Sudirman Said: Pertunjukan Teater Koma Potret Potensi Industri Kreatif Bertaraf Internasional

0

MANTAN Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Sudirman Said turut terhanyut bersama dengan ratusan penonton dalam pertunjukan teater dengan lakon Matahari Papua, Jumat (7/6/2024).

PERTUNJUKAN teater tersebut digelar di Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta. Dengan naskah yang ditulis oleh almarhum Norbertus Riantiarno atau biasa dipanggil Nano Riantiarno, pada Tahun 2014 silam.

Disutradarai oleh putra Nano Riantiarno, Rangga Riantiarno, Matahari Papua yang membawa pesan kemerdekaan, baik secara universal maupun individual ini juga diselingi dengan humor, kostum dan aksesoris lucu dan menarik, sehingga penonton ikut terhibur. Khas Teater Koma yang senantiasa membawa pesan sosial (politik) yang kental dalam kemasan pop.

BACA: Tumbuhkan Kecintaan Terhadap NKRI, Pelajar SMA 1 Daha Tampilkan Teater Kolosal Perang Palagan Nagara

“Ini karya sangat bagus, hiburan sekaligus edukasi yang memiliki banyak makna dan membawa pesan tentang kemerdekaan baik secara individu maupun universal. Karya ini merupakan dedikasi almarhum Mas Nano terhadap seni pertunjukan yang kemudian dilanjutkan putranya, Mas Rangga,” ujar Sudirman usai menonton Matahari Papua.

Menurutnya, Teater Koma masih tetap eksis hingga saat ini. Hal ini, menunjukkan eksistensi dan konsistensi seni pertunjukan yang menginspirasi generasi penerus untuk menghargai kekayaan seni dan budaya bangsa.

Sudirman Said berfoto bersama Dedi Gumelar, usai menyaksikan Matahari Papua dari Teater Koma, Jumat (7/6/2024).

Dia menyampaikan selamat untuk pagelaran Teater Koma yang ke-500 kalinya. Hal ini, menurutnya, menjadi bukti konsistensi Teater Koma di dunia kreatif yang bergerak jauh, bahkan sebelum istilah industri kreatif populer seperti saat ini.

“Kita sebagai bangsa yang majemuk memiliki kekayaan seni dan budaya. Jika ini dikelola dengan baik, sudah tersedia gedung pertunjukan, teater seperti ini (Graha Bhakti Budaya), maka cerita-cerita dan lakon seperti ini tidak hanya dipentaskan di Jakarta, tetapi juga di kota-kota lain di Indonesia. Jakarta ini kan menjadi melting pot, bisa membangun cerita apa saja dari seluruh nusantara. Kemudian ditampilkan secara nasional, dipilih yang terbaik untuk dibawa ke pentas global,” tutur Sudirman.

BACA JUGA: Angkat Kisah Komplotan Copet, Sanggar At Ta’dib Usung Pesan Moral dalam Cerita ‘Luput’

Sudirman menilai, cerita-cerita yang disajikan Teater Koma cerdik dan kontekstual pada masalah sosial di Indonesia. Banyak pembelajaran yang didapat oleh penonton dari sisi hiburan dan edukasi seperti lakon Matahari Papua yang menyampaikan pesan-pesan inspiratif.

Selayaknya Teater Koma yang sudah berkiprah di panggung dunia, Sudirman berharap agar pemerintah terus mendukung industri kreatif agar seni dan budaya Indonesia terus berkembang. Dia juga berharap agar Jakarta sebagai kota global sudah selayaknya menjadi kiblat nasional dan internasional industri kreatif.

“Ini sangat mungkin karena Indonesia kaya dengan seni budaya yang dapat dikemas dalam pertunjukan berkelas dunia,” pungkas Sudirman Said yang akrab disapa Pak Dirman.(jejakrekam)

Penulis Sepudin Zuhri
Editor Ahmad Riyadi

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.