Berburu Angpao Fu, Penjualan Pernak-Pernik Imlek Lesu

0

IMLEK merupakan perayaan hari besar terpenting bagi warga Tionghoa. Perayaan tahun baru Imlek ini dimulai di hari pertama bulan pertama (zheng yue), dan berakhir pada tanggal kelima belas (saat bulan purnama) yang dikenal dengan Cap Go Meh.

SELAMA periode 1968-1990, perayaan Imlek dilarang digeber di depan umum. Ini karena Presiden Soeharto mengeluarkan Instruksi Presiden Nomor 14 Tahun 1967, yang melarang segala hal yang berbau Tionghoa. Begitu, KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) menjabat Presiden RI pada 2000 dicabut Inpres 14/1967 warisan Orde Baru itu, dengan menerbitkan Keputusan Presiden Nomor 19 Tahun 2001 tertanggal 9 April 2001 dan Imlek diresmikan sebagai hari hibur fakultatif alias berlaku hanya bagi yang merayakannya. Lalu, Imlek dinyatakan sebagai salah satu hari libur nasional ditetapkan Presiden Megawati Soekarnoputri pada 2002, dan berlaku efektif pada 2003.

Dalam menyambut Imlek, kini penjualan pernak-pernik pun mulai marak di kawasan Pecinan, Jalan Veteran, Banjarmasin. Namun, perayaan Imlek ternyata masih dibayang-bayangi kondisi perekonomian Indonesia yang masih melambat.

“Sekarang, sudah susah cari uang. Penjualan pernak-pernik Imlek memang tak selaris tahun-tahun sebelumnya. Mungkin, saat ini daya beli masyarakat masih rendah,” ujar pemilik Toko Sanwa, Alena, di Banjarmasin, Kamis (26/1/2017).

Terlebih lagi, diakui Alena, sejak relokasi kawasan Pecinan untuk pelebaran jalan dan normalisasi sungai, banyak pula warga Tionghoa yang telah pindah ke lokasi lain. “Memang untuk warga Tionghoa di Banjarmasin yang beli pernak-pernik Imlek masih standar. Makanya, saya lebih memilih penjualan secara online lewat akun facebook dan instragram,” ucap Alena.

Biasanya, menurut dia, pembeli itu merupakan warga Tionghoa perantau dari Kapuas, Kotabaru, dan kota-kota lainnya di Provinsi Kalimantan Selatan dan Tengah. Untuk harga lampion yang dipasang di depan murah warga Tionghoa, Alena mematok harga cukup bervariasi dari Rp 50 ribu hingga Rp 250 ribu tergantung ukuran.

“Saat ini, shio Imlek 2568 atau 2017 ini kebetulan adalah ayam api. Makanya, banyak cari pernak-pernik yang bergambar ayam api. Barang-barang yang bergambar shio ayam ini cukup banyak dicari, ya menyesuaikan dengan tema Imlek tahun ini,” kata warga Pecinan ini.

Berpengalaman berjualan pernak-pernik selama 6 tahun, Alena mudah menangkap peluang usaha. Menurutnya, amlop angpao berkarakter atau berhuruf fu yang berarti panjang umur, murah rezeki dan sukses paling banyak dicari. “Beda kalau bergambar ayam, tak mungkin disimpan dan dijual lagi pada Imlek tahun depan,” tuturnya.

Padahal, Alena sendiri cukup banyak mendatangkan pernak-pernik Imlek ini dari hasil perburuan di Pasar Baru dan lainnya di Jakarta. “Nah, kalau amlop angpao langsung saya datangkan dari Jakarta,” ucapnya. Dengan menempel stiker berhuruf fu, Alena mengatakan berdasar kepercayaan warga Tionghoa, maka pemilik rumah itu akan mendapat berkah. “Itulah mengapa warga Tionghoa paling banyak mencari. Saya sendiri sempat kehabisan stok,” ujar Alena.

Bagi dia, Imlek adalah hari penting untuk berkumpul bersama keluarga besar dan saling berbagi angpao. Apalagi, ada hidangan khusus yang disediakan sebagai menu Imlek seperti sop mutiara berisi sayur dan daging ayam yang dicincang dan dibuat bundar. “Kalau kue keranjang itu sudah biasa. Ya, seperti umat Islam merayakan Idul Fitri, ada beberapa kuliner khusus yang disuguhkan di hari besar itu,” imbuh Alena.(jejakrekam)

Penulis : Didi GS

 

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.