Jadi Tempat Kencing Sembarangan, Air Mancur Bundaran Koran Dihidupkan Lagi

0

LAMA terbengkalai, Bundaran Hasanuddin HM yang dulu terkenal dengan air mancurnya kembali dihidupkan Pemkot Banjarmasin. Penggarapan proyek Bundaran Koran yang di era 1980 dan 1990-an sempat menjadi ikon Banjarmasin sebagai pusat keramaian publik dilakukan pemenang tender CV Kambang Bulan.

UNTUK proyek Bundaran Koran di Jalan Hasanuddin HM, Kelurahan Kertak Baru Ulu, yang berdekatan dengan kios-kios pedagang koran ini disuntik dana sebesar Rp 198.655.000 dalam APBD 2018. Dengan nomor kontrak 05/TMNKRN/PTP/DLH/2018, CV Kambang Bulan ditarget merampung pembangunan Bundaran Koran lengkap dengan air mancur berbentuk kipas selama 90 hari kalender.

Pengawas proyek Bundaran Koran, Yulianto mengakui rehab taman Bundaran Koran untuk mempercantik kawasan perdagangan dan perkantoran. Apalagi, kawasan itu juga menjadi terminal angkutan kota (angkot) dan berdirinya kantor pusat perbankan Kalsel.

“Dengan direhab, Bundaran Koran ini tak lagi dijadikan tempat kencing sembarangan. Ya, akibat saking rimbunnya pepohonan di bundaran. Makanya, ketika melewati Bundaran Koran ini, pasti mencium bau tak sedap,” ucap Yulianto kepada jejakrekam.com, Selasa (28/8/2018).

Menurut dia, proyek rehab taman Bundaran Koran atau Hasanuddin HM ini lengkap dengan air mancur akan rampung pada akhir Oktober 2018. “Memang, proyek rehab Bundaran Koran ini agak sulit, karena harus membongkar dan membangun lagi. Tapi, kami yakin 60 hari sudah selesai,” tegas Yulianto.

Sementara itu, Wakil Ketua DPRD Banjarmasin Budi Wijaya mengakui alokasi dana pembangunan bundaran, taman dan fasilitas publik untuk mempercantik kota cukup besar di APBD. Namun, menurut dia, sepanjang pihak Pemkot Banjarmasin bisa menemukan alasan yang logis, seperti mengejar kota yang ramah anak, bersih dan nyaman, tentu dibutuhkan kawasan-kawasan hijau dan taman kota.

“Terpenting adalah ketika selesai membangun, harus dilanjutkan dengan perawatan. Jangan sampai ada istilah bisa membangun, tapi tidak bisa merawat. Ya, contohlah taman-taman yang dibangun di kota lain seperti di Jakarta dan Surabaya,” kata legislator PKB ini.

Bagi Budi Wijaya, pembangunan taman dan bundaran sebagai kawasan publik atau penghias kota sangat dibutuhkan. Sebab, menurut dia, bagaimanapun Banjarmasin merupakan ibukota Provinsi Kalsel, sehingga harus tampil cantik, sejuk dan tertata.

“Ya, seperti pembangunan air mancur menari di Taman Kamboja akan menambah kawasan ruang terbuka hijau (RTH) itu makin cantik. Kita akui target 30 persen RTH belum tercapai di Banjarmasin. Tapi, setidaknya dengan anggaran terbatas bisa dialokasikan secara bertahap,” kata mantan Ketua DPC PKB Banjarmasin ini.

Budi Wijaya memastikan pengawasan penggunaan anggaran, terutama pembangunan berbagai taman yang cukup intensif selama 2018 ini akan ditangani intensif oleh komisi yang membidangi di DPRD Banjarmasin. “Ya, pasti dong terus diawasi penggunaan anggaran, karena menyangkut uang rakyat yang harus dipertanggungjawabkan,” pungkasnya.(jejakrekam)

Penulis Arpawi
Editor Didi GS

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.