Ada yang Buntung dan Beruntung Pasca Penutupan Jembatan Sungai Alalak

0

DUA tahun waktu yang tak sebentar. Usai ditutup total pada awal April 2019 lalu, arus lalu lintas yang selama melintas di Jembatan Sungai Alalak, menghubungkan Jalan Brigjen H Hasan Basry, Kayutangi Ujung dengan Jalan Trans Kalimantan, Berangas-Handil Bakti, otomatis terhenti total.

AKSES satu-satunya hanya bisa melintasi kawasan Terminal Handil Bakti terkoneksi dengan Jembatan Sungai Alalak II dan Jalan Tembus Perumnas, Banjarmasin.

Selama ini, di kawasan kota penyangga Banjarmasin ini, terutama di Berangas Barat dan Handil Bakti, tumbuh usaha dari berskala besar maupun kecil-kecilan. Bagaimana dampaknya penutupan Jembatan Sungai Alalak yang akan berlangsung dua tahun hingga 2020 nanti.

Apalagi, sebagian kawasan Handil Bakti dan Berangas, terutama dari Jembatan Handil Bakti seakan ‘terisolir’, padahal di tempat ini banyak berdiri perumahan dan pertokoan milik warga.

BACA : Sehari 10 Tiang Pancang Jembatan Sungai Alalak Ditanam

“Begitu akses lalu lintas ditutup total di Jembatan Alalak, memang kami yang merasakan dampaknya. Saat ini, jumlah pelanggan yang datang ke toko menurun hampir 60 persen,” ucap H Saruji, pemilik bengkel motor Berkat Hidayah kepada jejakrekam.com, Senin (8/4/2019).

Dia sempat berpikir untuk pindah ke lokasi lain, karena arus lalu lintas tak seramai dulu. Yang ada hanya para penghuni komplek perumahan atau warga Berangas Alalak dan sekitarnya.

“Sudah puluhan tahun saya berjualan orderdil motor dan melayani service kendaraan. Kebanyakan para pelanggan saya adalah para pengguna jalan yang melintasi Jalan Trans Kalimantan ini,” kata Saruji.

BACA JUGA : Selama Dua Tahun, Ini Rekayasa Lalu Lintas Berlaku di Kayutangi dan Handil Bakti

Karena ditutup selama dua tahun, akhirnya perubahan arus lalu lintas beralih ke kawasan Terminal Handil Bakti yang sekarang lebih ramai. Saruji bercerita sebelum penutupan Jembatan Sungai Alalak, tiap hari tokonya didatangi sekitar 50 pelanggan, terutama para pengendara dari Handil Bakti, Marabahan dan Kuala Kapuas, Kalteng.

“Sekarang bisa dihitung dengan jari. Syukur-syukur ada 10 orang tiap hari. Ya, harus bersabar dua tahun dulu, karena kalau pindah juga harus memulai dari nol lagi,” kata Saruji.

Nasib serupa juga dialami H Dian. Pemilik toko variasi motor UMRS 169 ini mengakui turun drastisnya omzet penjualan di tokonya. Tokonya yang terletak di depan Komplek Kebun Jeruk, Jalan Trans Kalimantan ini tak bisa lagi membidik pangsa pasar para pengendara yang melintas.

“Sekarang omzetnya sudah turun 80 persen. Dibanding sebelum penutupan Jembatan Sungai Alalak, paling tidak sehari ada 10 pemilik motor yang ingin mendandani motornya. Sekarang, lebih sepi, bahkan sehari bisa tak ada pembeli di toko saya,” kata H Dian.

Lain lagi dengan Jamilah. Justru pemilik warung makan yang menyajikan menu nasi rawon, soto Banjar, ayam goreng dan lainnya justru gembira dengan pengalihan arus lalu lintas ke kawasan Terminal Handil Bakti.

BACA LAGI : Picu Stress Tinggi, Fenomena Leher Botol Bakal Terjadi di Kayutangi Ujung

Jamilah mengaku sejak pengalihan arus, malah omzet penjualannya meningkat tajam. “Sekarang, warung makan saya banyak disinggahi pengendara yang melintas di Terminal Handil Bakti. Kalau dulu, sangat jarang,” kata wanita yang membuka warung bernama Amira ini di parkiran taksi jurusan Handil Bakti-Marabahan ini.

Dengan meningkatnya permintaan, Jamilah malah mengaku agak kerepotan hingga harus menyuruh sang suami berhenti berjualan pentol keliling. Menurutnya, sebelum Jembatan Sungai Alalak ditutup, akses lalu lintas di kawasan Terminal Handil Bakti terbilang sepi, kini setelah menjadi jalur alternatif jauh lebih ramai.

“Pendeknya dalam sehari bisa beroleh omzet satu jutaan. Kalau dulu, paling banter hanya Rp 300 ribu sehari,” pungkasnya.(jejakrekam)

 

Penulis Asyikin
Editor Didi GS

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.