Luncurkan Logo Baru, UIN Antasari Pompa Semangat Baru

0

PELUNCURAN logo Universitas Islam Negeri (UIN) Antasari Banjarmasin menandai derap langkah kampus berbasis kajian keislaman ini menjadi lembaga pendidikan tinggi yang memadukannya dengan sain dan teknologi, Selasa (2/5/2017). Bertepatan dengan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas), metamorfosis kampus yang dulu bernama IAIN Antasari ini menargetkan menjadi kampus berskala internasional.

DENGAN diawali basmallah, logo baru UIN Antasari ini yang didesain Anto Wibowo dari Jakarta ini, segenap civitas akademika kampus ini ingin menatap sebagai perguruan tinggi yang maju dan terdepan. Terlebih lagi, UIN Antasari merupakan satu-satunya perguruan tinggi negeri Islam yang pertama menyandang gelar kampus universal ini di Pulau Kalimantan.

Penekanan tombol untuk memperkenalkan logo baru sangat jauh dengan lambang IAIN Antasari. Sebelumnya, logo IAIN Antasari melambangkan padi yang melambangkan kemakmuran, intan bercahaya sebagai cahaya dari pengetahuan dan keabadian, serta kitab suci Alqur’an sebagai sumber petunjuk dan ilmu pengetahuan, berubah 100 persen dengan desain baru yang menggambarkan unsur sungai mengalir dengan mata pena yang mengapit lambang atom, serta kubah masjid yang merupakan ciri khas perguruan tinggi Islam.

Usai peluncuran logo baru UIN Antasari yang telah mengantongi Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2017 ini, Rektor UIN Antasari Prof DR H Akhmad Fauzi Aseri langsung menebar optimismenya. “Ya, bertepatan dengan keputusan rapat senat universitas, memang ada 420 peserta yang mengentry logo baru UIN Antasari. Namun, hanya tiga yang masuk kategori, hingga diputuskan ada satu pemenang yang penilaiannya langsung ditangani ahli dari Yogyakarta. Jadi, inilah logo baru UIN Antasari ke depan,” ujar Ahmad Fauzi Aseri kepada wartawan, Selasa (2/5/2017).

Ia mengakui tantangan ke depan UIN Antasari sangat berat, terlebih lagi harus kembali mengajukan akreditasi sebagai bagian terpenting dalam penilaian sebuah institut pendidikan. “Kalau dulu akreditasi B diraih IAIN Antasari, ya minimal kembali B dan tidak boleh rendah daripada itu. Kalau di bawah, jelas akan merepotkan UIN Antasari nanti ke depan,” kata doktor jebolan UIN Syarif Hidayatullah  Jakarta ini.

Pakar pendidikan Islam ini mengungkapkan berbarengan dengan peluncuran logo UIN Antasari Banjarmasin yang baru, di Jakarta tepatnya di Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birorkasi (Menpan-RB) telah dibahas dan menentukan organisasi dan tata kerja (otnaker) UIN Antasari bersama empat universitas lainnya yang telah disetujui Presiden Joko Widodo.

“Tantangan UIN Antasari adalah penyediaan sarana dan prasarana. Alhamdulillah, UIN Antasari mendapat bantuan dari Islamic Bank Development (IDB) sebesar 40 juta USD, serta 10 juta USD dari pemerintah pusat lewat APBN,” tutur Fauzi.

Mantan Kepala Pusat Penelitian IAIN Antasari (1996-2000) ini mengatakan ketika IAIN bermetamorfosis menjadi UIN Antasari, maka jurusan atau program studi yang ada di kampus tak lagi terfokus pada kajian keislaman. Untuk itu, kata Fauzi, ke depan telah dirancang membangun program studi baru di Fakultas Sain dan Teknologi, seperti prodi teknik lingkungan, biologi, kimia, fisika dan lainnya.

“Sedangkan, untuk fakultas baru di lingkungan Kementerian Agama, jika sebelumnya fakultas syariah dan ekonomi Islam ini digabung akan dipecah menjadi dua fakultas. Yakni, fakultas syariah dan hukum, serta fakultas ekonomi dan bisnis Islam yang menjadi fakultas tersendiri,” ungkapnya.

Begitupula, menurut Fauzi lagi, untuk keperluan dosen atau sumber daya manusia (SDM) pengajar di UIN Antasari, telah direkrut 100 dosen bukan berstatus pegawai negeri sipil (PNS). “Selanjutnya, UIN Antasari juga bekerjasama dengan perguruan tinggi di Belanda, Kanada dan Turki untuk pengirim dosen-dosen S2 untuk menempuh jenjang pendidikan S3 (doktor) di beberapa negara tersebut,” ucap Fauzi lagi.

Lantas berubahnya status dari IAIN menjadi UIN Antasari ini, apakah berpengaruh terhadap ongkos pendidikan atau kuliah? Ia menegaskan kebijakan untuk menentukan biaya uang kuliah tunggal (UKT) harus berdasar keputusan Menteri Keuangan dengan mengacu kesepakatan seluruh rektor yang ada. “Biasanya, UKT ini disesuaikan dengan kondisi perahu atau kapal yang ditumpangi. Jika kelasnya pesawat terbang, tentu lebih mahal dibandingkan hanya sekadar angkot,” ujar Fauzi beranalog.

Namun, dosen tafsir hadits ini menegaskan UIN Antasari tetap memperhatikan segmen pasar kampus perguruan tinggi Islam tertua di Kalimantan ini. “Selama ini, UKT yang ada di IAIN Antasari adalah paling termurah di Indonesia. Bahkan, IAIN Antasari adalah penampung lebih dari 50 persen orangtua yang berpenghasilan Rp 1 juta ke bawah. Saking murahnya, 20 persen dari UKT IAIN Antasari atau senilai Rp 400 ribu per semester itu jauh lebih murah dibandingkan ongkos pendidikan di TK. Sedangkan, termahal hanya Rp 1,5 juta, jauh lebih murah lagi dibandingkan kampus lainnya yang bisa Rp 3 juta hingga Rp 5 juta per semester,” ujar Fauzi.

Meski dengan ongkos pendidikan yang murah, guru besar IAIN Antasari ini menegaskan kualitas pendidikan yang ditawarkan di kampusnya jauh lebih baik dibandingkan beberapa perguruan tinggi sejenis. “Ini semua berkat dukungan dari pemerintah. Jadi, walaupun ongkos pendidikan lebih murah, tapi tetap berkualitas,” pungkasnya.(jejakrekam)

Penulis   : Didi G Sanusi

Editor     : Didi G Sanusi

Foto        : Didi G Sanusi

 

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.