Riswandi Pilih Tak Mencalon, Asmara Yanto Khawatirkan Politik Uang

0

ADA yang datang, adapula yang pergi. Dinamika terjadi dalam bursa bakal calon legislatif (bacaleg) DPRD Kalimantan Selatan di Pemilu 2019. Sejumlah nama yang langganan jadi anggota dewan pun memilih tak lagi bertarung, adapula yang rela ‘turun kasta’ mengincar kursi DPRD kabupaten dan kota di Kalsel.

SALAH satunya adalah Riswandi. Politisi PKS yang sudah tiga periode terpilih jadi anggota DPRD Kalsel sejak Pemilu 2004, 2009 dan 2014, ternyata memilih tak kembali mengajukan diri sebagai bacaleg di Pemilu 2019 mendatang.

Alasan Riswandi, dirinya ingin memberi kesempatan kepada kader PKS lainnya untuk maju bertarung dalam perebutan kursi DPRD Kalsel. Riswandi tercatat tiga periode mewakili daerah pemilihan Kalsel IV, mencakup Kabupaten Tapin, Hulu Sungai Selatan (HSS) dan Hulu Sungai Tengah (HST).

“Dalam Pemilu 2019 ini, saya tak mencalonkan diri lagi. Istirahat, saya memberi kesempatan kepada kader PKS untuk menggantikan saya di dapil yang ada,” ucap Ketua Fraksi PKS DPRD Kalsel Riswandi kepada jejakrekam.com, Minggu (29/7/2018).

Riswandi yang juga Ketua Majelis Pertimbangan Partai DPW PKS Kalsel ini mengatakan akan konsentrasi untuk membesarkan partai dan membantu para kader untuk merebut kursi di parlemen. “Saya siap mengabdikan diri di partai. Sebab, lewat PKS banyak jasa yang telah diberikan kepada saya. Wajar, jika saya harus membalasnya,” kata mantan Wakil Ketua DPRD Kalsel.

Lain Riswandi, lain lagi Asmara Yanto. Dua kali terpilih melalui Partai Bintang Reformasi (PBR) di Pemilu 2004 dan 2009, justru Asmara Yanto gagal meraih kursi DPRD Kalsel lewat Partai Hanura di Pemilu 2014 lalu.

Kini, Asmara Yanto memilih lompat pagar ke Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Ia pun dimasukkan dalam daftar bacaleg dapil Kalsel 2 (Kabupaten Banjar). Mengapa pilih PKB?

“Ada sejarah panjang, ketika saya memilih berkiprah di PKB. Selain menerima tawaran dari Pak Zairullah Azhar (Ketua DPW PKB Kalsel), saya juga besar di lingkungan parpol Islam berbasis warga NU,” ucap Asmara Yanto.

Dia menyebut awalnya merupakan kader PPP, begitu almarhum KH Zainuddin MZ membangun PBR, kemudian hijrah. Lalu, Asmara Yanto mencalonkan diri di dapil Kalsel 6 (Kotabaru, Tanah Laut dan Tanah Bumbu) dalam Pemilu 2004, hingga meraih tiket di Rumah Banjar. Lalu, di Pemilu 2009, pindah dapil ke Kabupaten Banjar juga berhasil mewakili PBR di DPRD Kalsel.

“Pengalaman kegagalan di Pemilu 2014 lalu jadi acuan. Jujur, saat itu, politik uang begitu brutal. Makanya, saya berharap di Pemilu 2019 ini bisa dilakukan pengawasan ketat terhadap praktik semacam ini,” kata Asmara Yanto.

Ia mengaku maju lewat PKB juga atas dorongan para konstituennya, terutama di beberapa kecamatan di Kabupaten Banjar. “Banyak keluhan masyarakat tetap tersendatnya aspirasi mereka. Ini turut mendorong saya maju kembali di Pemilu 2019,” kata Asmara Yanto.

Pengusaha peternakan dan perkebunan ini mengaku tengah mempelajari karateristik masyarakat pemilih yang ada di kampung. “Apakah masih seperti dulu lebih suka suaranya dibeli dengan uang. Ini sungguh ironis. Soalnya, ada pendapat yang berkembang duit hilang, suara juga ikutan tak ada. Jangan sampai itu terjadi di Pemilu 2019, saya berharap pengawasan ketat ini harus jadi atensi semua pihak,” pungkas Asmara Yanto.(jejakrekam)

 

Penulis DidI GS
Editor Didi G Sanusi

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.