Ulama, Corong Umat Bahagia Dunia Akhirat

Oleh: Dian Puspita Sari

0

MULTAQO atau Pertemuan Ulama dan Dai se-Asia Tenggara, Afrika, dan Eropa ke-V diadakan di Hotel Grand Cempaka, Jakarta. Terhitung Jumat (06/07/2018) adalah hari terakhir penyelenggaraan forum tersebut.Ini merupakan kerja sama antara Yayasan Al-Manara dan Pemerintah Jakarta. Adapun yang hadir dai, ulama, peneliti, aktivis, dan tokoh masyarakat.

ADAPUN forum ini menghasilkan sebanyak 10 poin rekomendasi. Di antaranya menekankan pentingnya hidup berdampingan secara damai antara muslim dan nonmuslim.Berpegang kepada Alquran dan Sunnah dengan pemahaman komprehensif terintegrasi kaidah ilmiah dan praktis. Membangun kemitraan antara lembaga dakwah, pemerintah, pendidikan dan swasta.

Lebih lanjut, meningkatkan peran dan kontribusi lembaga dakwah terhadap sumber daya manusia. Memperkuat posisi keluarga sebagai institusi dan pondasi dasar bermasyarakat. Mendorong dai dan ulama memanfaatkan teknologi informasi.

Selain itu pula menciptakan perdamaian melalui dakwah dan pendidikan. Menghargai semua perbedaan seperti etnis, sosial, dan budaya.Memperkuat kedudukan Jakarta sebagai pusat peradaban berbasis pendidikan Islam. Serta membentuk panitia khusus untuk merealisasikan seluruh keputusan forum Multaqo ini dengan melibatkan semua unsur-unsur terkait. (m.bisnis.com, 06/07/2018)

Peran Strategis Ulama

Disadari atau tidak, masyarakat Islam di Indonesia memegang peran penting dan strategis terhadap kehidupan di negeri ini. Terlebih para dai dan Ulamanya.Realitas sekarang, memang ada bermacam-macam tipikal Ulama. Ada yang pro dan ada yang anti politik/kekuasaan. Ada pula yang memilih di jalur netral, namun tetap kritis terhadap pemerintah.

Sejatinya para Ulama memang memiliki peran istimewa di tengah-tengah masyarakat Islam. Para Ulama adalah pemandu umat ke jalan Allah. Dengan ilmunya, Ulama bagaikan pelita yang menerangi perjalanan dalam kegelapan. Sebab melalui mereka syari’at Allah sampai kepada kita.

Mereka adalah pelanjut dan pewaris risalah kenabian. Sebagaimana dinyatakan dalam hadits, “Sesungguhnya Ulama adalah pewaris para Nabi, dan Nabi tidaklah mewariskan dinar dan dirham melainkan mewariskan ilmu...” (HR. Tirmidzi, Abu Daud, & Ibn Majah)

Tidak hanya dari sisi akhirat, ulama juga berperan sebagai pilar kehidupan dunia. Karena Islam tidak mengenal dikotomi antara agama dan kehidupan seperti dipahami oleh kalangan sekular. Islam mencakup seluruh aspek kehidupan.

Arahan dan bimbingan para ulama dibutuhkan dalam persoalan duniawi menyangkut muamalah sehari-hari. Ummat butuh kepada ulama bukan hanya dalam urusan hubungan dengan Allah. Dalam urusan dengan sesama manusia pun perlu panduan wahyu melalui penjelasan para ulama.

Selain itu, para ulama juga berfungsi sebagai penjaga kemurnian dan kesucian aqidah Islam. Penjaga masyarakat dari berbagai penyakit sosial dan kerusakan akhlak di tengah masyarakat.Melalui ilmu dan nasihatnya, para ulama juga mampumenjadi pemersatu umat. Ini fungsi yang sangat strategis dan penting. Persatuan umat tidak akan terwujud melainkan dengan iltizam (komitmen) dan berpegang teguh pada al-Qur’an dan As-Sunnah.

Sebagaimana Firman Allah: “Dan berpegang teguhlah kepada tali Allah serta jangan bercerai berai”(QS. Ali Imran: 103).

Antara Ulama dan Penguasa

Rasulullah bersabda, “Dua macam golongan manusia yang apabila keduanya baik maka akan baiklah masyarakat. tetapi, apabila keduanya rusak maka akan rusaklah masyarakat itu. kedua golongan manusia itu adalah ulama dan penguasa.(HR. Abu Na’im)

Melalui hadits ini Rasulullah memberitahukan kepada umatnya bahwa penguasa dan Ulama itu ada yang baik dan ada yang buruk (Ulama su’).

Imam Ghazali dalam kitabnya ihya‘ulumuddin, menyatakan, Dulu tradisi para Ulama mengoreksi dan menjaga penguasa untuk menerapkan hukum Allah. Mereka mengikhlaskan niat dan pernyataannya membekas di hati. Namun sekarang, terdapat penguasa yang tamak namun Ulama hanya diam. Andaikan mereka bicara, pernyataannya berbeda dengan perbuatannya sehingga tidak mencapai keberhasilan. Kerusakan masyarakat itu akibat kerusakan penguasa, dan kerusakan penguasa akibat kerusakan Ulama. Adapun kerusakan Ulama akibat digenggam cinta harta dan jabatan. Siapa saja yang digenggam oleh cinta dunia niscaya tidak mampu menguasai ‘kerikilnya, bagaimana lagi dapat mengingatkan penguasa dan para pembesar.

Tidak mengherankan bila sekarang kondisinya ada Ulama yang jadi corong penguasa. Jadi alat partai politik untuk mengejar kekuasaan. Bahkan ada Ulama yang diperalat (dibayar) oleh kaum penjajah asing untuk memasukkan paham-paham liberal dan sekuler.

Ulama Sebagai Corong Umat

Sangat penting mengoptimalkan peran ulama dalam Islam politik. Peran ulama untuk mewujudkan Islam Rahmatan lil alamin dengan manhaj Rasulullah teramat sangat dibutuhkan. Ulama sebagai pewaris Nabi memiliki peran penting dalam membangkitkan kesadaran politik umat.  Sayangnya, kesadaran jebakan demokrasi terhadap kalangan Ulama saat ini dapat memudharatkan umat dalam memahami Islam.

Masyarakat tentu berharap para ulama akan semakin berperan aktif dalam memberikan arahan pada kehidupan mereka. Sekaligus memberikan panutan dan keteladanan. Baik bagi para penguasa maupun umat secara keseluruhan.

Para ulama adalah kelompok orang yang ikut menentukan baik-buruknya suatu bangsa. Jika Ulama memiliki kredibilitas dan integritas yang tinggi,khususnya kepada Allah, maka penguasa dan umat secara keseluruhan juga akan menjadi baik.

Sebaliknya, jika ulama rusak maka akan rusak pula penguasa dan bangsanya.Ulama ibarat suluh di tengah kegelapan. Mereka adalah pemandu jalan di tengah belantara kehidupan dunia ini. Mereka merupakanpembimbing bagi manusia dalam menjalankan kewajiban beribadah kepada Allah.

Bisa dikatakan bahwa para ulama adalah corong umat menuju bahagia dunia dan akhirat. Kebutuhan umat atas merekalebih besar daripada kebutuhan umat terhadap petani, nelayan, dokter dan segala penentu sarana kehidupan lainnya.

Karenanya, tugas mengingatkan kembali fungsi dan peranan mereka menjadi tugas kita bersama. Agar negeri ini mampu menerapkan Islam secara sempurna.Sebagaimana yang telah dicontohkan Rasulullah dan Khulafaur Rasyidin pada masanya. Agar tidak hanya bahagia di dunia. Namun juga di akhirat yang lebih utama. Wallahu’alam bisshawwaf.(jejakrekam)

Penulis adalah Aktivis Muslimah,

Pembina Komunitas Remaja Shalihah Kabupaten Banjar,

Warga Pekauman Ulu Martapura

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.