nasional GARBI, Elvandi menjelaskan gelombang pertama Indonesia terjadi ketika Indonesia merdeka dari kolonialisme, lalu gelombang kedua, Indonesia menjadi negara yang demokratis dan reformis ketika tanah air dilanda krisis moneter.
“Sekarang kita mempunyai tantangan baru gelombang ketiga, menjadi negara yang merdeka, demokratis dan sejahtera,” kata alumni Universitas Al Azhar Mesir ini.
Cita-cita ini, menurut Elvandi, sudah muncul dibenak founding father bangsa ini yang menginginkan Indonesia menjadi negara yang kuat,demoratis,adil dan sejahtera.
Elvandi menyebut GARBI hadir untuk berjuang mencapai cita-cita pendiri bangsa dengan mengkolaborasikan nilai keislaman, model kesejahrteraan, prinsip demokrasi dan spirit nasionalisme. “Kita akan membangun tiga kekuatan utama yaitu ekonomi, teknologi dan militer,” ungkap pria yang sempat bermukim di Prancis ini.
Bagi Elvandi, membangun bangsa tidak hanya diembang kandidat presiden dan wakil presiden, namun merupakan tanggung jawab bersama dari semua segmen masyarakat. “Kadang banyak orang yang tidak mengerti bidang strategis itu di mana, makanya GARBI hadir untuk memberikan gagasan arah baru Indonesia,” kata Elvandi.
Dia mengakui banyak pihak yang menginginkan GARBI menjadi partai politik, sebab gagasan yang dilemparkannya tidak cukup digerakkan hanya sebuah organisasi kemasyarakatan (ormas). “GARBI belum membicarakan ke arah sana (menjadi parpol), kami fokus bergerak melalui ormas,” terang Elvandi.
Ia menilai dengan GARBI masih berstatus ormas justru memberikan keuntungan karena fleksibel bisa masuk ke ranah apapun seperti perguruan tingi, sekolah, hingga duduk satu meja dengan parpol lain.
Ketua GARBI Jawa Barat ini mensinyalir ormas ini akan menjadi parpol jika memang keadaan mengharuskannya bertransformasi menjadi organisasi politik demi mencapai visi organisasi.(jejakrekam)