Jembatan Artain-Banua Kiram Putus Dua Tahun, Dinas PUPR Banjar Siap Turun Tangan

0

PERISTIWA dramatis tergambar dalam video yang diunggah Kiki Mommynya Ihsan di akun facebooknya, saat beberapa siswa SMPN 3 Aranio berjuang melawan arus sungai untuk pergi ke sekolah, akibat jembatan desa yang menghubungkan Desa Artain dengan Desa Banua Riam, Kecamatan Riam Kanan, Kabupaten Banjar putus.

IRONISNYA jembatan dua desa itu sudah putus sejak 2017, akibat kondisi alam di lereng Pegunungan Meratus, Kabupaten Banjar yang cukup ekstrem. Jembatan kayu ulin dengan bentang sekitar 150 meter itu berada di wilayah konservasi Taman Hutan Rakyat (Tahura) Sultan Adam.

“Kondisi jembatan yang putus memang dirasakan warga setempat. Apalagi, jembatan itu menjadi akses penghubung dua desa, yakni Desa Artain dan Desa Banua Kiram. Yang pasti, kami tetap atensi permasalahan yang dialami warga setempat,” ucap Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataaan Ruang (PUPR) Kabupaten Banjar, Mokhamad Hilman kepada jejakrekam.com, Jumat (1/3/2019).

BACA : Jembatan Ambruk Dilewati Truk, Empat Desa di Sungai Pinang Terisolir

Menurut dia, gara-gara jembatan kayu ulin itu ambruk, menganggu aktivitas warga dan para pelajar untuk berangkat ke sekolah. Hilman tak memungkiri ada desakan dari masyarakat setempat agar Pemkab Banjar segera memperbaiki atau membangun jembatan baru.

“Memang posisi jembatan itu berada di wilayah konservasi Tahura Sultan Adam, sehingga tidak tercatat sebagai aset Pemkab Banjar,” ucap Hilman.

Ia mengakui usulan perbaikan jembatan itu belum tercover dalam musyawarah rencana pembangunan (musrenbang) Kecamatan Aranio, ingga masuk daftar usulan ke Pemkab Banjar.

“Yang pasti, kami akan berkoordinasi dengan semua pihak agar bisa dianggarkan dalam APBD Banjar. Apalagi, jembatan itu sudah dua tahun telah putus. Negara memang harus hadir dalam mengatasi masalah ini,” tutur Hilman.

BACA JUGA :  Tunggu Jembatan dari Pemkot Banjarmasin, Pemkab Banjar Sudah Bangun Jalan Alternatif

Dari informasi yang didapat Dinas PUPR Banjar, jembatan itu awalnya dibangun swadaya oleh masyarakat setempat. Dengan bentang mencapai 150 meter di atas sungai yang berarus deras, terutama saat air pasang. “Kami juga tidak mendapat laporan dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Banjar soal putusan jembatan itu. Ini salah satu kendala yang harus kami atasi,” beber Hilman.

Kepala Dinas PUPR Banjar Mokhamad Hilman (kanan)

Dari hasil pemantauan di lapangan, Hilman menyebut panjang jembatan yang rusak sekitar 32 meter. Sementara itu, dengan status kawasan itu, tidak terkoneksi dalam sistem jarigan transportasi darat.

Menurut Hilman, dari data yang ada, ada delapan desa di Kecamatan Aranio yang masuk kawasan konservasi Tahura Sultan Adam. Untuk mengatasinya, Hilman mengatakan perlu faktor pendukung seperti rusak akibat bencana alam dikuatkan dengan laporan dari BPBD Banjar, serta sistem usulan dari masyarakat desa, kecamatan hingga ke pemerintah kabupaten.

“Dari data Musrebang 2018 dan 2019 untuk dikerjakan di tahun 2020, jembatan itu juga tidak termasuk dalam daftar usulan,” beber Hilman.

Mengingat masuk wilayah konservasi, Hilman mengatakan Pemkab Banjar tentu harus berkoordinasi dengan pihak pengelola. “Jika mengacu ke UU Desa Nomor 16 Tahun 2014, maka Dinas PUPR bisa menangani kalau masuk kawasan penghubung antar desa, sedangkan kalau dalam desa cukup pakai dana desa,” paparnya.

BACA LAGI :  Menunggu Kelanjutan Pembangunan Jembatan Penghubung Pulau Kalimantan dan Pulau Laut

Dalam kalkulasi Dinas PUPR Banjar, jika memperbaiki kerusakan jembatan kayu sepanjang 32 meter dibutuhkan dana sekitar Rp 135 juta lebih, dengan status penanganan darurat.

“Kalau dibangun semi permanen dengan bahan kayu ulin, diperlukan dana Rp 550 juta dengan panjang 150 meter lebih. Sedangkan, kayu ulin termasuk kayu yang lindungi,” katanya.

Opsi terakhir diakui Hilman dalah dengan membangun jembatan gantung permanen dengan kisaran dana Rp 175 miliar hingga Rp 350 miliar. “Kami respon permintaan masyarakat dalam waktu segera. Kami segera berkoordinasi dengan Pak Bupati Banjar,” imbuhnya.(jejakrekam)

Penulis Syahminan
Editor Didi GS

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.