Cenari Impikan Rumah Makan Ada Pelayan Robot di Banjarmasin
KURSUS robotik rupanya belum populer di Banjarmasin. Padahal, hidup di Revolusi Industri 4.0, informasi teknologi telah merasuk ke seluruh sendi kehidupan manusia itu sendiri. Menangkap peluang itu, Farid Fathurrahman pun membuka kursus robotik di bawah Yayasan Cenari yang dikelolanya.
“KAMI ingin warga Baarmasin jangan hanya jadi masyarakat pengguna, tapi harus turut ambil peran terampil dalam membuat robot. Kami optimistis, keterampilan membuat robot pasti akan sangat berguna di masa depan,” ucap pemilik Yayasan Cenari yang membuka kursus robotic di Cenari Education Center, Jalan Cendana I, Kayutangi, Sungai Miai Banjarmasin, kepada jejakrekam.com, belum lama tadi.
Menurut dia, peluang bisnis serta sains dalam menyikapi revolusi industri 4.0 sangat bagus, apalagi generasi sekarang sudah melek dengan informasi dan teknologi, termasuk teknologi robotik yang mulai banyak digunakan.
BACA : Menristekdikti : Revolusi Industri 4.0, Peran Manusia Digantikan Kecerdasan Buatan
Farid membandingkan kemajuan teknologi robotik yang telah menyapa Jakarta dan Pulau Jawa, sudah sepatutnya menjadi pemicu Kalimantan Selatan khususnya generasi muda di Banjarmasin untuk terpacu menguasai teknologi tersebut.
“Padahal, teknologi robotik ini telah dimanfaatkan untuk kepentingan industri. Makanya, kami ingin Banjarmasin juga mengarah ke sana,” ucapnya.
Ia memiliki mimpi, ke depan hendak menawarkan proposal kerjasama robot untuk pelayanan rumah makan. “Untuk saat ini, kita baru mulai,” ujar Farid.
Lembaga kursus dan pelatihan yang bergerak di bidang komputer, kerajinan dan teknologi robotic diasas Farid ini, telah membuka program robotik sejak Agustus 2018 lalu. Program ini pun terbuka bagi semua level dari PAUD/TK hingga mahasiswa dan umum.
Menurut Farid, untuk usia PAUD, materi yang diajarkan berupa robot lego. Sedangkan untuk siswa SD, SMP hingga mahasiswa/umum diajarkan pemahaman elektronik dan pemrograman. Tujuan akhirnya, peserta kursus diharapkan mampu membuat robot mereka sendiri.
“Kami juga memberi kursus privat, reguler dan ekstrakuler di berbagai sekolah. Memang, lembaga kursus kami pertama kali membuka kursus robotik di Banjarmasin. Makanya, butuh energi dan pikiran yang tak sedikit,” papar alumni Fakultas Teknik Universitas Lambung Mangkurat (ULM) Banjarmasin.
BACA JUGA : Revolusi Industri 4.0 Menuntut Pelaku UMKM Harus Melek Teknologi Informasi
Bak gayung bersambut, Farid pun mengaku gembira ketika proposal ekstrakurikuler ditawarkan ke sekolah-sekolah dasar di Banjarmasin, ternyata ada respon positif datang. “Alhamdulillah sudah dua sekolah dasar yang dibina oleh Cenari,” terang Farid.
Upayanya memperkenalkan perlunya generasi sekarang melek teknologi robot tentu memiliki tantangannya sendiri. Menurut Farid, berkaitan dengan sesuatu yang baru memang perlu waktu di Banjarmasin.
“Ada beberapa sekolah yang memiliki pimpinan yang memiliki visi ke depan. Mengerti bahwa di daerah lain robotiknya sudah sangat maju,” ujarnya.
Lebih lanjut, sekolah yang menerima siswanya dibina oleh Yayasan Cenari ini pun memiliki keinginan agar anak siswa nya setara dan bisa ikut lomba hingga di tingkat nasional. “Beberapa sekolah lain yang masih belum siap karena berbagai alasan,” tuturnya.
Satu di antara alasan lainnya ialah sekolah hendak fokus sesuai dengan programnya. Misalnya program tahfidz bagi sekolah, sehingga untuk arah teknologi belum terlalu difokuskan.
“Sejauh ini, sekitar 60 siswa yang tergabung dalam ekskul robotik dan 10 siswa yang dibina secara privat oleh Cenari. Karya dari siswa binaan Cenari akan dipamerkan di Atrium Duta Mall Lantai Dua, tanggal 25-27 April mendatang. Di sana akan dipamerkan sekitar 30 karya berupa lego dan robot elektro,” beber Farid.
BACA LAGI : Hasil Survei Pustekkom 60 Persen Guru di Indonesia Gagap Teknologi Informasi
Bagi dia, soal manfaat belajar robotik buat siswa mengembangkan karakter kedisiplinan, ketelitian, dan kefokusan. Saat ini, diakui Farid, kendala yang dihadapi adalah belum ada kurikulum dari pemerintah untuk level PAUD/SD, yang ada di KKNI itu untuk level D3 yang orientasinya untuk bekerja.
“Sedangkan, untuk level PAUD/SD kan bukan untuk bekerja di industri. Makanya, kami mengembangkan modul sendiri untuk materi kursus robotik,” katanya.(jejakrekam)