Pemimpin Bisa Tiru Gaya Kepemimpinan Rasulullah

0

KRISIS kepemimpinan yang amanah, jujur, dan bertanggungjawab serta memiliki visi ke depan, tengah dialami umat Islam. Pola kepemimpinan yang diajarkan pemimpin umat sekaligus agama, Nabi Muhammad SAW sudah sepatutnya menjadi prototipe terbaik bagi umat Islam.

DARI empat sifat utama yang dimiliki Rasulullah SAW yakni Shidiq yang berarti benar, bukan sekadar perkataan namun harus sejalan dengan perbuatan yang benar. Kemudian, Amanah yang artinya benar-benar bisa dipercaya, sehingga jika satu urusan diserahkan kepadanya, niscaya semua orang percaya bahwa urusan itu akan dilaksanakan sebaik-baiknya. Kemudian, Tabligh atau menyampaikan, sehingga tak ada disembunyikan.Terakhir adalah Fathonah yang berarti cerdas, sehingga seorang pemimpin itu mustahil bodoh.

“Memang ini pola kepemimpinan yang paling ideal, bukan hanya bagi umat Islam tapi juga bagi rakyat Indonesia, termasuk dunia dengan menerapkan apa yang telah dicontohkan Rasulullah SAW,” ujar dosen FISIP Universitas Lambung Mangkurat, DR Khairuddin saat memberi paparan dalam buka bersama dengan aktivis Aliansi Muslim Banua (AMB) di Pertokoan Waringin Banjarmasin, Jumat (2/6/2017).

Menurutnya, ciri-ciri pemimpin ideal itu jelas menempatkan seorang itu harus bertakwa kepada Allah SWT sebagai modal awal. Kemudian, kata dosen pasca sarjana FISIP ULM ini adalah visi-misi yang jelas atau memiliki visioner yang jelas ke depan. “Apa yang telah diajarkan Rasulullah SAW dalam kepemimpinan ini juga dijalankan para sahabatnya dalam menjalankan roda pemerintahan bersistem khilafah dari Abu Bakar Asshidiq, Umar bin Khattab Al Faruq, Utsman bin Affan, hingga Ali bin Abi Thalib Kw. Banyak riwayat-riwayat yang melukiskan bagaimana mereka menerapkan pola kepemimpinan yang diakui dunia. Tak mengherankan, jika dunia barat pun menempatkan orang-orang yang menjalankan ajaran Rasulullah SAW ini menjadi orang yang berpengaruh di dunia,” tutur Khairuddin.

Di tengah persaingan pengaruh di dunia, Khairuddin pun setuju dengan analisis beberapa pakar dunia bahwa nanti hanya ada tiga kekuatan yang muncul yakni Amerika Serikat dengan poros baratnya, China dengan sosialis dan komunisnya, serta Islam dengan kokoh dengan ajaran yang dibawa Nabi Muhammad SAW. “Sekarang kita sebagai umat Islam, tentu harus berkiblat dengan apa yang diajarkan Rasulullah SAW dengan merujuk kitab suci Alqur’an dan Assunah-nya. Sebab, bagaimana pun setiap orang itu adalah pemimpin, ya minimal pemimpin di rumah tangganya,” ucap dosen senior ini.

Ia melihat fakta yang terjadi sekarang ini justru memunculkan bahwa pola kepemimpinan itu justru hanya menitikberatkan pada kekuasaan, bukan lagi bicara sikap adil dan mengayomi rakyat. “Jika pemimpin itu berbicara soal kekuasaan, maka yang muncul ada tirani yang menindas. Jangan sampai hal semacam itu terjadi di negeri kita,” cetus Khairuddin.

Di tengah persaingan global yang sudah menunjukkan adanya poros-poros kekuatan dunia, Khairuddin mengajak agar umat Islam khususnya generasi muda untuk kembali meneladani apa yang telah diajarkan Rasulullah SAW sebagai sosok pemimpin yang paling ideal. “Rasulullah SAW itu langsung mendapat bimbingan dari Allah SWT lewat wahyu-Nya. Tak mengherankan, jika apa yang disabdakan beliau banyak yang menjadi kenyataan. Ini membuktikan beliau adalah pemimpin yang memiliki visi-misi yang jelas,” katanya.

Dia mengungkapkan kepemimpinan ala Rasulullah SAW ini juga diwarisi beberapa pemimpin besar muslim, seperti Muhammad Al Fatih yang merupakan Sultan Turki Utsmaniyah yang mampu menaklukkan Konstantinopel, hingga akhirnya menjelma menjadi Istanbul. “Makanya, saya mengajak agar generasi muslim, mari kita meneladani apa yang telah digoreskan Rasulullah SAW dalam pola kepemimpinan masa depan,” pungkasnya.(jejakrekam)

Penulis  : Didi G Sanusi

Editor    : Didi G Sanusi

Foto       : Didi G Sanusi

 

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.