PENGRAJIN sasirangan di Banjarmasin diminta untuk terus meningkatkan kualitas produksinya. Sebab, kain khas Banjar itu harus dikenal khalayak luas jika ingin bersaing dengan produk sejenis, khususnya kain pabrikan asal Tiongkok.
PERMINTAAN ini langsung disuarakan Ketua Dekranasda Provinsi Kalsel, Raudathul Jannah, saat memberi sambutan pada pembukaan Banjarmasin Sasirangan Festival (BSF) 2017 di Siring Piere Tendean, Jumat (17/3/2017). Ia mengatakan kain sasirangan yang menjadi identitas Kalimantan Selatan harus terus dipopulerkan, sehingga bisa membumi.
“Skalanya pun bukan lagi daerah, tapi sudah menasional. Apalagi, di Indonesia, peminatnya cukup banyak. Jadi sasirangan ini perlu terus dikembangankan. Namun tidak hanya kuantitas, tapi kualitas atau mutunya juga perlu ditingkatkan,” ucap istri Gubernur Kalsel H Sahbirin Noor ini.
Sedangkan, BSF 2017 langsung dibuka Walikota Banjarmasn Ibnu Sina bersama Wakil Walikota Hermansyah yang ditandai pemukulan perkusi. Dalam sambutannya, Ibnu Sina berharap BSF yang baru pertama kali digelar ini, bisa diagendakan kembali di tahun-tahun berikut dan menjadi even nasional.
Seperti harapan Ketua Dekranasda Provinsi Kalsel, Raudhatul Jannah, Walikota Ibnu Sina pun juga menekankan agar pengrajin sasirangan meningkatkan kuantitas dan kualitas produksinya. “Saya juga pengrajin juga berinovasi. Misalnya, membuat motif baru kain sasirangan tanpa keluar dari pakem, sehingga memperkaya motif yang sudah ada,” kata Ibnu Sina.
BSF 2017 digelar Dekranasda Kota Banjarmasin, selama tiga hari. Di hari pertama, Jumat (17/3/2017) kegiatan dimeriahkan lomba antar kelurahan memasak gegodoh atau pisang goreng khas Banjar. Sementara di hari kedua, Sabtu (18/3/2017), kegiatan diisi diskusi terkait sasirangan dan lomba mewarna untui anak-anak. Di malam harinya, diisi dengan kegiatan Ngobrol Santai (Ngobras) bersama Walikota Banjarmasin Ibnu Sina. Sedangkan hari ketiga, Minggu (19/3/2017) diramaikan Parade Massal Sasirangan.(jejakrekam)
Penulis : Deden
Editor : Didi GS
Foto : Deden