Wow, Hutan Kalsel Masih Menyimpan Anggrek Hitam

0

SEMPAT terhenti sejak 2005, survei terhadap sebaran anggrek di kawasan Pegunungan Meratus dilanjutkan kembali. Sebelumnya, pada 12 tahun yang lalu, Yayasan Cakrawala Hijau Indonesia (YCHI) melakoni survei khazanah plasma nutfah khas alam Kalimantan. Kini, pada 2017, gilira mahasiswa Pecinta Alam Graminea Fakultas Pertanian Universitas Lambung Mangkurat (ULM).

DALAM survei dua tahap di dua kabupaten itu, Mapala Graminea menemukan 21 jenis anggrek. Salah satunya adalah Coelogyne Pandurate atau yang biasa dikenal sebagai anggrek hitam. Anggrek jenis ini diyakini kian langka.  Survei tahap pertama dilakukan di Gunung Aur Bunak, Kabupaten Banjar, dengan ketinggian 1146 Meter di atas permukaan laut (Mdpl).

Berdurasi 5-11 Mei 2017 itu, tim Mapala Graminea dalam surveinya menemukan 13 spesies anggrek yang tercakup dalam sembilan genus (marga). Sementara, untuk jumlah tumbuhan yang teramati dalam survei ditemukan sebanyak 59 buah. Berdasarkan inventarisasi yang telah dilakukan, keseluruhan anggrek yang ditemukan merupakan jenis anggrek epifit (anggrek yang tumbuh di pepohonan).

“Di Aur Bunak, kami menemukan salah satu varietas anggrek endemik Kalimantan, yaitu Coelogyne pandurate (Anggrek Hitam). Sedangkan, spesies yang paling mendominasi dalam inventarisasi ini adalah Bulbophyllum tothastes. Jenis ini ditemukan di berbagai lokasi dan ketinggian dari Gunung Aur Bunak,” ujar Ketua Tim Survey, Dwi Lufi Supriyanto dalam rilisnya yang diterima jejakrekam.com, Kamis (26/10/2017).

Survei lain dan terbaru yang dilakukan Mapala Graminea adalah di Desa Lok Lahung, Loksado, Hulu Sungai Selatan. Dalam rentang waktu 17-19 Oktober 2017, surveyor menemukan tujuh genus anggrek terdiri dari sembilan spesies yang terbagi dalam 46 sampel.

Inventarisasi dilakukan dengan metode penjelajahan dan pembuatan ploting area dengan ukuran 50×50 meter persegi. Jenis-jenis anggrek yang ditemukan antara lain, Dendrobium maraiparense, Dendrobium ovipostoriferum, dan Aerides odorata. Sedangkan, survei yang dilakukan YCHI pada tahun 2005 di lokasi yang sama dengan ketinggian berbeda, mereka menemukan 86 jenis anggrek yang berhasil teridentifikasi.

Berdasarkan hasil survei itu, Ketua Tim Survey Anggrek di Loksado, Eka Frasatya mengatakan diperlukan survei menyeluruh ke berbagai lokasi di Kalsel, sehingga akan ada database anggrek yang bisa digunakan bersama. “Berdasarkan database itu, semua pihak bisa bekerjasama melestarikan dan mengembangkan potensi anggrek yang dimiliki Kalsel. Apalagi potensi ekonomi anggrek cukup tinggi,” imbuhnya.(jejakrekam)

Penulis : Deden

Editor   : Didi G Sanusi

Foto      : Mapala Graminea

 

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.