Pasar Soedimampir dan Amarah si Jago Merah

0

PASAR Sudimampir adalah nama pasar terkenal di Kalimantan Selatan. Bahkan muncul istilah Sudimampir adalah ‘Tanah Abang’ nya warga Banjar. Pasar Sudimampir terletak di pusat Kota Banjarmasin, tepatnya di samping Jembatan Sudimampir, Jalan Pangeran Antasari, Banjarmasin.  Koran Banjarmasin Post menuliskan, pasar ini selain menjual eceran, merupakan pusat grosir terbesar di Banjarmasin.

 

PASAR Sudimampir sudah sejak lama ada dan dikenal sebagai pasar tempat para pedagang busana berbelanja. Mereka kemudian menjualnya lagi ke berbagai daerah, baik dari Kalimantan Selatan sendiri, hingga Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur.

Dari perspektif sejarah, tentunya perjalanan sejarah pasar ini cukup menarik. Darimana asal kata Sudimampir? Dalam catatannya, Idwar Saleh tidak pernah menyinggung tentang asal nama ini. Kecuali pada sumber sumber tertulis Hindia Belanda, didapati nama ini. Soedi Mampir, pertama kali dipakai dalam Majalah Poetri Hindia Nomor 3, Tahun 1909.

BACA :  Dua Jembatan Bersejarah; Pasar Lama dan Sudimampir, Kokoh di Usia Uzur

Apakah nama Sudimampir mengabadikan nama ini? Masih dalam taraf dugaan, karena minimnya data pembanding. Pasar Sudimampir diperkirakan dibangun tahun 1920-an. Akan tetapi Idwar Saleh berbeda pendapat.

Begawan sejarah Banjar ini menuliskan, pembangunan Pasar Sudimampir sebenarnya baru mulai digagas seorang arsitek Belanda yang ditugaskan Presiden RI pertama, Soekarno yakni Ir. Thomas Kartens pada 1937.

Pembangunan dilaksanakan bertahap hingga tiga sampai lima tahun, baru terealisasi hingga tahun 1942. Pada masa Kartens, mulai digagas dan dibangun pasar baru untuk menjual sayur dan ikan di tepi Sungai Martapura. Letaknya pada persimpangan tiga jalan yang disebut Pasar Sudimampir.

Kalau dibandingkan dengan sumber kolonial, tentunya berbeda. Terdapat catatan bahwa pada 1928, ada bencana kebakaran terjadi di Pasar Sudimampir.  Artinya, tidak dibangun tahun 1937, seperti pendapat Idwar Saleh. Kemungkinan penentuan waktu, 1937 dibangunnya Pasar Sudimampir, bukan pembangunan pasar tetapi renovasi pasar pasca kebakaran tahun 1935.

BACA JUGA :  Narasi Jukung Tambangan, Perahu Elit Istana dan Saudagar Banjar

Selanjutnya, Idwar Saleh menuliskan pada bagian depan pasar ini, baik pihak Gemeente (Pemerintah Kota Besar) Banjarmasin, maupun perusahaan Borsumij mendirikan toko-toko beton bertingkat. Kemudian didirikan dua buah bioskop di kawasan Sudimampir yakni Eendracht dan Corrie. Jalan jalan di muka Pasar Sudimampir diperluas dan dibangun lagi toko-toko baru.

Pasar Sudimampir kemudian menjadi pusat pasar baru ini. Pada kawasan ini kemudian menyusul didirikan Bioskop Rex.Kemudian terdapat tempat memarkir taksi (mangkal) di bagian tengah Pasar Sudimampir. Jalan di sekitar Pasar Sudimampir disebut Soedi Mampir Weg.

Menurut data Banjarmasin Telefongids, pada Januari 1940, pada wilayah Sudimampir, terdapat perusahaan yang membawahi Stasiun Radio WA van Joost. Perusahaan milik orang Belanda ini sekaligus menjual kulkas dan alat alat listrik. Kemudian ada Toko Djokja milik Abdulgalib, di sudut pasar Sudimampir, yang menjual peralatan kosmetik wanita, parfum dan lain lain.

BACA JUGA :  Riwayat Pelabuhan Martapura Lama Era Belanda dan Jepang

Selanjutnya, kantor sekretariat Koran Borneo Post dan Bintang Borneo,yang dikelola penerbit W. Smits. Kemudian deretan toko-toko milik orang Cina, di antaranya Toko Obat Khoe Ban Hwat, Toko Soerabaja milik So Ho Sit, Toko milik Takara Yoko, Toko milik P. V. M. Teacher, yang khusus menjadi Ahli Kacamata, Agen Penyanyi, serta menjual Mesin Jahit merek Coy.

Toko milik orang Cina seperti Te Sek Djin, juga menjual makanan dan aneka makanan krimer. Selain itu, ada toko terkenal Toko Djin yang dengan aneka jualan  minuman, cerutu dan rokok Holland, obat obatan, parfum dan sebagainya.

Berdasar data tahun 1940, menunjukkan terdapat Toko Mas milik orang Cina, Ing Hin Kongsie, yang menjual uang mas, mata berlian, intan dan perak lantak, dan lain-lain. Kemudian, ada lagi Toko Handel Soedimampir, toko milik Ge Lis Kang, Merk Sm Swie Hoe Soedimampir blok Gemeente.

Selanjutnya, Filiaal Toko Soedimampir, milik Hoek Oen Soen. Toko Simpang Soedimampir II, Hongkong Restaurant, Soedimampir, Ava Bar & Restaurant,Pabrik Java Pasar Soedimampir, serta Hoean Kioe Kongsie. Selanjutnya, Toko milik Ma Béng Sang, Manufacturen Handel milik Lim Hak Joe dan sebagainya.

Tidak ketinggalan terdapat toko milik pribumi (Urang Banjar) seperti Amran Abdoellah, Toko Adil Simpang Soedimampir.Selanjutnya TokoAndalas, Toko Bandjer Soedimampir, Familie, Firma Toko Simpang Soedimampir II, serta Toko milik H Gazali bernama Toko Sedjahtera.

BACA LAGI :  Menghidupkan Kembali Ruh Kota Sungai ala Thomas Karsten

Dalam perkembangannya, bahaya kebakaran menjadi momok menakutkan bagi pemilik toko di sepanjang Pasar Sudimampir. Sepanjang tahun 1928 sampai tahun 1935 pasar ini sering dilanda kebakaran.Pada tahun 1928, Pasar ini dilalap si jago merah. Sayang sangat minim data tentang kebakaran ini.

Dalam koran Bataviaasch Nieuwsblad, edisi 12 Desember 1928, dimuat dalam kolom berjudul Steun voor Bandjermasin hanya memuat bantuan pemerintah Hindia Belanda untuk perbaikan Pasar Sudi Mampir.

Dalam koran ini selengkapnya dituliskan, pemerintah telah memberikan bantuan sebesar f 4.970 untuk kota Bandjermasin.Pemanfaatannya untuk perbaikan kerusakan berat jalan umum, jembatan dan perumahan, pembangunan jalan dan pipa drainase, pembangunan di sekitar lokasi kebakaran pada distrik Pasar Sudi Mampir dan Pasar Lama. Berita ini juga dimuat dalam Koran Het nieuws van den dag voor NederlandschIndiee, edisi 12 Desember 1928, dengan judul berita Voor Bandjarmasin.

Kebakaran berikutnya pada tahun 1931. Seperti diberitakan Koran De Sumatra Post, edisi 13 Maret 1931. Dalam kolom berjudul Kebakaran di Bandjermasin. Dalam koran ini ditulis koresponden dari Bandjermasin pada tanggal 13 Maret melaporkan (tadi malam), pasar milik Gemeente yakni Soedi Mampir dilanda kebakaran. Si jago merah menghanguskan dua toko yang posisinya bersebelahan. Kerusakan berjumlah f 8.000. Untungnyakerugian f67.000 dari jumlah total kerugian ini diasuransikan.

BACA LAGI :  Denyut Kota Kanal Warisan Belanda yang Terabaikan

Pada tanggal yang sama, pihak Pemerintah Hindia Belanda di Buitenzorg, pada 13 Maret mendapat telegram resmi dari Residen di Bandjermasin yang melaporkan bahwa terdapat wilayah Pasar Soedi Mampir di Bandjermasin terbakar. Dalam laporan residen, nilai kerusakan bertotal  f60.000, setengahnya diasuransikan. Tidak ada korban jiwa dalam kebakaran ini.

Hal yang sama juga dilaporkan dalam koran Het nieuws van den dag voor Nederlandsch Indie, edisi 13 Maret 1931. Berita kebakaran ini dimuat dalam kolom berjudul Alweer Brand te Bandjermasin. Demikian halnya di Koran Soerabaijasch handelsblad, edisi 14 Maret 1931dengan judul berita De Brand Te Bandjermasin. Judul berita yang sama kemudian dimuat di koran De Indische Courant, edisi 14 Maret 1931.

Kebakaran ini, membuat Polisi Hindia Belanda turun tangan. Polisi curiga ada upaya pembakaran dengan sengaja dilakukan di Pasar Sudimampir. Koran De Indische Courant, edisi 19 Mei 1931, dengan judul De Roode Haan, dituliskan bahwa Pasar Baroe, Bandjermasin, baru-baru ini dirusak lagi oleh kobaran api.

Ditemukan fakta dari hasil penyelidikan bahwa api berawal dari sebuah toko kosong di Soedimampir. Polisi menduga tampaknya ada alat yang sengaja dibuat sebagai pemicu kebakaran pasar.

Alat tersebut dibuat dengan sengaja sehingga ketika para pelaku tidak bisa lagi hadir di tempat (melarikan diri) dan alibi mereka aman. Polisi menemukan di sana ada lilin anti nyamuk panjang yang dibakar dengan tangki yang direndam bensin di ujung yang lain. Kemudian terhubung dengan tiga botol minyak yang sudah terisi pada tas.

Jika pelaku pembakaran itu tidak ditemukan sementara itu, maka tentunya pelaku bisa meletakkan alat yang sama di toko lain yang akan mengakibatkan sejumlah toko terbakar. Sementara salah satu orang yang diduga terlibat bernama Goey A Moey, telah ditangkap polisi.

BACA LAGI :  Dari Benteng Tatas, Tata Kota Banjarmasin Digagas

Penyelidikan polisi ini kemudian dimuat di koran lain yakni Koran Het nieuws van den dag voor Nederlandsch Indie, edisi 21 Mei 1931 dengan judul berita een poging tot brandtichting. Kemudian dalam koran Bataviaasch Nieuwsblad, edisi 21 Mei 1931, dengan judul berita yang sama.

Hanya berselang dua tahun, kebakaran besar kembali terjadi. Seperti diberitakan koran Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indiee, edisi 21 Januari 1933, dengan judul berita Brand op Borneo. Kebakaran di Pasar Soedimampir melalap deretan toko berjumlah 10 pintu. Kerugian dari kerusakan bangunan mencapai f13.500.

Kemudian kerugian barang senilai 22.600. Dari bangunan-bangunan tersebut diasuransikan sebesar f 7.500 dan barang-barang sebesar f 2.000. Penyebab kebakaran tidak diketahui.

Kebakaran ini juga banyak diberitakan di koran lain di sebagian besar wilayah Hindia Belanda. Di antaranya Koran Soerabaijasch Handelsblad, edisi 21 Januari 1933, dengan mengangkat headline berjudul Groote Brand. Selanjutnya De Sumatra Post, edisi tanggal yang sama dengan judul berita 10 Pintoes Afgebrand.

Berselang dua tahun, tepatnya tahun 1935, api berkobar lagi di Pasar Sudimampir. Kerugian yang ditimbulkan lebih besar dari tahun 1933. Terdapat tujuh pintu dari deretan tokodilalap si jago merah di Pasar Soedimampir. Kerugian yang diderita pemilik toko karena kerusakan bangunan f 30.000. Dari jumlah inihanya f 13.500 dilindungi oleh asuransi.

BACA LAGI :  Leluhur dari Yunan, Etnis Tionghoa Membaur di Pacinan

Demikian diberitakan koran Koran Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie tanggal 21 Februari 1935, dengan judul berita Brand in Bandjermasinsche. Koran Soerabaijasch Handelsblad, edisi 22 Februari 1935. Kemudian Koran Bataviaasch Nieuwsblad, edisi 21 Februari 1935 juga melansir berita yang sama.

Pasar ini pun terus berkembang hingga masuknya invasi Jepang tahun 1942. Pada masa Jepang, dilakukan penghancuran Kota Banjarmasin secara besar-besaran oleh Pemerintah Hindia Belanda. Tujuannya, agar fasilitas ini tidak digunakan oleh Jepang. Deretan toko-toko di Pasar Ujung Murung sampai dengan Pasar Lima habis, termasuk pula daerah Sudimampir. (jejakrekam)

Penulis adalah Penasihat Komunitas Historia Indonesia Chapter Kalsel

Ketua Lembaga Kajian Sejarah, Sosial dan Budaya (SKS2B) Kalimantan

Dosen Prodi Pendidikan Sejarah FKIP ULM Banjarmasin

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.