Masyhur Khasiatnya, Omzet Penjualan Pasak Bumi Pedalaman Kalteng Laris Manis

0

SIAPA tak kenal dengan pasak bumi. Tumbuhan liar yang berkembang baik di belantara Kalimantan ini juga dikenal dengan Tongkat Ali di negeri jiran Malaysia. Sedangkan, nama latifnya, Eurycomo Longifolia.

DARI berbagai hasil riset, termasuk dari Fakultas MIPA Universitas Lambung Mangkurat (ULM) telah melakukan inovasi dengan membuat akar pasak bumi dalam bentuk tablet effervescent ekstrak sebagai obatan herbal.

Dalam akar pasak bumi memiliki kandungan yang tinggi seperti Ethanolic, Strichnin dan Bursin. Yakni, kandungan ethanolic bisa memicu hormone testosterone pada laki-laki. Sedangkan, kandungan Strichnin dan Bursin memiliki fungsi yang hampir sama yakni untuk menambah vitalitas yang ada pada laki-laki, hal ini karena keduanya memiliki sifat alami Afrodisiak.

Sedari dulu, masyarakat Kalimantan khususnya Dayak pun mempercayai akar pasak bumi ini sebagai obat malaria, anti kanker, meningkatkan stamina pria, memperlancar darah dan anti kanker darah, meningkatkan daya tahan tubuh, ampuh menurunkan kadar gula,  hingga mampu mengobati maag dan mengatasi demam.

Menangkap peluang obat-obatan herbal yang mulai berkembang di Indonesia, Hj Rusmiati pun menawarkan beragam produk yang diolah dari akar-akaran pasak bumi. Harga produk yang ditawarkan Hj Rusmiati, mulai Rp 30 ribu ke atas.

Saat ditemui jejakrekam.com di pameran produk dalam Festival Pesona Budaya Borneo II di Gubernuran Kalsel, Jalan Jenderal Sudirman, Banjarmasin, Minggu (12/8/2018),  Hj Rusmiati mengaku omzet penjualan olahan pasak bumi dari pil, teh seduh dan lainnya cukup laris manis.

“Kebanyakan pasak bumi ini kami datangkan langsung dari Provinsi Kalimantan Tengah. Alhamdulillah, omzet penjualan agak lumayan, karena banyak yang mencari pasak bumi, ternyata,” kata Hj Rusmiati.

Wanita asli Banjar dan tinggal di Palangka Raya ini mengaku hanya bermodal puluhan juta, kini usahanya menjual aneka produk khas Dayak ternyata diminati para pembeli. Bukan hanya menjual akar pasak bumi, Hj Rusmiati juga memajang bawang merah khas Dayak yang disebut disebut bawan lemba, madu khas hutan Kalteng dan lainnya.

“Sampai saat ini, masyarakat Indonesia, khususnya Kalimantan masih mempercayai khasiat obat-obat tradisional, khususnya berasal dari pedalaman,” tuturnya.

Dia mencontohkan, ketika mengeluh darah tinggi atau sakit pinggang, warga Kalimantan lebih senang menyeduh akar pasak bumi atau ramuan tradisional dibanding obat-obat modern yang ditengarai memiliki efek samping. “Untuk sahabat dekat, terutama yang mengeluh sakit pinggang atau darah tinggi, saya selalu merekomendasikan minum air dari pasak bumi. Alhamdulillah, ternyata cukup ampuh,” kata Hj Rusmiati.(jejakrekam)

 

Penulis Asyikin
Editor Fahriza

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.