2017, B2JN Pastikan Tak Ada Pembukaan Jalan Baru di Kalsel

0

KEMENTERIAN Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) melalui Balai Besar Pelaksana Jalan Nasional (B2JN) memastikan pada 2017 ini, tidak akan menambah atau membuka jalan baru. Saat ini, anggaran hanya difokuskan bagi peningkatan atau pemeliharaan aset yang ada.

KEPALA B2JN Wilayah XI Banjarmasin, Sugiyartanto mengungkapkan belum adanya penambahan jalan baru sebagaimana penetapan Menteri PUPR tentang jalan nasional di seluruh Indonesia. ”Penambahan jalan nasional paling cepat 5 tahun sekali. Khusus di Kalsel panjang jalan nasional 1.200 kilometer, nah 90 persennya sudah mantap 10 persennya ditingkatkan. Kita fokus ke ini aja dulu tidak membuka jalan baru,” ujar Sugi kepada jejakrekam.com, Jumat (12/5/2017).

Begitupula, menurut dia, untuk program pelebaran jalan nasional yang ada tidak dialokasikan, dengan pertimbangan anggaran. Berbeda, jika ruas jalan yang ada ini sudah padat. “Contohnya, ruas Jalan Gubernur Syarkawi tidak akan dilakukan pelebaran. Hal ini dikarenakan kapasitas fiskal atau kemampuan pembiayaan kita yang terbatas. Jadi, prioritasnya memelihara jalan aja dulu bukan melebarkan‎. Memelihara bisa merawat atau meningkatkan,” tuturnya.

Sugi mengakui  dari 10 persen jalan yang belum mantap perlu penangangan. Hal ini dikarenakan jika tidak ditangani maka juga akan semakin turun kualitas jalan yang ada. Hanya saja, untuk semua jenis penanganannya berbeda-beda. “Ada yang cuma pemeliharaan untuk marka atau fisik sekaligus. Semua pemeliharaan itu, adalah long segmen. Yang retak atau berlubang kita tambal, yang markanya tak ada kita buatkan. Ya kita pilih-pilih lah karena menyesuaikan anggaran. Jalan kita kelas 3, total muatan 8 ton.‎ Kalau yang lewat lebih dari 8 ton akan lebih cepat rusak,” bebernya.

Sugi menegaskan kebijakan skala prioritas ini juga berlaku untuk penanganan jembatan milik nasional di Kalsel. Yaitu, dengan pengelompokan melalui sistem skore, sepertti skore 3 dan 4 hanya cukup dirawat, sedangkan skore 5 langsung diganti. Walau tak begitu hafal berapa jumlahnya, Sugi mengibaratkan jembatan saat ini kondisinya sudah uzur, sehingga perlu penanganan cepat.

”‎Kalau tidak sanggup setahun dikerjakan bisa multiyear. Jembatan kita sudah mulai sakit, hampir rata-rata. Dan juga dulu jembatan  dibangun untuk beban mati 75 persen, sekarang beban 100 persen. Volume kendaraan sekarang juga sudah berbeda jenis, kendaraan juga variatif. Kita pakai skala prioritas juga, mana yang harus diganti mana yang harus dipelihara saja,” imbuhnya.(jejakrekam)

Penulis   : Wan Marley

Editor     : Didi G Sanusi

Foto        : Pisces Prince

 

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.